Artikel Rohani
Mengenal Tuhan
Bacaan: Mazmur 63:2
Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair. -
Saya pernah menulis tentang hal ini, namun tidak ada salahnya saya mengulangnya lagi dengan pemaparan yang sedikit berbeda. Seperti yang pernah saya tulis, untuk mengenal seseorang dengan mendalam, kita tidak perlu menjadi orang yang jenius, punya communication skill yang hebat, pandai berbicara, pintar mengorek-orek kepribadian, dst. Lupakan semua cara-cara itu, karena ada cara yang lebih sederhana, lebih mudah, dan jauh lebih efektif, yaitu hanya dengan meluangkan sebanyak mungkin waktu bersama orang yang ingin kita kenal tersebut. Semakin banyak waktu yang kita habiskan bersama dengan orang tersebut, secara otomatis pengenalan kita akan lebih dalam lagi.
Bagaimana Anda bisa mengenal pasangan Anda? Apakah Anda harus belajar tentang kepribadian manusia lebih dulu atau belajar communication skill dulu? Tidak, bukan? Karena tiap saat Anda bertemu dengan pasangan dan menghabiskan banyak waktu dengannya, maka secara otomatis Anda bisa mengenalnya. Bahkan, sepandai-pandainya pasangan Anda menyembunyikan kepribadiannya atau “belangnya”, toh suatu saat Anda akan mengetahuinya juga.
Kita rindu mengenal Tuhan lebih dalam. Itulah sepenggal pujian yang kerap kita nyanyikan. Kita rindu mengenal Pribadi-Nya, namun sayang kita tidak pernah melewatkan waktu bersama-Nya. Jelas itu hal yang mustahil. Untuk mengenal Allah lebih dalam hingga kita tahu seperti apa karakter-Nya, sifat-sifat-Nya, kebiasaan-Nya, bahkan seperti apa selera Tuhan, kita harus melewatkan waktu lebih banyak lagi dengan Tuhan.
Contoh di dalam Alkitab adalah Daud. Mengapa Daud bisa mengenal Tuhan sedemikian dalam? Tidak perlu heran, karena Daud selalu melewatkan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan. Sebagian besar mazmur yang ditulisnya cukup menggambarkan bagaimana Daud selalu bersekutu dengan Tuhan dalam doa, mazmur, dan pujian penyembahan. Bagaimana dengan kita?
Menghitung Berkat
Bacaan:
mulutku akan menceritakan keadilan-Mu dan keselamatan yang dari pada-Mu sepanjang hari, sebab aku tidak dapat menghitungnya. - Mazmur 71:15
Iseng saja, pernahkah Anda berpikir berapa lama waktu yang diperlukan untuk menghitung satu sampai satu triliun? Anggap saja tiap satuan diperlukan waktu satu detik, maka diperlukan waktu 1 triliun detik, atau sama dengan 16,67 milyar menit, atau sama dengan 277,78 juta jam, atau sama dengan 11,57 juta hari, atau sama dengan 31.709,79 tahun!
Bagaimana dengan berkat Tuhan yang kita terima? Sangat banyak, bahkan tak terhitung. Pertanyaannya, sudahkah kita menghitung setiap berkat tersebut? Meski Tuhan tidak pernah menuntut kita menghitung dan menyebutkan berkat yang kita terima satu per satu, seharusnya muncul kesadaran dalam diri kita untuk mengucap syukur kepada Tuhan. Setiap berkat yang kita terima harusnya membuat kita semakin dekat dan intim dengan Tuhan, karena kita akan selalu mengucap syukur kepada-Nya.
Sayangnya yang terjadi tidak selalu seperti itu. Banyak orang Kristen tidak mengawali hari untuk bersekutu dengan Tuhan dan kembali mengakhiri hari tersebut dengan bersekutu dengan Tuhan, meski dalam sepanjang hari itu Tuhan sudah memberkati, menjagai, melindungi, dan melimpahkan anugerah-Nya kepada kita. Ironis, bukan? Lebih ironis lagi karena kita sering mengajari anak kita untuk selalu mengucapkan terima kasih atas setiap pemberian yang diterimanya, namun kita sendiri tidak pernah berterima kasih atas berkat-berkat-Nya.
Seandainya kita mau menghitung setiap berkat yang kita terima, tentu kita akan selalu ingat kepada Dia yang menganugerahi kita dengan berkat-berkat itu. Hitunglah berkat-Nya, maka akan selalu ada ucapan syukur yang melimpah. Hitunglah berkat-Nya, maka hati kita tidak akan melekat dengan berkat tersebut, tapi akan melekat kepada Dia yang memberikan berkat tersebut. Awali hari dan akhiri hari dengan menghitung berkat-Nya dan bersekutu dengan-Nya
Pribadi-Nya atau Berkat-Nya?
Bacaan:
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. - Yohanes 6:26
Setiap pulang dari luar kota, atau dari berpergian jauh, saya sering membawakan hadiah berupa mainan kepada anak saya yang masih kecil. Saya ingin melalui pemberian tersebut, anak saya akan dekat dengan saya. Itulah cara paling sederhana untuk melepas kangen. Namun, ada waktunya saya cukup sedih ketika mainan yang saya berikan tersebut justru menjauhkan saya dari anak saya. Mengapa? Karena dia sekarang lebih asyik dengan mainan yang saya berikan, daripada dengan saya yang memberikan mainan tersebut.
Bukankah itu juga gambaran kita dengan Tuhan? Begitu sering Tuhan memberkati kita dan memberikan yang terbaik kepada kita dengan tujuan agar kita dengan Dia. Nyatanya yang terjadi tidak seperti itu, kita sekarang lebih asyik dengan berkat yang Dia berikan sehingga kita hampir-hampir tidak memiliki waktu untuk Sang Pemberi berkat. Jika kita yang adalah bapa di dunia saja pasti kecewa melihat reaksi anak kita yang seperti itu, demikian juga hati Bapa ketika melihat berkat yang Dia beri justru menjauhkan kita dari-Nya.
Sebagai orang tua, kita pasti lebih kecewa lagi jika ternyata anak kita tidak pernah kangen dengan kita, tapi “kangen” dengan mainan atau oleh-oleh yang kita bawa. Demikian juga kita bisa membayangkan hati Bapa di surga saat kita tidak pernah merindukan Pribadi-Nya, tapi hanya merindukan berkat-berkat-Nya.
Melalui renungan ini, marilah kita perbarui persekutuan pribadi kita dengan Tuhan. Milikilah komitmen untuk membangun keintiman dengan Tuhan secara pribadi, hari demi hari. Sesungguhnya tidak ada yang paling menyenangkan Tuhan di saat kita selalu rindu untuk berjumpa, bersekutu dan menjalin keintiman dengan-Nya. Jadilah anak Tuhan yang dewasa, yang merindukan Pribadi-Nya lebih dari berkat-berkat-Nya.
Cara Tuhan Memanggil
Bacaan:
Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." - Lukas 5:8
Bagaimana cara Tuhan memanggil kita? Mengacu dari Alkitab, kita akan menemukan dua cara yang paling sering dipakai Tuhan untuk memanggil kita. Pertama, dengan cara memberkati kita, sedangkan cara kedua adalah dengan menghajar kita. Kabar baiknya, di awal-awal Tuhan selalu menggunakan cara pertama. Namun jika cara pertama tidak efektif, maka Dia akan memakai cara yang kedua.
Bagaimana Allah memanggil Abraham? Dengan menjanjikan berkat yang luar biasa. Abraham dan keturunannya diberkati luar biasa. Bahkan, ketika dia berada di tanah yang dihindari Lot karena tanah tersebut kurang baik, tetap saja berkat mengikuti Abraham. Bagaimana Yesus memanggil Petrus? Dengan hasil tangkapan yang jumlahnya sangat fantastis! Petrus diberkati dalam kondisi tidak memungkinkan (malam sebelumnya dia tidak mendapat satu ekor pun juga), itu yang membuat Petrus datang dan tersungkur di hadapan Yesus.
Tuhan memberkati kita karena Dia sedang memanggil kita. Meski Dia memanggil dengan memberkati kita, jangan sampai itu membuat kita fokus pada berkat itu sendiri dan melupakan Sang Pemberi berkat. Kalau itu yang terjadi, maka Dia akan memakai cara kedua, yaitu dengan menghajar kita. Ingat, Dia adalah Bapa yang sangat sayang kepada kita. Tuhan memberi ganjaran bukan karena Dia benci kepada kita, tapi Dia ingin kita kembali kepada-Nya. (Ibrani 12:7)
Saya yakin kita semua akan memilih Tuhan memanggil kita dengan cara pertama, yaitu dengan memberkati kita. Itu sebabnya jangan pernah lupa kepada Tuhan ketika kita sudah diberkati. Jangan jadi sombong, apalagi berubah setia ketika kita sudah diberkati. Namun, seandainya hari ini kita menerima ganjaran dari Tuhan akibat ketidaktaatan kita, baiklah kita melihat hal itu dengan sudut pandang positif, bahwa Dia sedang melakukan yang terbaik bagi kita. Intinya, bagaimanapun cara Tuhan memanggil, Dia ingin selalu dekat dengan kita.
Glow in the Dark
Bacaan:
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga. - Matius 5:16
Dulu sekali, saat saya masih remaja, saya pernah memiliki t-shirt “glow in the dark”. Sesuai namanya yang berarti “bersinar di tengah kegelapan”, maka kaos saya ini akan memancarkan sinar saat berada di tempat yang gelap. Saat ini kita banyak menemukan mainan atau semacam asesoris “glow in the dark” yang biasanya ditempel di dinding kamar atau di langit-langit kamar. Saat lampu dimatikan maka asesoris-asesoris itu akan memancarkan sinarnya yang khas. Semua yang berjenis “glow in the dark”, baik kaos, mainan, stiker, dll. hanya akan berfungsi jika berada di tempat gelap. Kalau di tempat terang, maka keistimewaan “glow in the dark” tidak akan terlihat sama sekali.
Tahukah Anda bahwa kita semua memiliki destiny sebagai “glow in the dark”? Tuhan sendiri berkata bahwa kita adalah terang dunia. Logikanya, terang hanya akan berfungsi di tempat gelap. Sayangnya, banyak orang Kristen justru hanya menunjukkan terangnya di tempat yang terang. Lupa, bahwa yang memerlukan penerangan adalah tempat-tempat yang gelap.
Mari kita teladani bagaimana pelayanan Yesus. Memang Dia juga mengajar di rumah Allah, tapi jangan pernah lupa bahwa sebagian besar waktu-Nya tidak dihabiskan di sinagoge (rumah Allah). Dia menghabiskan sebagian besar waktu-Nya di lapangan dan di tempat-tempat gelap yang perlu Dia terangi! Dia lewatkan waktu-Nya di pantai, di pasar, di bukit-bukit, di rumah pemungut cukai, di tempat yang memungkinkan seorang pelacur datang kepada-Nya.
Menjadi terang adalah mudah, sebab kita sendiri adalah terang adanya. Namun menjadi terang yang menyinari kegelapan, itulah yang sulit. Menjadi orang Kristen itu mudah, tapi menjadi orang Kristen yang berdampak bagi lingkungan dimana dia berada itulah yang penting. Dunia kita sedang berada dalam kegelapan dan kekelaman sedang menyelimuti bangsa-bangsa, inilah waktunya kita tampil untuk menerangi mereka, glow in the dark!
Tidak Ditentukan Orang Lain
Bacaan:
Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka. - Lukas 6:35
Dua orang sahabat sedang menghampiri kios koran dan membeli beberapa koran serta majalah. Adanya pembelian harusnya membuat penjual koran tersebut senang. Tapi yang terjadi tidaklah demikian. Dia melayani dengan buruk, tidak sopan, dan dengan muka cemberut. Orang pertama jelas jengkel menerima layanan yang buruk seperti itu. Yang mengherankan, orang kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan kepada penjual tersebut. Orang pertama bertanya kepada sahabatnya, “Mengapa kamu bersikap sopan kepada penjual menyebalkan itu?” Sahabatnya menjawab, “Mengapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak?”
Yes! Itulah pointnya! Jangan pernah biarkan orang lain menentukan cara kita bertindak seandainya orang tersebut sedang melakukan hal yang buruk kepada kita. Sayangnya, sering kali kita tidak berbuat demikian. Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba-tiba jadinya sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang tersebut.
Harus saya akui, kadang kala saya gagal juga dalam hal ini, khususnya saat saya berkendara. Saat ada mobil lain menyerobot jalan dengan seenaknya, saya tiba-tiba jadi jengkel dan berusaha membalasnya dengan gantian menyerobot jalannya. Tindakan saya dipengaruhi oleh tindakan orang lain terhadap saya. Di sisi lain, saya bisa berbuat sedemikian baik, santun, dan luar biasa terhadap orang yang juga melakukan hal yang sama kepada saya. Saat saya merenung-renung tentang hal ini, saya jadi malu sendiri. Mengapa tindakan saya harus dipengaruhi oleh orang lain? Mengapa untuk berbuat baik saja, saya harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu? Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga punya “penyakit” seperti saya? Jaga suasana hati, jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan cara kita bertindak.
Reputasi
Bacaan:
Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?- Galatia 3:3
Warren Buffett, salah satu orang terkaya di dunia, pernah berkata, “Dibutuhkan waktu dua puluh tahun untuk membangun reputasi dan lima menit untuk menghancurkannya. Jika memikirkan hal ini, Anda akan melakukan sesuatu dengan cara berbeda.”
Karena untuk membangun reputasi dibutuhkan waktu dan proses yang sangat panjang, itu alasan mengapa reputasi adalah sesuatu yang sangat berharga dan mahal. Sudah selayaknya sesuatu yang berharga dan mahal itu dijaga sedemikian rupa. Sayangnya, banyak orang melakukan kebodohan dengan menghancurkan reputasinya sendiri. Seperti yang kita tahu, satu-satunya orang yang bisa menghancurkan reputasi kita adalah diri kita sendiri, bukan orang lain. Meski ada orang mencoba menghancurkan reputasi kita dengan gosip, fitnah, atau berita-berita murahan, reputasi kita akan tetap terjaga.
Saat saya menulis renungan ini, pemberitaan mengenai terlibatnya tindak kriminal salah satu pejabat tinggi di negara kita sedang ramai-ramainya dibicarakan. Padahal sebelumnya dia dikenal sebagai orang yang cukup berjasa dalam memajukan Indonesia. Sayang, nila setitik rusak sebelanga. Berpikir pendek, saya rasa itu penyebab mengapa seseorang “rela” menghancurkan reputasinya sendiri yang sudah dibangun bertahun-tahun lamanya. Reputasi Daud sebagai raja yang bijak, yang pemberani, yang disertai Allah sudah tidak bisa diragukan lagi. Namun reputasi yang dibangun bertahun-tahun seolah-olah menguap saat ia memutuskan untuk berzinah dengan Batsyeba dan membunuh Uria dengan cara yang sangat licik.
Membangun reputasi itu butuh proses yang lama, sedangkan untuk menghancurkannya butuh waktu sekejap. Pikirkan ini, maka kita akan lebih bijak dan berhati-hati untuk tidak menghancurkan reputasi kita sendiri.
Lebih Dari Yang Diharapkan
Bacaan:
Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah ... - I Korintus 2:9
Salah satu kunci meraih kebahagiaan di dalam dunia ini adalah dengan memberikan lebih dari yang diharapkan. Untuk bisa melakukan hal ini, jelas kita harus bebas dari sifat egois dan kikir. Ini semakin mempertegas mengapa orang yang pelit tidak akan pernah merasa berbahagia di dalam hidupnya. Kita mulai dari Allah. Seandainya Dia hanya memberikan kepada kita anugerah keselamatan, saya rasa itu lebih daripada cukup. Namun tak hanya itu, berkat-berkat lain juga diberikan kepada kita. Bahkan, apa yang tidak pernah kita lihat, apa yang tidak pernah kita dengar, dan apa yang tidak pernah timbul dari hati kita, itu semua disediakan Allah bagi kita. Jelas Dia memberikan lebih dari yang kita butuhkan dan lebih dari yang kita harapkan.
Perusahaan yang sukses biasanya selalu memberi “nilai tambah” kepada klien atau konsumennya. Yang jelas, mereka tidak hanya memberi seperti yang diharapkan, tapi memberi lebih dari itu. Pekerja yang sukses dalam karir juga selalu memberi kontribusi lebih dari yang diharapkan perusahaan. Pasangan yang sukses membangun rumah tangga juga pasangan yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian lebih dari yang diharapkan oleh pasangannya. Prinsip ini juga berlaku dalam pelayanan. Jika Anda adalah pemimpin rohani, atau sebut saja pendeta, sudahkah Anda memberikan yang terbaik kepada domba-domba Anda? Tidak hanya sekedar rumput untuk makanan rohani mereka, tapi benar-benar padang rumput yang hijau untuk mereka.
Michael Jordan, legendaris basket dunia, pernah ditanya kunci keberhasilannya, dan dia menjawab seperti ini, “Saya memiliki harapan yang lebih besari daripada harapan orang lain terhadap diri saya. Ketika pelatih meminta saya berlatih tiga kali seminggu, saya akan berlatih lima kali. Ketika pelatih berharap saya dapat mencetak 15 angka dalam setiap pertandingan, saya akan mencetak 36 angka! Itu sebabnya saya menjadi yang terbaik di dunia.” Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memberi lebih dari yang diharapkan?
Misteri 13
Bacaan:
Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah.- I Timotius 4:7
Amatilah perilaku masyarakat posmodern. Seharusnya semakin maju sebuah peradaban, maka hal-hal yang bersifat takhayul atau mistis akan semakin ditinggalkan. Nyatanya, sampai kini hal-hal yang bersifat mistis atau takhayul masih saja populer. Sebagai contoh adalah ketakutan dengan angka 13 yang ditengarai sebagai angka sial. Istilah lain untuk ketakutan terhadap angka 13 ini adalah triskaidekaphobia. Tidak perlu heran kalau di sebuah hotel tidak ada lantai ke 13 dan tidak ada kamar nomor 13. Alamat rumah juga jarang memakai angka 13, biasanya diganti 12B. Begitu keramatnya angka 13, pemikir-pemikir modern, hebat dan kaya raya seperti Paul Getty sampai presiden Amerika seperti Franklin Delano Roosevelt selalu tegas menolak hadir dalam acara resmi yang dihadiri tiga belas orang. Aneh, bukan?
Mengapa hal-hal yang bersifat takhayul bisa sedemikian populer? Kemungkinan besar karena cerita dari mulut ke mulut tentang berbagai macam peristiwa sial dan mengerikan yang terjadi di seputar angka 13 tersebut, apalagi kalau terjadi di tanggal 13 di hari Jumat (Friday). Anggap saja cerita tersebut tidak dibuat-buat dan peristiwa mengerikan tersebut benar-benar terjadi di tanggal 13 atau hal-hal yang berkaitan dengan angka 13, apakah itu menunjukkan bahwa angka 13 benar-benar angka sial dan angka keramat?
Tentu saja tidak demikian. Bisa saja peristiwa tersebut terjadi karena kebetulan saja. Atau kemungkinan yang lain adalah disebabkan orang yang bersangkutan begitu meyakini atau “mengamini” bahwa angka 13 benar-benar angka sial. Seperti yang kita tahu, sering kali apa yang kita yakini, itulah yang akan terjadi. Firman Tuhan sendiri juga mengatakan apa yang kita takutkan itulah yang terjadi. Dari hal ini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa angka 13 bukanlah angka keramat yang menyeramkan, karena semua angka itu baik. Keyakinan terhadap hal-hal yang bersifat takhayul itulah yang tidak baik.
Saat Kekayaan Hilang
Bacaan:
TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!- Ayub 1:21
Banyak orang tidak siap ketika menghadapi kehilangan, khususnya soal uang. Ketika usaha yang dirintis bertahun-tahun bangkrut, ketika seseorang tertipu dan hartanya ludes, ketika malapetaka datang dan menguras harta bendanya. Itulah masa-masa transisi paling sulit. Tak heran kalau beberapa orang super kaya memilih mengakhiri hidupnya saat mereka kehilangan kekayaannya. Sebut saja Thierry Magon, manajer keuangan di New York, yang bunuh diri karena menghilangkan uang klien-kliennya di pasar saham. Adolf Merckle, salah satu dari 10 orang paling kaya di Jerman, memilih menabrakkan diri pada kereta api saat bangkrut karena spekulasi saham.
Kesimpulannya, banyak orang tidak siap ketika kekayaannya hilang. Padahal, hal seperti ini bisa saja terjadi kepada siapa saja, termasuk kepada kita sebagai orang Kristen. Contoh di dalam Alkitab adalah Ayub, konglomerat pada zamannya, yang kekayaannya ludes dalam sekejap. Justru pada saat Tuhan mengijinkan kita mengalami kehilangan itulah, akan terlihat kualitas kita yang sebenarnya. Kuat tidaknya karakter kita tidak diukur pada saat keadaan baik-baik saja, tapi pada saat apa yang paling berharga dalam hidup kita lepas dari genggaman tangan kita. Saat itulah akan terlihat apakah kita memiliki jiwa besar, ataukah jiwa kerdil. Apakah kita seorang pemenang, ataukah kita seorang pecundang? Apakah kita seorang yang menjadi tuan atas kekayaan, ataukah kita sudah terikat dan diperhamba oleh mamon?
Saya salut dengan Donald Trump yang hari ini dikenal sebagai salah seorang terkaya di dunia. Anda tentu tahu bahwa ia pernah bangkrut dan punya hutang sebesar $ 935 juta pada tahun 90-an ketika harga properti jatuh. Yang pasti, dia berhasil menangani kehilangan kekayaannya dan berani bangkit kembali. Apakah hari ini kita sedang mengalami kebangkrutan? Jangan menyerah! Yakinlah bahwa Dia akan menolong, menyertai, dan mengembalikan kekayaan kita yang hilang, bahkan lebih dari sebelumnya. Itu terjadi kalau kita tetap kuat di dalam Dia saat kita kehilangan!
Artikel Rohani
Citra Diri Positif
Bacaan: Lukas 19:11-27
Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri.- Lukas 19:22
Seorang dokter berbicara kepada seorang ibu muda, “Saya sangat menyesal, Nyonya Keller, tapi Anda harus berani menghadapi ini.” Dengan berlinang air mata, ibu itu berkata, “Jadi, bayi saya tidak dapat sembuh? Dia akan…” “Tidak, dia tidak akan mati, tapi dia akan buta dan tuli.” Sang dokter meninggalkan ruangan sambil bergumam, “Jadi apa ya dia nanti? Menyedihkan, kasus ini salah satu yang terburuk yang kuhadapi. Akan lebih baik bila bayi itu mati saja.” Namun, bayi itu tumbuh dan dikenal sebgai Helen Keller, salah satu manusia paling terkenal, berguna, dan bahagia. Dengan bergantung pada indera peraba dan pencium, ia belajar dan rajin berbicara dan menulis. Tulisannya meluas, dan dia diundang bicara di berbagai tempat di seluruh dunia. Ia menyelesaikan perguruan tinggi dan menulis sejumlah buku yang inspiratif.
Kisah nyata Helen Keller di atas hanya sekelumit dari kisah sukses orang-orang yang meski memiliki cacat tubuh tetapi tidak menghambat mereka untuk berkarya. Dalam keadaan fisiknya yang jauh dari sempurna, Helen justru berkata, “Aku jarang memikirkan keterbatasanku dan semua itu tidak membuatku bersedih.” Hellen Keller hidup dengan citra diri positif. Ia lebih senang melihat kelebihan dirinya daripada mengasihani diri sendiri apalagi fokus pada kelemahannya. Ironisnya, bila kita perhatikan orang-orang yang ada di sekitar kita, banyak yang secara fisik mereka tidak kekurangan, tetapi secara mental mereka termasuk pribadi miskin. Mengapa? Karena mereka lebih senang membesarkan keterbatasan dan ketidakmampuannya dan mengecilkan potensinya.
Hamba yang beroleh satu mina bukannya mengembangkan mina tersebut, tapi justru fokus pada ketakutannya akan hukuman. Bahkan jika kita amati, ia bahkan menyalahkan Tuannya! Itu sebabnya, berhati-hatilah pada apa yang Anda pikirkan dan katakan tentang diri Anda sendiriJika Anda berpikir dan berkata yang negatif, maka Anda pun menjadi orang yang buruk. Sebaliknya, jika Anda memikirkan yang terbaik dan berkata yang positif, maka terjadilah menurut iman Anda.
Maksimalkan Hidupmu
Bacaan: 2 Korintus 12: 1-10
Sebab jika aku lemah, maka aku kuat”. - 2 Korintus 12:10
Apa yang Anda pikirkan ketika melihat burung dalam sangkar? Apakah Anda melihat burung yang indah dan bersuara merdu? Mungkin itu benar. Tapi, pernahkah terpikir oleh kita, apakah burung itu sebenarnya senang berada dalam sangkar? Saya yakin seriang-riangnya burung tersebut menyanyi dalam sangkar, ia pasti lebih memilih terbang bebas jika ada kesempatan. Senyaman-nyamannya kurungannya, itu tetap penjara yang membatasi ruang geraknya. Buat apa diciptakan menjadi binatang bersayap, tetapi tidak bisa bebas terbang?
Burung dalam kurungan adalah gambaran tentang kehidupan yang terbatas. Jika kita hidup seperti itu, kita harus bertanya pada diri kita sendiri, bagaimana itu bisa terjadi? Alkitab lebih suka bicara tentang apa yang bisa kita lakukan, bukan apa yang tidak kita lakukan. Herannya, kita justru sering memilih pilihan kedua. Kita lebih mudah percaya bahwa diri kita tidak bisa melakukan satu hal tertentu daripada yakin bisa mengerjakannya. Dari situlah, entah bagaimana, sadar atau tidak, keterbatasan itu pun tercipta dalam diri kita. Memang, kita semua punya bekas luka dan keterbatasan, baik secara fisik atau karakter. Tapi, kita tidak boleh dibatasi luka tersebut. Justru dalam kelemahan itulah, kita harus bersukacita karena Tuhan bisa bekerja sempurna. Tanpa merasakan kekurangan, orang cenderung menjadi sombong. Orang sombong tidak akan bisa menangkap apa yang Tuhan mau secara jelas dalam hidupnya.
Jadikan hidup kita termotivasi oleh kasih-Nya, dan arahkan pandangan kita kepada-Nya. Dia adalah sumber dari segalanya. Dari Dia sajalah mengalir segala kemungkinan baik yang dapat kita terima. Kalahkan rasa takut, bersalah, dan khawatir yang menghantui hidup kita. Izinkan Dia mengajarkan kita cara hidup sesuai kehendak-Nya dan melengkapi kita dengan hal-hal yang kita perlukan. Jangan biarkan dunia membatasi ruang gerak kita. Berpikir dan bertindaklah maksimal, karena Tuhan kita adalah Tuhan yang maksimal.
Artikel Rohani
Belajar dari Kesalahan
Bacaan: Amsal 14:1-35
Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan, tetapi orang bebal melampiaskan nafsunya dan merasa aman. - Amsal 14:16
Tahun enam puluhan, sebelum era komputer dan elektronik, seorang juru tik yang ceroboh di Houston, Texas, mencari cara untuk memperbaiki kesalahan ketiknya. Ia menemukan cat putih di garasi yang diencerkan dengan cairan pengencer, lalu mulai menghapus kesalahannya dengan 'cat' itu. Ia menunggu cat itu kering lalu mengetikkan ejaan yang benar. Rekan-rekannya menyukai gagasannya dan ingin membeli larutan buatannya. Gagasan itu menjadi populer, sampai perusahaan 3-M membeli produk dan gagasannya dengan harga tiga juta dolar. Kini, kita mengenalnya sebagai Type-Ex. Ternyata, kesalahan pun dapat menjadi ide brilian.
Tidak perlu malu karena pernah berbuat kesalahan, selama hal itu dapat menjadikan kita lebih bijaksana dari sebelumnya. Keterbatasan pengetahuan, ketidaktahuan, lupa, dan masih banyak hal lain dapat membuat kita salah dalam bertindak dan mengambil keputusan. Dalam hidup, kita pasti akan mengalami rasanya melakukan kesalahan. Namun, yang penting adalah kenali kesalahan-kesalahan itu dan belajarlah darinya, supaya kita jangan terus berkubang di kesalahan yang sama.
Di dalam Alkitab, kita juga melihat beberapa tokoh besar yang semasa hidupnya pernah berbuat salah. Sebut saja Petrus. Ia pernah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali, tetapi ia bertobat. Setelah dipulihkan, hidupnya pun menjadi berkat bagi orang banyak. Berbeda sekali dengan Yudas. Sama-sama murid Yesus, mereka juga sama-sama bersalah. Namun, bedanya Yudas lebih memilih untuk berkubang dalam lumpur dosa, sehingga ia mati sia-sia.
Presiden Roosevelt berkata, “Satu-satunya orang yang tidak membuat kesalahan adalah orang yang tidak pernah melakukan apa-apa.” Sedangkan Paul Galvin mengatakan, “Jangan takut dengan kesalahan. Kebijaksanaan biasanya lahir dari kesalahan.” So, tetaplah berkarya. Don't worry about fail! Ok?
Belajar dari Burung
Bacaan: Ayub 12
Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan.- Ayub 12:7
Jika ada kategori satwa yang paling sering membuat manusia iri, mungkin itu adalah burung. Terciptanya pesawat terbang adalah salah satu bukti. Begitu perkasanya burung rajawali mengarungi angkasa bahkan menjadi inspirasi kitab Yesaya. Tuhan Yesus juga menunjuk pada burung pipit yang selalu Tuhan pelihara untuk mengajarkan tentang hal kekhawatiran dan merpati untuk mengajarkan ketulusan. Bagi penggemar burung berkicau, alunan suara merdu burung bahkan bisa membuat mereka rela merogoh kocek. Apa lagi yang dapat kita pelajari dari kehidupan burung? Berikut beberapa di antaranya:
1. Ketekunan. Pernahkah Anda melihat sarang burung? Burung membuat sarangnya dari ranting, daun, atau bahan-bahan lain, satu persatu. Kadangkala bahan-bahan itu juga diambil dari tempat yang cukup jauh. Tak jarang, karena cuaca buruk atau ulah hewan dan manusia, sarang itu rusak. Tapi, mereka akan tetap kembali membangun sarangnya sampai induk burung bertelur.
2. Kerja sama. Burung yang bermigrasi selalu terbang dalam kelompok. Ini dilakukan karena perjalanan yang akan ditempuh bisa sangat jauh, bahkan sampai ke belahan dunia yang lain. Anda mungkin pernah menyaksikan burung-burung yang membentuk formasi tertentu untuk saling mendukung dan menopang satu sama lain.
3. Jika ingin hidup, berusahalah. Alkitab mengatakan Allah selalu memelihara burung-burung. Tapi, Allah tidak lantas menaburkan biji-bijian makanan mereka ke sarangnya. Burung-burung harus tetap terbang keluar dari sarangnya yang nyaman untuk mencari makanannya sendiri.
Tapi, bukankah ironis, ada manusia yang punya kemampuan dan kecerdasan justru hanya menunggu uluran tangan pertolongan, tanpa mau keluar dan mencarinya? Tidakkah ironis, manusia justru lebih suka berperang dan saling menjegal? Ironis, banyak manusia justru segera menyerah saat hidupnya mengalami guncangan. Allah menciptakan burung supaya kita juga belajar dari mereka. Siap?
Affluenza
Bacaan: Matius 6:19-24
Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.- Matius 6:19
Affluenza adalah istilah yang menggambarkan konsumerisme seperti penyakit influenza; mewabah, cepat menyebar, dan merugikan penderitanya. Kita mungkin sering mendengar kecenderungan orang-orang yang menganggap ukuran kemajuan sebuah kota identik dengan banyaknya mal yang dibangun. Bahkan, kadang ada yang malu jika kota kelahirannya belum punya mal karena itu berarti masih belum maju. Padahal, makin banyaknya mal adalah indikasi makin meningkatnya wabah affluenza. Menurut hasil temuan psikolog Inggris, Oliver James, saat gejala affluenza (atau sebut saja konsumerisme) di suatu daerah meningkat, makin meningkat pula jurang kesenjangan ekonomi di daerah tersebut. Dan makin besar jurang perbedaan ekonomi di suatu wilayah, makin tidak bahagia pula masyarakatnya. Jadi, apa yang dibanggakan jika kota kita punya banyak mal?
Sebuah artikel yang pernah saya baca mengatakan bahwa meningkatnya sifat materialistik adalah akibat dari emosi yang tertekan. Emosi yang tertekan karena tidak menemukan cinta kasih akan mengakibatkan orang mencoba menggantikannya dengan nafsu, yang ‘mirip’ dengan cinta tapi bukan cinta itu sendiri. Emosi yang lain adalah kagum. Emosi kagum inilah yang membuat seorang anak seakan tidak pernah bosan dengan dunianya yang penuh imajinasi dan pertanyaan. Tapi, saat orang dewasa merasa dunia ini tidak lagi mengagumkan, ia pun bosan. Dan untuk menggantikan emosi kagum ini, mereka pun beralih pada konsumerisme. Pernah melihat orang yang sangat bersemangat jika shopping, sekalipun hanya window shopping (melihat-lihat saja)? Pada dasarnya mereka tidak beda jauh dengan seorang anak yang diajak ke taman bermain bukan?
Jadi, apa yang harus kita lakukan? Satu saja, arahkan kembali hidup Anda kepada-Nya. Carilah kembali cinta kasih, kagum, hormat, dan emosi-emosi positif yang telah Tuhan berikan kepada kita. Percayalah bahwa tidak akan ada kata bosan saat kita mau melihat dan merenungkan setiap perbuatan ajaib yang telah Tuhan lakukan dalam hidup Anda. Mulailah sekarang!
Dari Keinginan
Bacaan: Yakobus 1:12-18
tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.- Filipi 4:6
Seorang pegawai muda baru pertama kalinya diutus menjadi wakil perusahaan di satu seminar ilmiah. “Wow, saya akan ketemu banyak orang pintar. Siapa tahu ketularan “ pikirnya. Kebetulan, saat acara berlangsung, pemuda itu bersebelahan dengan profesor Tom, seorang ilmuwan eksentrik. Tapi karena grogi, ia hanya mengamati sang profesor selama acara berlangsung. Ia melihat profesor sesekali memasukkan tangan ke saku, mengambil sesuatu, dan memakannya. Penasaran, si pemuda memberanikan diri bertanya. “Pak Profesor, apa yang Anda makan?” Profesor Tom menoleh dan tersenyum, “Oh, ini biji apel..” jawabnya. “Kenapa Anda makan biji apel?” “Wah, Anda belum tahu? Saya telah menemukan bahwa makan biji apel akan bisa meningkatkan kecerdasan otak. Apa Anda tertarik makan juga? Saya jual biji ini 10 ribu satu..” Si pemuda langsung tertarik, “Oh boleh, saya beli 5 biji.” Pemuda itu pun segera makan. Tapi, saat makan ia pun mulai berpikir, “Bodoh sekali aku, kenapa aku mau membeli biji apel 10 ribu? Bukannya 10 ribu untuk beli buah apel di pasar bisa dapat banyak?”
Seperti kisah di atas, demikian jugalah yang sering terjadi antara manusia dan bujukan dosa. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa dosa adalah buah dari keinginan kita (Yak. 1:15). Berapa banyak orang yang terjerumus dalam narkoba, seks bebas, korupsi, menipu, bergosip, dll awalnya melakukan karena mereka melihat bahwa hal tersebut lebih banyak untung ketimbang ruginya? Bagi si pemuda, 10 ribu rupiah untuk 1 biji apel sama sekali tidak rugi, asal dia bisa pintar. Ya, saat ini kita mungkin heran atau menganggapnya konyol. Tapi, sama halnya dengan pemuda tadi, kita sama sekali tidak akan merasa konyol saat iblis memberikan umpan yang sangat pas dengan keinginan kita.
Hati-hatilah dengan keinginan Anda. Jangan biarkan Anda memelihara keinginan itu sendiri tanpa mengkomunikasikannya dengan Tuhan. Keinginan yang dipendam sendiri akan menghasilkan ambisi. Tapi, saat suatu keinginan dikomunikasikan kepada Allah melalui doa dan ucapan syukur, yang kita dapat bukan ambisi yang bisa menyesatkan, tapi justru jawaban doa kita. Amin?
Artikel Rohani
Penyakit Menunda
Bacaan: Ulangan 23:21-23
Apabila engkau bernazar kepada TUHAN, Allahmu, janganlah engkau menunda-nunda memenuhinya.....- Ulangan 23:21
Seorang petani tua selama bertahun-tahun terpaksa membajak di sekeliling sebuah batu besar di salah satu petak sawahnya. Batu itu telah mematahkan beberapa mata bajak dan sebuah cangkul miliknya. Semakin hari batu itu makin menyusahkan pak tani. Satu hari setelah mata bajaknya kembali patah, dan teringat akan berbagai kesulitan yang telah ditimbulkan batu itu selama ini, akhirnya ia memutuskan melakukan sesuatu. Ia menancapkan linggis ke dasar batu itu, dan betapa terkejutnya karena ternyata tebal batu itu hanya sekitar 30 cm. Dengan menggunakan palu besar, batu itu pun dihancurkan. Petani itu tersenyum, malu pada diri sendiri. “Seharusnya aku dapat mengatasi batu ini dengan segera, sehingga aku pun tak perlu bersusah-susah sampai bertahun-tahun.”
W. M. Lewis berkata, “Tragedi kehidupan adalah bukan karena hidup berakhir sedemikian cepat, tetapi karena kita menunggu demikian lama untuk memulainya.” Ya, kita tak akan pernah tahu bila kita tak pernah memulai. Lagi pula, jika kita tidak pernah memulai, lalu kapan kita akan menyelesaikan, apalagi menikmatinya? Keadaan tidak selalu baik. Orang yang menunda bertindak sampai semua faktor mendukung sebenarnya tidak akan mengerjakan apa pun. Sadarkah Anda bahwa penundaan tidak akan pernah menyelesaikan masalah? Bila dalam menghadapi tanggung jawab kita sering berkata, “Nanti saja, tidak perlu terburu-buru, masih ada hari esok, dsb.” Waspadalah, karena masalah besar sedang mengintai di depan mata. “Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai.” (Pkh. 11:4)
Jangan pernah menunda apa yang seharusnya kita lakukan hari ini. Jangan sampai bahwa pada akhirnya yang datang hanyalah penyesalan tiada akhir. Anda tidak perlu menunggu berhasil untuk melakukan sesuatu, sebab Anda tidak akan berhasil jika tidak mulai melakukan sesuatu. Segera lakukan apa yang bisa Anda lakukan saat ini juga, sehingga Anda tidak perlu berkata, “Ah, seandainya sudah kulakukan sejak dulu.”
Artikel Rohani
Sukses Larry-Otto
Bacaan: Filipi 4:11-13
Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"- Markus 9:23
Jangan biarkan kondisi fisik yang tidak sempurna membatasi kita! Itulah pesan moral dari perjalanan sukses Larry Woody, warga Cottage Grove. Meski Larry buta, tapi dia dapat menjalankan bengkel otomotifnya secara mandiri, mulai dari mengganti saluran bahan bakar, mengganti filter bahkan menderek kendaraan! Uniknya ia memperkerjakan Otto Shima yang mengidap tuli sejak lahir, untuk menjadi asistennya! Pasangan kerja yang luar biasa, bukan? Meski demikian, ia berhasil mencapai sukses dalam pekerjaan yang digelutinya, seperti yang dilaporkan oleh Eugene Register-Guard.
Membaca kisah sukses yang dialami oleh orang-orang yang mengalami keterbatasan fisik membuat kita yang diperlengkapi dengan fisik secara normal kadangkala malu terhadap diri kita sendiri. Bagaimana tidak? Kita belum menemui tantangan yang berarti dan kita sudah menyerah lebih dulu. Masalah yang kita hadapi sebenarnya biasa-biasa saja, tapi kita sudah angkat tangan tanda tak mampu. Bukankah sangat ironis jika dibandingkan pasangan sukses Larry-Otto tersebut?
Kesuksesan Larry-Otto menunjukkan bahwa semangat hidup yang luar biasa akan membawa kita menembus batas kemustahilan. Selama kita memiliki antusiasme yang kuat, percayalah bahwa segala hal adalah mungkin! Tidak ada yang tidak mungkin! Terlebih lagi bagi kita orang percaya. Bukankah Alkitab sendiri berkata bahwa bagi Tuhan tidak ada hal yang mustahil? Demikian juga bagi kita orang percaya segala hal adalah mungkin.
Segala hal menjadi mustahil atau tidak, tergantung dari diri kita sendiri. Tergantung bagaimana cara kita memandang, bagaimana kita memaksimalkan potensi yang ada, dan bagaimana kita memiliki jiwa yang besar. Apakah hari ini Anda mengalami kesulitan, masalah dan tantangan dalam pekerjaan Anda? Yakinlah bahwa Anda selalu memiliki kemampuan yang lebih dari cukup untuk mengatasi semuanya itu bersama dengan Tuhan. Jika mereka yang cacat saja bisa, bagaimana mungkin kita yang normal tidak bisa?
Tak memiliki sayap bukan berarti membuat kita tidak mampu terbang.
Artikel Rohani
Optimalkan
Bacaan: Roma 8:12-17
maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah,... - Roma 8:17
Komputer bukanlah barang yang asing bagi kita. Setiap hari saya selalu bersentuhan dan menggunakan komputer sebagai alat untuk bekerja. Meski demikian hasil yang dicapai dengan bantuan teknologi komputer belum bisa maksimal, padahal semua fungsi sudah tersedia lengkap di komputer tersebut. Tentu saja ini bukan salah komputernya, melainkan salah saya belum mengoptimalkan fasilitas komputer tersebut. Demikian juga saya kadangkala geli melihat seseorang yang memiliki handphone mahal baik dalam bentuk smartphone maupun communicator, tapi hanya menggunakan handphone yang memiliki fasilitas super lengkap tersebut hanya untuk sekedar telpon dan sms saja. Sekali lagi, kalau handphone tersebut belum berfungsi maksimal, tentu masalahnya ada pada diri kita sendiri yang belum bisa mengoptimalkan semua feature yang ada di dalamnya.
Mengapa kita tidak menjadi orang Kristen yang maksimal? Bukan karena Tuhan tidak memperlengkapi kita, bukan juga karena Roh Kudus yang tidak berfungsi apa-apa dalam diri kita. Ini disebabkan oleh diri kita sendiri yang tidak pernah mengoptimalkan fasilitas-fasilitas rohani atau janji-janji Tuhan di dalam hidup kita.
Janji apa saja yang Tuhan berikan kepada kita, sehingga hidup kita bisa maksimal? Janji keselamatan, kita tidak lagi hidup di bawah kuasa dosa. Janji kemenangan, kita bukan lagi orang yang kalah tapi orang yang menang, bahkan lebih dari pemenang. Janji kecukupan, kita akan selalu mengalami pemeliharaan dari Tuhan. Janji kesembuhan, oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh. Janji sukacita dan damai sejahtera, bahkan ketika berada dalam situasi dan kondisi yang berat sekalipun. Janji keberhasilan, Tuhan ingin kita menjadi kepala dan bukan ekor, naik dan bukan turun. Janji kelimpahan, kita diberkati Tuhan sampai berkelimpahan, supaya kita bisa menjadi berkat bagi orang lain. Dan masih ada begitu banyak janji-janji Tuhan yang lain. Sangat rugi kalau kita menjadi orang Kristen yang tidak pernah maksimal hanya gara-gara tidak tahu janji-janji Tuhan yang luar biasa. Itu seperti mereka yang punya hp canggih tapi tidak pernah memaksimalkannya.
Bukan karena janji Tuhan yang kurang lengkap, tapi karena diri kita yang belum mengoptimalkannya.
Artikel Rohani
Optimalkan
Bacaan: Roma 8:12-17
maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah,... - Roma 8:17
Komputer bukanlah barang yang asing bagi kita. Setiap hari saya selalu bersentuhan dan menggunakan komputer sebagai alat untuk bekerja. Meski demikian hasil yang dicapai dengan bantuan teknologi komputer belum bisa maksimal, padahal semua fungsi sudah tersedia lengkap di komputer tersebut. Tentu saja ini bukan salah komputernya, melainkan salah saya belum mengoptimalkan fasilitas komputer tersebut. Demikian juga saya kadangkala geli melihat seseorang yang memiliki handphone mahal baik dalam bentuk smartphone maupun communicator, tapi hanya menggunakan handphone yang memiliki fasilitas super lengkap tersebut hanya untuk sekedar telpon dan sms saja. Sekali lagi, kalau handphone tersebut belum berfungsi maksimal, tentu masalahnya ada pada diri kita sendiri yang belum bisa mengoptimalkan semua feature yang ada di dalamnya.
Mengapa kita tidak menjadi orang Kristen yang maksimal? Bukan karena Tuhan tidak memperlengkapi kita, bukan juga karena Roh Kudus yang tidak berfungsi apa-apa dalam diri kita. Ini disebabkan oleh diri kita sendiri yang tidak pernah mengoptimalkan fasilitas-fasilitas rohani atau janji-janji Tuhan di dalam hidup kita.
Janji apa saja yang Tuhan berikan kepada kita, sehingga hidup kita bisa maksimal? Janji keselamatan, kita tidak lagi hidup di bawah kuasa dosa. Janji kemenangan, kita bukan lagi orang yang kalah tapi orang yang menang, bahkan lebih dari pemenang. Janji kecukupan, kita akan selalu mengalami pemeliharaan dari Tuhan. Janji kesembuhan, oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh. Janji sukacita dan damai sejahtera, bahkan ketika berada dalam situasi dan kondisi yang berat sekalipun. Janji keberhasilan, Tuhan ingin kita menjadi kepala dan bukan ekor, naik dan bukan turun. Janji kelimpahan, kita diberkati Tuhan sampai berkelimpahan, supaya kita bisa menjadi berkat bagi orang lain. Dan masih ada begitu banyak janji-janji Tuhan yang lain. Sangat rugi kalau kita menjadi orang Kristen yang tidak pernah maksimal hanya gara-gara tidak tahu janji-janji Tuhan yang luar biasa. Itu seperti mereka yang punya hp canggih tapi tidak pernah memaksimalkannya.
Bukan karena janji Tuhan yang kurang lengkap, tapi karena diri kita yang belum mengoptimalkannya.
Artikel Rohani
Beda Bidang Kita
Bacaan: Amsal 10:28, 11:23
Harapan orang benar akan menjadi sukacita, tetapi harapan orang fasik menjadi sia-sia.- Amsal 10:28
Hal yang paling ideal dalam dunia kerja adalah ketika kita mengerjakan segala sesuatu yang sesuai dengan bidang yang kita geluti atau pelajari di bangku akademis. Misalnya kita adalah orang yang suka seni arsitektur, kita memiliki minat yang tinggi di bidang tersebut, kita menyelesaikan pendidikan di bidang arsitektur dan akhirnya bekerja di bidang arsitektur. Idealnya adalah seperti itu. Namun kita harus tahu bahwa pada prakteknya tidak selalu terjadi seperti itu. Karena himpitan keadaan maupun persaingan yang makin ketat, “mau tidak mau” kita harus menerima pekerjaan yang sama sekali tidak sesuai dengan bidang kita sebelumnya.
Kalau memang Anda berada dalam situasi tersebut, hal yang paling bijak adalah mengusahakan bagaimana Anda berkembang di mana Anda ditanam. Masalahnya bukanlah dimana Anda berada, tapi bagaimana Anda melakukannya. Masalahnya bukanlah jenis pekerjaan apa yang kita dapatkan, tapi bagaimana kita bisa maksimal dengan pekerjaan tersebut. Banyak orang putus asa ketika harus mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidang yang digelutinya, namun cara pikir ini paling tidak bisa menjembatani.
Di sepanjang hidup kita, kita menjumpai tanah yang beraneka macam dan komposisi. Kadangkala tanah tersebut subur dan sehat, ini berbicara tentang bagaimana kita mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan. Namun ada kalanya, kita harus berhadapan dengan tanah yang kering, keras, dan berbatu-batu. Ini berbicara tentang bagaimana kita bekerja di tempat yang sama sekali beda dengan bidang kita. Jadikan hal ini sebagai tantangan bagi kita. Bagaimana kita mengubah tanah yang kering dan keras tersebut menjadi subur dan sehat! Tuhan memberikan kepada kita kemampuan untuk survive, itu sebabnya hiduplah di tempat di mana kita ditanam. Tidak hanya sekedar hidup, tapi kita benar-benar bisa bertumbuh dan berkembang. Perspektif seperti ini membuat kita tidak mudah menyerah dan putus asa, bahkan kita akan semakin bergairah dan tertantang untuk memaksimalkan potensi diri di dunia kita yang baru.
Berkembanglah di mana Anda ditanam.
Artikel Rohani
Kekuatan Pikiran
Bacaan: Amsal 8:1-36
Semuanya itu jelas bagi yang cerdas, lurus bagi yang berpengetahuan- Amsal 8:9
“Ada cukup energi atom dalam pikiran manusia untuk meledakkan kota New York.” Demikianlah Dr. Norman Vincent Peale, penulis buku laris The Power of Positive Thinking berujar. Sebab jika “kekuatan pikiran” ini sepenuhnya digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia, maka hal-hal yang luar biasa akan terjadi. Diperkirakan bahwa manusia rata-rata hanya menggunakan kurang dari 10 persen potensi pikirannya. Bahkan Albert Einstein, si jenius teori relativitas, menggunakan hanya 15 persen potensi pikirannya. Pikiran kita memiliki kuasa yang super dahsyat, namun kita menyia-nyiakan 90 persen dari daya ini.
Seandainya kita tahu bahwa ada potensi yang luar biasa di dalam pikiran kita, tentu kita tidak akan pernah menyia-nyiakan pikiran kita begitu saja. Tentu kita akan terus menggali dan memaksimalkannya begitu rupa. Jika saja setiap orang mau memaksimalkan kuasa di dalam pikirannya, maka setiap orang pasti akan sukses dan mengalami kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Anda memiliki kuasa yang luar biasa di dalam pikiran Anda, sebab itu berpikirlah besar supaya hal-hal besar akan terjadi dalam hidup Anda.
Semuanya bermula dari pikiran kita. Kreatifitas, inovasi, pencapaian hal-hal besar, teknologi yang super canggih, penemuan-penemuan hebat, dsb, semuanya bermula dari pikiran kita. Sudah seharusnya kita menggunakan pikiran kita untuk hal-hal positif dan kemajuan-kemajuan seperti itu. Sayangnya, kebanyakan orang tidak melakukannya. Justru yang menyedihkan, mereka menggunakan pikirannya untuk hal-hal negatif. Mereka menggunakan pikirannya untuk menyangkal potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri. Pikiran mereka berkata, “Aku tidak mungkin bisa. Aku tidak mungkin berhasil. Aku akan gagal, dsb.” Tidak heran kalau sementara beberapa orang menjadi sedemikian maju, kreatif dan melakukan terobosan-terobosan luar biasa, mereka yang menggunakan pikirannya untuk hal-hal negatif justru mengalami kemandekan, kemunduran, tidak produktif dan akhirnya tidak menghasilkan apa-apa. Ingatlah bahwa kita juga harus mempertanggungjawabkan pikiran kita kepada Tuhan juga.
Pikiran negatif hanya akan menyangkal potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri.
Memendam Potensi
Bacaan: Matius 25:14-30
Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.- Matius 25:18
Oliver Wendell Holmes pernah berkata, “Tragedi terbesar di dunia ini bukanlah pembuangan besar-besaran sumber daya alam, walaupun ini memang tragis. Tragedi terbesar adalah pembuangan sia-sia sumber daya manusia.” Holmes masih melanjutkan bahwa orang rata-rata masuk liang kubur dengan musik masih ada di dalam dirinya. Jadi, sayang sekali, lagu yang paling indah di antara semuanya adalah lagu yang tidak pernah dimainkan.
Para ahli psikologi meneliti dan menyimpulkan bahwa sebenarnya manusia hanya menggunakan 2-5% dari seluruh kemampuan yang ada di dalam dirinya. Bukankah ini hal yang sangat tragis? Ada potensi besar di dalam diri kita, namun itu tidak pernah tergali dan terpendam begitu saja. Percuma Tuhan mempercayakan kepada kita potensi yang besar kalau itu tidak pernah digunakan. Seperti halnya Reuben Siverling berkata, “Uang 5 sen dan uang emas $ 20 sama nilainya kalau keduanya berkarat di dasar laut.” Perbedaan dalam nilai hanya akan dinyatakan jika kita mengangkat kedua keping logam tersebut dan menggunakannya. Demikian juga nilai kita akan menjadi nyata kalau kita berhasil menggali, memaksimalkan dan menggunakan potensi kita tersebut dengan sebaik-baiknya.
Membiarkan potensi terpendam begitu saja adalah dosa besar di hadapan Tuhan. Lihatlah tentang perumpamaan talenta. Hamba yang dipercayakan satu talenta tidak mau berbuat apa-apa dan ia justru memendam talenta tersebut. Meski talenta tersebut dikembalikan kepada tuannya masih dalam keadaan utuh dan tidak berkurang sedikitpun juga, tuan tersebut murka besar. Sehingga hamba tersebut tidak hanya dikatakan malas, tapi juga jahat!
Tidak menggunakan potensi yang ada di dalam diri kita adalah kejahatan di hadapan Tuhan! Itu sebabnya mari kita gali potensi kita, kembangkan talenta kita, asah skill kita dan maksimalkan hidup kita untuk kemuliaan-Nya.
Tragedi terbesar bukanlah pembuangan sumber daya alam, tapi pembuangan sumber daya manusia.
Artikel Rohani
Komitmen Pada Keluarga
Bacaan: I Timotius 3:4-5, 5:8
Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad...- I Timotius 5:8
Mereka yang mengalami masalah dalam pernikahan ternyata sangat rentan untuk terjebak dengan hal-hal yang negatif. USA Today meneliti tentang hal ini dan menemukan bahwa dari semua orang yang mengalami masalah dalam pernikahan ternyata 27 % lari kepada minuman beralkohol dan 22% terlibat dengan penyalahgunaan narkotika dan obat bius. Jika seseorang sudah mengalami ketergantungan akan alkohol maupun obat bius, maka itu akan sangat berpengaruh pada perkembangan karir dan pekerjaannya. Boleh disimpulkan bahwa pernikahan yang harmonis dan lingkungan keluarga yang sehat adalah tempat yang sangat penting untuk mengawali kesuksesan karir.
Keluarga dan karir adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Kalau kehidupan pernikahan dan keluarga kita sedang bermasalah, bisa dipastikan karir kita juga akan bermasalah. Demikian juga sebaliknya, kalau kehidupan keluarga kita sehat, maka itu akan meningkatkan kualitas pekerjaan kita. Itu sebabnya kita harus memiliki komitmen dengan keluarga.
Memiliki komitmen dengan keluarga berarti kita menyediakan waktu dan perhatian untuk keluarga. Sesibuk apapun aktivitas kita dalam pekerjaan, bukan berarti keluarga harus menjadi korban. Di sinilah kita dituntut untuk pintar-pintar mengatur waktu. Jika kita bisa menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga secara bersama-sama, hasilnya pasti sangatlah efektif.
Memiliki komitmen dengan keluarga berarti kita memiliki kesetiaan dengan pasangan kita. Di tengah fenomena perselingkuhan di tempat kerja yang makin marak, kita harus menampilkan gaya hidup yang berbeda yaitu memiliki loyalitas penuh terhadap pasangan. Sesungguhnya kehidupan pernikahan yang bahagia dan kehidupan keluarga yang sehat adalah lebih berharga dari karir maupun pekerjaan kita. Apa gunanya kita bisa sukses di tempat kerja kalau keluarga kita akhirnya hancur berantakan?
Keluarga yang bahagia sangat penting untuk mengawali sukses berkarir.
Cleaning Files
Bacaan: Filipi 3:13-21
? tetapi ini yang kulakukan : aku melupakan apa yang telah dibelakangku ? dan berlari-lari kepada tujuan.- Filipi 3:13-14
Setiap hal yang kita alami akan kita simpan dalam otak kita dan itu berada dalam arsip atau file yang bernama ingatan. Peristiwa-peritiwa itu akan tinggal sebagai ingatan yang masih jelas, kesan yang agak kabur atau bahkan mengendap di salah satu sudut alam bawah sadar kita dan semuanya akan tetap tinggal di sana. Seharusnya, segala informasi yang ada dalam ingatan yang membuat kita merasa bersalah, takut, kecewa dan sakit dapat kita hadapi dan yang tidak berguna juga bisa kita buang.
Ada sebuah kisah tentang seorang pengusaha yang terkenal sangat disiplin dan senang menyimpan segala sesuatu, sampai-sampai arsip di dalam kantornya menumpuk dan menghabiskan tempat. Suatu hari, sekretarisnya bertanya apakah ia boleh membuang semua bahan-bahan dan berkas yang sudah tua dan tidak terpakai lagi itu. Pengusaha itu agak ragu-ragu, tetapi sekretarisnya terus mendesaknya, sampai akhirnya ia berkata, "baiklah, tetapi jangan lupa memfotokopi semuanya sebelum kamu buang!"
Hal itu juga yang dilakukan oleh anak-anak Tuhan dengan dosa dan masa lalunya. Kita mengakui setiap kesalahan dan pelanggaran kita, dan Allah sudah mengampuninya namun kita masih saja tidak dapat menghilangkan rasa bersalah. Kegagalan itu seakan-akan begitu menghantui dan membelenggu sehingga kita sulit lepas darinya. Padahal, saat kita masih meratapi kegagalan-kegagalan yang kita hadapi, artinya kita sedang memfotokopi terus kegagalan itu, membuat cetak ulang atas peristiwa masa lalu yang mestinya kita buang.
Rasul Paulus mengajarkan bahwa penghapusan rasa bersalah di hadapan Tuhan adalah sebuah kenyataan. Ia tahu benar bahwa dengan kematian Kristus semuanya telah lunas dibayar. Ingatan masa lalu dan kegagalan tidak meninggalkannya namun ia telah melupakannya. Membersihkan arsip-arsip lama yang sudah tidak perlu harus kita lakukan. Namun jadikan itu semata sebagai sebuah kenangan karena korban pendamaian dalam Kristus telah membersihkannya.
DarahNya telah membersihkan arsip dan ingatan kita dari masa lalu.
Artikel Rohani
Kisah Carlos
Bacaan: Kejadian 49:22-26
Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya... - Pengkhotbah 7:8
Kisah sukses Carlos Arboleya akan sangat menginspirasi kita. Tahun 1960 Carlos menjabat posisi yang cukup tinggi di salah satu bank terbesar di Kuba. Perubahan besar terjadi ketika rezim komunis Fidel Castro menasionalisasi semua bank swasta. Carlos bersama isteri dan ketiga orang anaknya yang masih kecil meninggalkan Kuba menuju Amerika hanya dengan membawa 42 dolar. Dia tidak memiliki pekerjaan dan tidak kenal dengan siapapun juga.
Pekerjaan pertama yang ia dapatkan adalah sebagai juru tulis di bagian inventaris sebuah pabrik sepatu. Meski mendapat bagian yang remeh, Carlos bekerja tanpa lelah dan menunjukkan kualitas kerja yang luar biasa. 16 bulan kemudian ia menjadi manajer. Dalam waktu singkat ia direkrut oleh sebuah bank yang menjadi mitra bisnis pabrik sepatu tersebut. Selanjutnya kita kini mengenal Carlos Arboleya menjadi salah seorang bankir paling sukses di Amerika. *
Dari juru tulis rendahan sampai menjadi bankir sukses. Itulah kisah seorang pengungsi yang positif. Tempat kita memulai tidak penting. Tempat yang kita tuju, itulah yang penting. Banyak tokoh Alkitab yang sukses juga memulai dari tempat yang tidak penting. Yusuf memulainya dari penjara dan perbudakan. Daud memulainya dari seorang gembala. Murid-murid Yesus memulainya dari nelayan sederhana. Namun tempat yang berhasil mereka tuju adalah luar biasa! Apa kuncinya? Penyertaan Tuhan dan hiduplah di dalam kebenaran!
Jika kita melibatkan Tuhan senantiasa di dalam hidup kita. Jika kita hidup di dalam ketaatan penuh akan Firman-Nya. Jika kita bekerja dan berusaha dengan cara-cara yang benar. Jika kita menunjukkan kualitas kerja yang luar biasa : rajin, tekun, ulet, penuh semangat, setia, berdedikasi, jujur, bisa dipercaya, memiliki kompetensi, mau berkembang, dsb. maka kita pasti akan sampai ke tempat yang kita akan tuju. Sekali lagi, yang penting bukanlah bagaimana kita mengawali, tapi bagaimana kita mengakhirinya.
Tempat kita memulai tidak penting. Tempat yang kita tuju, itulah yang penting.
Artikel Rohani
Optimis
Bacaan: Mazmur 91:1-16
...Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu - Mazmur 91:9
Banyak orang terlalu memanjakan diri dan mengasihani diri secara berlebihan ketika mengalami masalah di dalam kehidupannya. Banyak orang terlalu cengeng saat menghadapi masa sulit di dalam hidupnya dan tidak memiliki fighting spirit yang kuat. Rapuh, mudah menyerah, selalu pesimis, menyalahkan situasi dan keadaan, hidup bersungut-sungut, dsb. rupanya banyak mewarnai kehidupan manusia.
Teresa Bloomingdale berkata bahwa dia tidak akan pernah melihat hal seburuk apapun sebagai tragedi. Pada tahun 1975, ketika dia berlindung di ruang bawah tanah bersama sembilan anaknya, rumahnya diterbangkan oleh angin puyuh, hingga tidak tersisa sama sekali. Apa komentarnya saat menghadapi bencana tersebut? “Lagipula kami harus pindah rumah. Sekarang saya tidak perlu mengemasi apapun juga.” demikianlah katanya. Itulah seorang yang sangat optimis dalam melihat hidup.
Sebagai orang percaya, sudah seharusnya kita memiliki sikap optimis dalam melihat hidup, bahkan ketika bencana atau masalah datang menimpa kita. Kita harus menyadari bahwa ketika hal seburuk apapun menimpa kita, Tuhan tetap turut bekerja di dalam hidup kita untuk mendatangkan kebaikan bagi kita pada akhirnya. Seberat apapun hari-hari yang harus kita jalani, marilah kita mempercayai bahwa Tuhan lah yang akan memberikan kekuatan dan kemampuan kepada kita untuk melaluinya.
Iman yang seperti ini akan membuat kita tegar dan tidak mudah dikalahkan oleh situasi dan kondisi buruk yang menimpa kita. Tidak ada keluhan atau bersungut-sungut, melainkan ucapan syukur dan doa. Tidak menyalahkan Tuhan yang sepertinya tidak berpihak kepada kita, melainkan memiliki keyakinan yang kuat bahwa Tuhan sedang mengerjakan yang terbaik di dalam hidup kita. Cara pandang yang positif ini akan membuat masa-masa sulit lebih mudah untuk dilewati. Jika saat ini Anda sedang mengalami hari-hari yang berat, milikilah cara pandang positif bahwa Tuhan sedang bekerja dalam hidup Anda.
Milikilah cara pandang positif, hidup Anda juga akan menjadi positif
Kesalahan Fatal
Bacaan: I Tawarikh 21:1-17
... jauhkanlah kiranya kesalahan hamba-Mu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh.- I Tawarikh 21:8
Ini adalah contoh tentang kesalahan yang sangat fatal. Kerajaan Grenada di Kepulauan Karibia, mengundang Duta Besar China untuk hadir dalam peresmian stadion olahraga di St. George’s yang dalam pembangunannya didanai oleh China. Untuk menghormati China yang telah menyumbangkan 40 juta dolar AS untuk pembangunan tersebut, Kerajaan Grenada memainkan lagu kebangsaan China. Malangnya, yang dimainkan ternyata bukan lagu kebangsaan China tapi lagu kebangsaan Taiwan, musuh bebuyutan China! Bisa Anda bayangkan betapa marahnya Duta Besar China pada saat itu!
Hal-hal besar bisa rusak gara-gara kesalahan kecil namun fatal. Hubungan diplomatik kedua negara tersebut bisa rusak hanya gara-gara salah memainkan lagu kebangsaan. Bukankah kita juga pernah mendengar Pepsi Cola yang “bangkrut” di Filipina gara-gara keliru mencetak tutup botol berhadiah, sehingga di setiap tutup botol tertera hadiah yang sangat besar. Bayangkan saja nilai kerugiaan yang ditanggung Pepsi Cola karena setiap orang yang membeli satu botol Pepsi Cola mendapatkan hadiah utama yang bernilai jutaan!
Pernahkah kita melakukan kesalahan fatal? Kemungkinan besar kita semua pernah melakukannya. Satu kesalahan kecil namun harus dibayar sangat mahal. Entahkah itu berakibat bisnis kita menjadi goncang dan mengalami masalah yang serius. Bagi kita yang bekerja dalam sebuah perusahaan, bisa jadi itu membuat kita dimarahi oleh pimpinan, harus ganti rugi, atau bahkan mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Apapun konsekuensi yang kita harus tanggung, yang paling penting adalah bagaimana di waktu yang akan datang kita tidak melakukan kesalahan fatal lagi. Bisa jadi hal tersebut adalah peringatan bagi kita untuk bekerja lebih serius, lebih hati-hati, lebih konsentrasi, lebih teliti dan lebih sempurna. Jadikan kesalahan fatal tersebut sebagai pijakan untuk menjadi lebih baik di kemudian hari. Dengan demikian, harga bayar dari kesalahan fatal tersebut menjadi tidak sia-sia.
Jadikan kesalahan fatal yang pernah kita buat menjadi pijakan untuk menjadi lebih baik lagi.
Kegagalan
Bacaan: Ibrani 12:10-13
Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita... - Ibrani 12:11
p>Tidak pernah ada orang yang tiba-tiba menjadi ahli pada kesempatan pertama. Justru pada kesempatan pertama kebanyakan orang mengalami kegagalan. Pada kesempatan pertama saya belajar motor, saya berhasil menabrakkan motor ayah saya dan membuatnya masuk bengkel. Pada kesempatan pertama saya menyetir mobil, mobil tersebut berhenti di suatu tanjakan kecil, dan teman yang mengajari saya harus mengambil alih kemudi. Pada kesempatan pertama saya belajar renang, saya banyak menenggak air kolam. Pada kesempatan pertama saya berbicara di depan banyak orang, saya mengucapkan banyak kalimat yang keliru, tergagap, lutut gemetaran dan berkeringat banyak.
Gagal pada kesempatan pertama bukan berarti kita tidak berbakat di bidang tersebut. Itu hanya bagian dari proses saja. Sayangnya banyak orang buru-buru berhenti ketika mengalami kegagalan pada kesempatan pertama dan berkata bahwa bidang tersebut tidak cocok baginya. Bukankah sebenarnya ini hal yang aneh? Justru sangat tidak realistis jika kita mengharapkan hasil sempurna dalam kesempatan pertama.
Kegagalan di awal bukanlah akhir segalanya. Kegagalan itu sendiri adalah proses dan bukan hasil. Jadi, jangan pernah berhenti ketika kegagalan terjadi. Teruslah melakukan perbaikan demi perbaikan. Belajarlah dari kegagalan secara terus menerus, sampai akhirnya kita menjadi ahli. Inilah mentalitas para pemenang. Inilah mentalitas orang-orang sukses. Pada kenyataannya, hampir semua orang yang ahli dibidangnya pernah melakukan kesalahan yang sangat fatal dan mengalami kegagalan. Hanya saja mereka tidak pernah menyerah kalah, itu sebabnya hari ini mereka menjadi orang-orang yang ahli di bidang tersebut.
Sudah seharusnya kita memaafkan kesalahan atau kegagalan yang kita buat, dan jangan pernah pernah mentolerir keputusan untuk berhenti karena kegagalan yang terjadi. Saya, Anda, dan semua orang di dunia ini pernah gagal. Jadi, mengapa kita harus membedakan diri dari orang kebanyakan untuk menjadi manusia yang anti gagal?
Kesuksesan sejati akan diperoleh jika berani melewati proses bernama kegagalan
Tentang Mengambil Keputusan
Bacaan: Yakobus 1:1-8
sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya. - Yakobus 1:8
Aha, ini adalah sepenggal kisah hidup mantan Presiden Ronald Reagan yang menarik. Reagan pergi ke seorang tukang sepatu dan minta dibuatkan sepasang sepatu yang bagus. Lalu si pembuat sepatu bertanya, "Kamu ingin ujung sepatu yang persegi atau bulat?" Reagan muda berbicara tidak jelas dan ragu-ragu, jadi si pembuat sepatu berkata, "Kembalilah sehari atau dua hari lagi dan beritahu saya apa yang kamu inginkan." Beberapa hari kemudian si pembuat sepatu melihat Reagan di jalan dan bertanya apakah ia telah mengambil keputusan tentang sepatu itu. "Saya belum bisa mengambil keputusan," jawab Reagan."Bagus sekali," kata si pembuat sepatu, kemudian ia memberitahu pelanggannya itu, "Sepatumu akan selesai besok." Ketika Reagan menerima sepatunya, yang satu berujung bulat dan yang lain berujung persegi!
Reagan pun menyimpulkan, "Melihat kembali sepasang sepatu itu setiap hari memberi saya suatu pelajaran. Jika Anda tidak membuat keputusan sendiri, orang lain akan membuatkannya untuk Anda." Ingatlah selalu bahwa tidak membuat keputusan, adalah sebuah keputusan! *
Hidup adalah pilihan. Pilihan untuk mengambil keputusan. Setiap hari kita dihadapkan dengan keputusan-keputusan yang harus kita pilih. Mencari sekolah baru, mencari rumah baru, saat membeli barang, saat menerima tawaran pekerjaan, bahkan dalam dunia rohani pun kita akan selalu dihadapkan dengan keputusan-keputusan yang harus kita ambil.
Masalahnya kita diam karena takut mengambil keputusan dan membiarkan semua pilihan-pilihan itu mengambang. Berpikir bahwa dengan kita diam, maka kita terhindar dari resiko yang mungkin saja terjadi. Yang terjadi tidak seperti itu. Dengan kita diam, itu adalah keputusan terburuk yang pernah kita ambil dan tetap saja kita harus menerima sejumlah resiko dari keputusan kita itu. Benar kata Reagan, jika kita tidak berani mengambil keputusan maka orang lain dan situasi serta keadaanlah yang akan membuatkannya untuk kita. Itu sebabnya sangat penting kita bersandar kepada Tuhan dan mencoba melangkah sesuai dengan pimpinanNya. Erat dengan Tuhan membuat kita mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan rencana dan kehendak Tuhan. Pembangkit Semangat untuk Pemimpin.
Beranikah Anda mengambil sebuah keputusan yang sesuai dengan kehendak Tuhan?
Ketika Dunia Berbalik Menyerang Kita
Bacaan: Lukas 22:47-53
Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?- Lukas 22:48
Ini tidak adil. Ini sangat tidak manusiawi. Bahkan sangat tidak masuk akal dilakukan oleh manusia-manusia yang berakal budi. Bukankah Yesus tidak pernah melakukan yang buruk? Sedikitpun tidak. Ia selalu berbuat baik. Ia selalu memberi pertolongan, bahkan ketika saatNya belum tiba pun, Ia tetap menyelamatkan muka keluarga mempelai di Kana. Ia tidak pernah menggosipkan orang lain, apalagi memfitnahnya. PerkataanNya manis, lembut dan menyegarkan siapa saja yang letih. Ia tidak pernah meminta atau menuntut lebih, Ia selalu memberi. Ia tidak pernah menjadi batu sandungan, Ia menjadi berkat. Ia membuat mujijat dan memberikannya kepada mereka yang butuh mujijat. Tak terhitung lagi kaki lumpuh yang bisa berjalan, atau mata buta yang celik, si bisu yang akhirnya berujar, atau si tuli yang sekarang bisa enjoy dengar musik easy listening.
Yesus buat semuanya itu. Tapi apa yang Ia dapat? Pengkhianatan. Olokan. Cercaan. Tatapan sinis. Bahkan paduan suara yang sedemikian kompak, “Salibkan Dia!” Bisa jadi yang berteriak lantang adalah mereka yang pernah mengecap kebaikanNya atau bahkan yang mengalami sendiri mujijatNya. Dua belas murid yang Ia andalkan juga tiba-tiba melempem. Nyalinya ciut dan memilih menyelamatkan diri masing-masing. Meski semula mereka gembar-gembor bahwa nyawa pun akan dipertaruhkan demi guruNya. Pengkhianatan. Bukan hanya Yudas saja, tapi sebenarnya semua murid mengkhianati Dia, karena membiarkan Dia sendirian menanggung semuanya itu.
Yesus dikhianati oleh orang-orang yang selama tiga tahun terakhir ini selalu bersamaNya. Yesus disalibkan oleh orang-orang yang pernah ditolongNya. Mungkin saja mereka yang memaki Yesus adalah mereka juga yang pernah dibuatnya bicara dari kebisuan. Yesus mengalami semuanya itu, tapi Ia tetap teguh. KasihNya tidak tergoncang. Pengkhianatan tak mampu mengubah kasihNya. Meski dunia berbalik melawanNya, Ia tetap mengampuni. Teladan hidup yang luar biasa.
Bagaimana jika dunia berbalik melawan kita? Bagaimana jika orang yang pernah kita tolong memberikan ciuman Yudas? Marilah kita belajar dari Yesus. Hidup yang dikuasai kasih. Memang berat. Daging kita berontak. Logika kita tidak bisa menerima. Bagaimana mungkin mengasihi mereka yang berbalik melawan kita. Tapi itulah kasih. Kasih bukanlah kasih kalau tidak bisa mengasihi musuh kita.
Apakah kita tetap mengasihi mereka yang berbalik melawan kita?
Fokus
Bacaan: Amsal 4:23-27
Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka.- Amsal 4:25
Sudah lima belas menit saya terpaku di depan komputer tanpa menuliskan banyak kalimat yang berarti. Pandangan mata saya tertuju pada kartun animasi baru microsoft assistant di sudut kanan atas monitor. Bentuknya yang lucu dan aktifitasnya yang aneh-aneh membuat saya beberapa kali melirik ke arahnya. Wujudnya berupa Merlin, si penyihir dengan jubah biru dan topi kerucut. Ia mengayun-ayunkan tongkatnya selama beberapa menit, menguap lalu tidur mendengkur. Saya mulai tertarik untuk iseng mengaktifkannya.
Saya mengetik beberapa kata di tabel search sekedar untuk melihat apa yang akan dilakukannya. Ia membuka buku sulapnya seolah mencari kata yang dimaksud lalu menampilkan menu help. Tiba-tiba saya sadar, bahwa saya sedang membuang-buang waktu untuk keisengan itu. Saya mencoba menulis lagi… tapi sebentar kemudian melirik lagi ke arahnya. Hingga akhirnya saya harus memutuskan untuk menyembunyikan tampilan si Merlin itu. Nah, kini saya baru bisa benar-benar berkonsentrasi untuk menulis!
Kehilangan fokus hampir bisa dipastikan pernah kita alami. Di tengah kita sedang mengerjakan sesuatu, kita tergoda untuk mengerjakan atau memikirkan hal yang lain. Bukan hanya anak sekolahan saja yang pernah mengalaminya saat tengah mendengarkan guru mengajar. Sudah bukan hal yang langka lagi bila ternyata banyak jemaat yang mendengarkan khotbah tanpa terfokus. Ada yang melamun, bermain ponsel, bersms, membaca warta jemaat, mengobrol, sibuk memikirkan tugas lainnya, dsb. Saat berdoa pun seringkali kita sangat sulit memfokuskan diri kepada Tuhan. Saat bekerja di kantor ada juga gangguan yang bisa membuyarkan fokus kerja kita. Saat kita tengah berusaha untuk sungguh-sungguh melakukan kehendak Tuhan, ada saja hal yang bisa membuyarkan fokus kita.
Bila kita ingin lebih terfokus, seringkali diperlukan keberanian dan tekad yang teguh untuk berani berkata “tidak” kepada hal-hal yang bisa membuyarkan fokus kita. Seperti saya harus mematikan si Merlin, begitu pula kita perlu berani langsung “mematikan” apa saja yang mulai menghalangi fokus kita. Apa yang menghalangi fokus Anda hari-hari ini? Ambillah keputusan tegas untuk segera mematikannya dan menyingkirkannya!
Singkirkan dan matikan hal-hal yang membuyarkan fokus Anda
Penyakit Menunda
Bacaan: Amsal 13:1-25
Harapan yang tertunda menyedihkan hati ...- Amsal 13:12
Kerjakanlah apa yang bisa Anda kerjakan hari ini! Jika tidak, Anda akan membayar mahal di kemudian hari. Terlalu berlebihankah? Saya rasa tidak, sebab seringkali saya harus membayar dengan mahal akibat dari penundaan yang pernah saya lakukan. Saya lebih mudah jadi stress ketika melihat setumpuk pekerjaan yang tidak ada hentinya. Saya makin frustasi ketika waktu terus bergulir mendekati dead-line yang sudah ditentukan. Waktu-waktu itulah saya berubah jadi mahkluk yang sangat sensitif. Jangan coba macam-macam dengan saya. Sedikit kata gurauan bisa berarti ucapan serius di telinga saya.
Pekerjaan yang saya lakukan pun tak ubahnya dengan kegiatan rodi yang sangat menyiksa. Saya kehilangan taste dari setiap pekerjaan yang saya lakukan. Saya sama sekali tidak bisa menikmati pekerjaan di saat terburu-buru seperti itu. Itu semua bermula dari sebuah penundaan yang saya lakukan.
Kadangkala kita juga melakukan hal yang sama, melakukan penundaan demi penundaan dengan sebuah pemikiran, “ Aku toh bisa mengerjakan keesokan harinya.” Tanpa kita tahu bahwa hari esok sudah memiliki kesibukannya sendiri. Bagi banyak orang hal ini mungkin dianggap sangat sepele, tapi bukankah kadangkala kita kehilangan kesempatan-kesempatan berharga itu berlalu begitu saja hanya karena kita menunda untuk segera melakukannya?
Jangan pernah menunda apa yang bisa kita kerjakan pada hari ini. Ini adalah salah satu prinsip kesuksesan yang sangat penting. Biasakanlah diri untuk selalu menunda-nunda, maka kesuksesan yang kita impikan juga akan tertunda. Napoleon Hill, seorang motivator berkata, “Yang berarti bukan apa yang akan Anda kerjakan melainkan apa yang sedang Anda kerjakan sekarang.” Banyak orang gagal meraih kesuksesan karena penyakit suatu hari. Mereka harusnya bisa meraih kesuksesan pada hari ini, tetapi mereka memilih untuk menundanya dan berkata akan melakukannya pada suatu hari. Apa yang bisa kita kerjakan pada hari ini adalah anugerah Tuhan yang harus kita responi dengan cepat. Jika kita menunda untuk melakukannya, ada kalanya itu berarti kita secara tidak sengaja menolak berkat dan keberhasilan yang diberikan oleh Tuhan bagi kita pada hari ini. Jadi, jangan biasakan untuk melakukan penundaan dan terjangkit dengan penyakit suatu hari.
Jangan pernah menunda apa yang bisa kita kerjakan pada hari ini.
Memelihara Tanggung Jawab
Bacaan: Amsal 27:18-20
Siapa memelihara pohon ara akan memakan buahnya ... - Amsal 27:18
Ada yang menarik dari pohon persik. Pohon persik yang dibiarkan begitu saja akan tumbuh dan menghasilkan buah, namun buahnya akan cenderung kecil, keras dan rasanya masam. Hasil yang sama sekali tidak memuaskan, sekaligus mengecewakan. Untuk memperoleh hasil panen yang luar biasa berupa buah yang lezat dan manis, maka tidak ada pilihan lain kecuali diperlukan kerja keras dan perhatian yang cermat. Tiap batang pohon harus disirami, dipangkas, disemprot dan dijarangkan. Selain itu, pemeliharaan yang terus menerus diperlukan untuk menghindarkan dari penyakit daun atau serbuan serangga.
No pain no gain. Jika tidak ada usaha, maka juga tidak ada hasil. Jika usaha kita biasa, maka hasilnya juga biasa. Jika usaha kita asal-asalan, maka hasilnya juga akan mengecewakan. Itu prinsip yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Itu hukum kehidupan yang akan terus berlaku.
Pekerjaan, bisnis dan pelayanan yang kita lakukan pun sama seperti pohon persik tersebut, yang memerlukan perhatian secara terus menerus untuk memperoleh hasil yang optimal. Jadi, hasil seperti apa yang kita kehendaki? Atau buah seperti apa yang kita ingin petik? Demikian juga halnya kita akan melakukannya. Sebagai seorang pebisnis yang menginginkan usaha kita berjalan dengan maksimal, maka jelas kita tidak boleh hanya duduk-duduk santai saja, melainkan kita terus memantau dan memperhatikan dengan seksama bagaimana jalannya perusahaan kita. Kalau perlu kita harus turun langsung ke tempat kerja, mengontrol secara langsung, memberi waktu lebih banyak kepada pelanggan atau klien secara langsung untuk mendengarkan feedback dari mereka.
Itu salah satu contoh saja dari hasil sederhana yang bisa kita kerjakan. Dalam pelayanan hal yang sama juga berlaku. Jika kita ingin pelayanan kita optimal, maka kita pun harus berani bayar harga lebih lagi. Sebenarnya semuanya berpulang kepada kita. Usaha kita akan menentukan hasil. Ketekunan setiap hari akan memberikan benefit besar dan memungkinkan setiap pekerjaan, bisnis, dan pelayanan kita menghasilkan buah yang manis, seperti yang kita harapkan sebelumnya. Untuk hal ini, ada dua musuh besar yang perlu kita waspadai, yaitu kemalasan dan kehilangan fokus dengan usaha yang kita kerjakan saat ini.
Peliharalah terus menerus tanggung jawab Anda, demi hasil yang optimal.
Perangi Kemalasan
Bacaan: II tesalonika 3:1-15
jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.- II Tesalonika 3:10
Kita tak bisa menyangkal bahwa perekonomian negara kita sedang sakit. Stagflasi menjadi ancaman tersendiri. Di tengah inflasi yang naik pesat pertumbuhan ekonomi justru menurun, lowongan pekerjaan makin sempit, sementara jumlah orang yang di PHK atau yang sekarang menganggur lebih banyak. Keadaan yang sungguh memprihatinkan. Namun sayangnya, tidak semua pengangguran itu disebabkan karena situasi ekonomi yang sulit, ada banyak orang menganggur karena memang pada dasarnya ia malas. Lalu untuk menutupi kemalasannya itu, ia berdalih bahwa situasi yang sulit seperti inilah yang menyebabkan ia jadi pengangguran.
Firman Allah dengan tegas berkata bahwa siapa yang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Tuhan benci kemalasan. Mengapa? Karena Ia adalah Allah yang juga bekerja. Jangan pernah bayangkan kalau Tuhan hanya duduk-duduk saja di singgasana surga dan bermalas-malasan di sofaNya. Saya lebih suka membayangkan Tuhan sedang sibuk bekerja. Mengatur tata surya, menumbuhkan pepohonan, menjaga kelangsungan alam, menjawab setiap dering doa yang terdengar di surga dan melakukan banyak pekerjaan lainnya.
Saya tertarik dengan cara pemerintahan Belanda kuno memberantas kemalasan. Orang yang tidak mau bekerja tersebut akan dimasukkan ke dalam suatu sumur kering, lalu sedikit demi sedikit mulai dialirkan air untuk menggenangi sumur itu. Kalau hal ini dibiarkan terus, maka si pemalas itu pasti akan mati tenggelam. Itu sebabnya di sumur itu juga disediakan sebuah pompa untuk memompa air yang masuk ke dalam sumur tersebut agar air yang sudah masuk itu keluar lagi. Jadi kalau si terhukum yang malas itu ingin selamat, tidak ada pilihan lain kecuali bekerja keras memompa air yang masuk ke dalam sumur itu supaya keluar lagi. Dengan hukuman seperti ini, biasanya si terhukum akan membiasakan diri untuk bekerja keras.
Kalau saja kita mau berusaha lebih keras, tidak akan pernah ada kamusnya kita menganggur. Tuhan sebenarnya selalu menunjukkan banyak hal yang bisa kita garap, hanya sayang kita terlalu malas untuk melakukannya. Jika kita malas, bagaimana mungkin Tuhan memberkati kita? Jika Ia memberkati kemalasan kita, bisa-bisa kita akan jadi orang yang lebih malas lagi, bukan? Kita bukan ditentukan menjadi pemalas, kita adalah orang yang bekerja, karena Bapa kita juga bekerja.
Jika saat ini kita masih menganggur, koreksi diri jangan-jangan itu karena kemalasan kita.
Do Your Best
Bacaan: Kolose 3:18-25
Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. - Kolose 3:23
Pejabat kerajaan Italia mendatangi seorang tukang yang tampak teliti dan berusaha sungguh-sungguh dalam pekerjaannya. Dia bertanya kepada tukang itu., “Untuk apa kotak yang kau buat itu?” “Pot bunga, pak.” Tertarik, pejabat itu melanjutkan, “Benda itu akan diisi dengan tanah. Mengapa kamu susah-susah membuatnya begitu bagus?” “Saya menyukai hal-hal yang sempurna,” jawab orang itu. “Ah, tak seorang pun akan memerhatikan kesempurnaannya. Pot bunga tidak perlu sedemikian sempurna.” “Tapi jiwa saya membutuhkannya,” kata orang itu kembali. “Apa Tuan menganggap Tukang kayu dari Nazaret itu pernah membuat sesuatu yang lebih rendah dari kemampuan-Nya?” Dengan marah pejabat itu menajawab, “Ini hujat! Kelancanganmu layak mendapat hukuman cambuk. Siapa namamu?” “Michaelangelo, Tuan.”
Rasul Paulus dalam 1 Korintus 10:31 mengatakan, “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” Alkitab meminta kita memberikan yang terbaik yang bisa kita lakukan, entah dalam pelayanan, pekerjaan, dan dalam segala hal untuk kemuliaan nama Tuhan. Ya, segala hal yang perlu dilakukan harus dilakukan dengan baik. Tidak ada orang, pelanggan, atau jemaat yang tidak suka jika kita selalu berusaha memberi yang terbaik untuk mereka. Melakukan yang terbaik pada hari ini akan membawa Anda ke tempat terbaik di masa depan.
Seorang bijak pernah mengatakan, “Jika seseorang terpanggil menjadi tukang sapu jalanan, maka ia harus menyapu seperti Michelangelo melukis, Beethoven memainkan musik, atau Shakespeare menulis sajak. Apapun pekerjaan Anda lakukanlah sebaik-baiknya.” Hari ini, mari kita renungkan sejenak, apakah sebagai pekerja atau sebagai hamba Tuhan, selama ini kita sudah memberikan kontribusi tertinggi bagi Tuhan dan sesama? Percayalah jika Anda selalu mempersembahkan usaha yang terbaik, maka hal itu akan menjadikan Anda pemenang.
Jeram Kehidupan
Bacaan: Matius 7:24-27
Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. - Mazmur 119:105
Suatu kali ketika berarung jeram, pemandu di perahu kami berkata, “Kalau di tempatmu, bolehlah saya kalah pintar, tetapi kalau di sungai ini, saya lebih tahu dari kamu.” Selanjutnya ia berkata bahwa jika ingin mengarungi sungai dengan aman, kami semua harus mendengar dan melakukan perintahnya dengan saksama. Jika tidak, silakan berhadapan dengan risiko perahu terbalik atau bahkan bocor berbenturan dengan batu yang banyak ditemui di sungai itu.
Hidup ini juga ibarat mengarungi sungai. Ada kalanya sungai mengalir tenang sehingga kita bisa mengikuti aliran sungai dengan nyaman. Ada kalanya riak-riak kecil membuat perahu bergoyang. Tetapi ada waktunya jeram sangat ganas, bisa mengguncangkan perahu dengan sangat hebat dan bila tidak hati-hati, perahu yang kita naiki bisa terbalik. Dua hal yang perlu kita ingat adalah: pertama, “jeram” dunia ini terlalu ganas untuk dilalui seorang diri. Hanya Allah, sebagai Pencipta segala sesuatu yang mengetahui dengan persis bagaimana kita harus menjalani hidup ini. Kedua, kita harus selalu dengar-dengaran serta menaati apa yang Allah firmankan. Sama seperti peserta arung jeram harus mendengarkan petunjuk pemandu, Allah juga sudah menyediakan Alkitab dan Roh Kudus untuk menolong, memberi petunjuk, dan mengarahkan agar hidup kita bisa dijalani dengan lebih baik. Mengabaikan firman Allah dan pimpinan Roh Kudus akan sangat berbahaya, karena jeram dunia yang jahat sangat tidak bersahabat dengan kita.
Ingatlah ini, jeram dunia ini memang ganas dan tidak bersahabat. Tetapi, jika Allah ada dalam perahu kehidupan kita, dan kita mengikuti petunjuk yang diberikan-Nya, selain kita bisa menjalani hidup dengan lebih baik, kita bisa menikmati indahnya kehidupan. Bahkan setiap guncangan yang menerpa perahu kehidupan justru dapat membuat kita tetap tertawa bersama dengan Tuhan yang menyertai hidup kita. Jadi, Anda siap menempuh dan mengarungi jeram kehidupan bersama Sang Pemandu Agung? Taatilah perintah-Nya.
Pengakuan & Pengampunan
Bacaan: Mazmur 32:1-11
Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi.- Amsal 28:13
Sebagai seorang sastrawan, Gunter Grass dikenal dunia bukan hanya penulis karya-karya berkualitas, tapi juga sebagai tokoh yang selalu menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan dan keberpihakan pada yang lemah. Tak heran jika ia kemudian mendapat penghargaan Nobel Sastra. Tapi, publik terkejut saat Grass membuat sebuah pengakuan bahwa sewaktu remaja, ia pernah menjadi anggota SS, alias prajurit Nazi. Beberapa kalangan menuntut penghargaan Nobelnya ditarik kembali. Tapi, tak sedikit juga yang membela dan mengatakan bahwa yang lebih penting adalah kontribusi luar biasa yang telah ia berikan kepada dunia, bukan masa lalunya. Lagipula, diperlukan keberanian luar biasa untuk jujur mengakui sebuah kekurangan dan mempertaruhkan nama baiknya sendiri.
Mengakui kesalahan memang tidak pernah mudah. Demikian pula halnya dengan mengampuni kesalahan orang lain. Beberapa kalangan tidak mempermasalahkan keterlibatan Gunter Grass saat remaja dengan Nazi. Ia pun bahkan dianggap sebagai orang yang berjiwa ksatria. Tapi, tidak semua orang bisa memiliki pengalaman yang sama dengan Grass. Ada kalanya mereka harus menerima kenyataan bahwa orang-orang di sekitarnya tidak bisa mengampuni dan menerimanya lagi. Bahkan ada orang yang sampai tidak bisa memaafkan dirinya sendiri.
Tapi, hari ini firman Tuhan mengatakan bahwa mengakui dan meninggalkan kesalahan yang pernah kita perbuat akan membuat kita disayangi. “Mengakui perbuatan jahat adalah awal dari perbuatan baik,” kata St. Agustinus. Satu hal yang perlu diingat, bukan kekuatan kita yang dapat membebaskan kita dari dosa dan perbuatan buruk kita di masa lalu. Hanya Tuhan saja yang dapat memampukan kita untuk mengampuni orang lain dan diri sendiri. Oleh karena itulah, kita tidak hanya perlu mengakui kesalahan dan meminta maaf pada orang lain, tapi juga pada Tuhan. Jika saat ini Anda masih memiliki beban kesalahan di masa lalu atau berat mengampuni seseorang, segera mintalah pengampunan dan kekuatan dari Tuhan untuk mengampuni itu.
Bosan Membaca Alkitab
Bacaan: Mazmur 119:105-112
Peringatan-peringatan-Mu adalah milik pusakaku untuk selama-lamanya, sebab semuanya itu kegirangan hatiku.- Mazmur 119:111
Membaca dan merenungkan firman Tuhan adalah kewajiban sekaligus kebutuhan orang Kristen. Saya percaya jika saat ini Anda membaca renungan ini, bukankah itu juga dilandasi kebutuhan dan kerinduan untuk memahami isi firman dan kehendak Tuhan? Tapi harus diakui, saat membaca Alkitab, ada kalanya kita dihinggapi kebosanan. Mungkin itu karena pasal yang kita baca banyak berisi nama-nama seperti silsilah atau daftar prajurit Daud. Mungkin karena bahasa Alkitab versi Terjemahan Baru yang agak ‘jadul’. Mungkin karena topik yang dibaca agak berat, misalnya pada bab pengajaran Paulus, dll. Lalu bagaimana supaya acara membaca Alkitab tidak terasa membosankan?
Dave Brannon, seorang penulis Kristen, memberikan satu resep sederhana. Ia menyarankan agar saat kita membaca satu bagian (misalnya bacaan Alkitab dalam renungan hari ini), ajukan pada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Bagian mana yang saya sukai? 2. Bagian mana yang tidak saya sukai?
3. Bagian mana yang tidak saya mengerti? 4. Apa yang saya pelajari tentang Allah dari bacaan ini?
5. Apa yang harus saya lakukan? 6. Ayat apa yang dapat saya terapkan hari ini?
Sebagai orang Kristen, Alkitab bukan sekadar naskah kuno yang memuat catatan sejarah bernilai tinggi. Alkitab juga bukan sebuah kompilasi tulisan atau kumpulan kutipan yang berdiri sendiri, bukan rumus yang hanya relevan untuk satu hal saja (sehingga kita pun jenuh jika harus membaca bagian yang sudah hafal luar kepala), dan bukan mantra yang dengan menghafalnya bisa membuat kita lebih berkuasa. Tapi, Alkitab adalah tulisan yang diilhamkan oleh Allah kepada para penulisnya untuk menjadi pegangan hidup keimanan kita. Satu cara membaca Alkitab yang biasanya cukup efektif adalah jika dilakukan berkelompok. Anda juga bisa menggunakan sistematika, seperti bacaan Alkitab setahun atau memakai buku renungan untuk membantu pemahaman Alkitab. Dan yang terpenting adalah, terapkan dan bagikan firman Tuhan itu kepada orang lain. Selamat membaca!
nsensitive
Bacaan: Ibrani 4:14-16; 5:1-10
Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.- Ibrani 4:15
Peringatan untuk mengenang tokoh pejuang HAM, Martin Luther King, Jr, tahun 2002 lalu diwarnai kejadian tidak mengenakkan. Saat itu, James Earl Jones, seorang aktor kawakan kulit hitam Amerika mendapatkan penghargaan Martin Luther King, Jr, atas kontribusinya dalam dunia akting. Tapi, rupanya ada satu kesalahan ‘kecil’ yang membuat kehebohan besar terjadi. Plakat yang sedianya bertuliskan nama James Earl Jones justru bertuliskan “Terima kasih untuk James Earl Ray yang tetap menjaga impian kita menyala.” Hanya salah tulis ‘Jones’ dan ‘Ray’. Tapi, tahukah Anda siapa James Earl Ray? Dia adalah yang membunuh Martin Luther King, Jr!
Protes datang dari banyak orang yang menyayangkan ketidakpekaan perusahaan yang mencetak plakat tersebut. Meski hal itu kemungkinan besar adalah ketidaksengajaan, tapi kesalahan tersebut hanya bisa terjadi karena pembuatnya tidak teliti. Mungkin ia hanya menganggap plakat itu sekadar sebuah benda berukirkan nama seseorang. Padahal, bagi James Earl Jones, plakat itu adalah bukti penghargaan atas kerja kerasnya. Demikian pula bagi mereka yang menghadiri acara itu, plakat tersebut adalah pengingat akan perjuangan Martin Luther King, Jr.
Dalam hidup bersama orang lain, mungkinkah kita pernah terjebak dalam sikap seperti ini? Segala sesuatu hanya dibandingkan dengan diri kita. Menyapa bukanlah hal penting karena aku pun tidak keberatan jika tidak disapa. Orang desa itu bodoh dan norak tidak seperti diriku yang modern, dll. Demikian pula sebaliknya. Bukankah banyak konflik terjadi karena ini? Padahal, Perjanjian Baru adalah kesaksian tentang Tuhan yang bersedia merendahkan diri untuk menjadi manusia. Jika Yesus menilai manusia dari membandingkan dengan diri-Nya sendiri, Ia tidak akan pernah memuji janda miskin, wanita yang sakit pendarahan, perwira Kapernaum, dll. Tapi, Yesus adalah Allah yang mengerti kelemahan dan penderitaan kita (Ibr. 4:15). Jangan sampai kita menjadi orang yang hanya mengukur orang lain dengan ukuran diri sendiri. Tapi, hargailah setiap pandangan orang lain.
Doa itu Kebutuhan
Bacaan: Efesus 6:10-20
Dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh. - Efesus 6:18a
Suatu waktu di gereja, seorang pendeta bertanya kepada satu keluarga, “Apakah kalian melakukan doa bersama?” “Maaf, Pak pendeta,” jawab kepala keluarga itu, “kami tidak punya waktu untuk itu.” Pendeta itu berkata, “Seandainya kamu tahu salah seorang anakmu akan sakit, apakah kalian tidak akan berdoa bersama memohon kesembuhannya?” “Oh, tentu kami akan berdoa,” jawab sang ayah. “Seandainya kamu tahu bahwa ketika kamu tidak berdoa bersama, salah satu anakmu akan terluka dalam kecelakaan, apakah kamu tidak akan berdoa bersama?” “Kami pasti akan melakukannya.” “Seandainya untuk tiap hari ketika kamu lupa berdoa, kamu akan dihukum lima ratus ribu, apakah kamu akan berdoa?” “Tentu Pak, kami akan berdoa bersama. Tapi maaf, apa maksud pertanyaan-pertanyaan tadi?” “Begini Pak, saya pikir masalah keluarga Anda bukan soal waktu. Buktinya Anda ternyata selalu punya waktu untuk berdoa. Masalahnya adalah, Anda tidak menganggap doa keluarga itu penting, sepenting membayar denda atau menjaga agar anak-anak tetap sehat.”
“Tuhan, ampunilah kami karena kami telah berpikir bahwa doa adalah membuang waktu dan tenaga, dan tolonglah kami agar dapat melihat bahwa tanpa doa pekerjaan kami hanya membuang waktu dan tenaga...” ungkap Peter Marshall. Ya, doa seharusnya menjadi kunci pembuka di pagi hari dan gembok pelindung di malam hari. Doa memberi kekuatan pada orang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi percaya, dan memberi keberanian pada orang yang takut. Jika kita berdoa saat kesulitan, doa itu akan meringankan kesulitan kita. Jika kita berdoa pada saat gembira, doa itu akan melipatgandakan kegembiraan kita.
Bila akhir-akhir ini kita tidak atau jarang berdoa, sekaranglah waktunya untuk memulai kembali. Komunikasi langsung dengan Tuhan melalui doa dapat menciptakan keajaiban bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain. Ingatlah bahwa satu hari yang dilipat dalam doa tidak akan mudah dikoyakkan.
Punya Kualitas
Bacaan: Kisah Rasul 2:41-47
Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.- Yohanes 15:19
Anda tahu kopi luwak? Jika Anda penggemar kopi, tentu Anda pernah mendengar tentang dahsyatnya kopi khas Indonesia yang menjadi legenda di seluruh dunia ini. Citarasanya membuat kopi ini begitu mahal, di pasaran dunia bisa sampai 300 - 600 USD perkilo, atau 5 dolar secangkir (lebih mahal dari kopi Starbucks)! Bukan hanya itu, kopi ini juga mahal dan terkenal karena keunikannya. Konon, kopi itu diperoleh dari buah-buah kopi biasa yang dimakan hewan luwak lalu dikeluarkan lewat kotorannya! Rupanya, luwak punya insting yang sangat luar biasa dalam mengenali kualitas buah kopi dan ia hanya mau makan yang berkualitas. Sedemikian hebat pilihan luwak itu hingga bahkan manusia menghargai ampasnya dengan begitu tinggi.
Kualitas sejati memang tidak bisa ditawar, bahkan ampasnya pun bisa dimanfaatkan. Kita juga mungkin mengetahui orang-orang yang benar-benar punya kualitas yang luar biasa. Zhao Danyang, seorang manager investasi asal China misalnya, pernah memenangkan sebuah lelang di e-bay seharga 2,1 juta dolar. Apa yang dimenangkannya? Hanya sebuah acara makan malam dengan investor kawakan, Warren Buffet! Bayangkan makan malam dan beberapa nasihat bisnis saja dihargai sedemikian tinggi.
Alkitab mengatakan bahwa orang Kristen juga harus memiliki kualitas khusus yang membedakannya dengan orang dunia. Dalam bacaan hari ini, kita juga melihat bahwa kehidupan jemaat gereja mula-mula yang teratur, saling berbagi, dan saling memberkati adalah kualitas yang membuat banyak orang tertarik bergabung dengan mereka. Sekalipun ada juga sebagian yang memusuhi dan menganggap mereka sebagai pengacau, tapi kualitas sejati tetap akan tampak, dihargai, dan dicari. Bagaimana dengan kehidupan kita saat ini? Saat kita memutuskan untuk hidup benar di hadapan Tuhan, pasti akan selalu ada komentar miring. Mungkin dianggap sok suci, ekstrem, dll. Tapi, percayalah bahwa jika memang hidup kita berkualitas, pasti kualitas itu akan tampak dari luar.
Martin Chuzzlewit
Bacaan: Matius 19 : 16-26
...pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.- Matius 19:22
Ini adalah ringkasan Martin Chuzzlewit, novel karya Charles Dickens, salah satu novelis terkenal pada abad pertengahan. Pada suatu hari, di Inggris ada seorang kakek tua yang sangat kaya raya yang hidup bersama kerabatnya. Para kerabatnya itu saling berlomba, berusaha merebut hatinya dengan menyembah-nyembah di kakinya dan menjanjikan cinta yang tidak akan pernah padam baginya. Tapi, laki-laki tua ini cukup cerdik. Ia mengetahui motif tindakan mereka. Jadi, ia ingin pewarisnya adalah orang yang sungguh-sungguh mencintainya, bukan karena hartanya.
Seorang cucunya, Martin Chuzzlewit adalah seorang pemuda yang dipilihnya. Walaupun anak ini tidak suka dibentak-bentak olehnya, tapi ia bisa melihat ketulusan hatinya. Akhirnya dia memutuskan untuk mengujinya. Karena melihat gelagat bahwa pemuda itu jatuh cinta kepada gadis yang menjadi penjaganya, ia sengaja mengirim pemuda itu ke Amerika. Singkat cerita, di sana pemuda Martin mengalami kebangkrutan. Pada waktu Martin kembali ke Inggris, ia mendapati sang kakek rupanya sudah jatuh miskin. Walaupun dia sendiri mengalami kesusahan, pemuda ini berkeras mengurus mereka semua, termasuk si gadis yang kemudian menjadi istrinya. Tentu saja sang kakek tidak benar-benar jatuh miskin. Tapi satu-satunya cara untuk mengetahui bahwa Martin sungguh-sungguh mencintainya adalah dengan menyingkirkan harta benda dari kehidupannya.
Apakah Anda juga akan lulus jika diuji seperti Martin Chuzzlewit? Pemuda kaya yang saleh dan tidak bercacat dalam melakukan hukum Taurat pun gagal ketika ujian yang sama diberikan padanya oleh Yesus. Pemuda tersebut tidak rela hati melepaskan hartanya yang sangat banyak, membagikan pada yang miskin, dan mengikut Yesus. Bagaimana jika Tuhan memutuskan untuk menahan berkat-Nya? Apa kita akan kembali pada ilah yang menguntungkan, yang memberi kita hadiah-hadiah kecil, ataukah kita akan mantap mengasihi Tuhan, tanpa melihat pada materi yang akan didapatkan. Anda sendiri yang memutuskan.
Terjebak Kenyamanan
Bacaan: Filipi 2:1-11
Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,- Filipi 2:6
Saat baru menjadi misionaris di sebuah desa di Kenya, Herbert Jackson mendapat sebuah mobil tua. Hari pertama memakai mobil itu, ia bingung cara menjalankannya. Setelah merenung sejenak, ia menemukan ide. Pergi ke sekolah dekat rumahnya, Jackson minta izin mengajak beberapa murid untuk mendorong mobilnya. Setelah mobil itu bisa berjalan, ia biasa memarkir mobilnya di tempat tinggi atau membiarkan mesin tetap hidup. Dua tahun ia memakai mobil itu. Tapi karena gangguan kesehatan, keluarga Jackson terpaksa kembali ke Amerika. Seorang misionaris pengganti pun tiba di kota itu. Saat menyerahkan mobil, Jackson dengan bangga menjelaskan temuannya tentang cara menghidupkan mesin. Meski Jackson belum selesai bicara, misionaris muda itu langsung membuka kap mobil dan mencermati mesin. Dia lalu berpaling pada Jackson. “Dr. Jackson, ini cuma kabelnya yang lepas,” katanya sambil menyambung kabel. Lalu, dia masuk ke mobil, memutar kontak dan brrmm! Keluarga Jackson terkejut karena ternyata mesin mobil bisa dihidupkan dengan cara normal.
Sesuatu yang tidak normal, lama-lama dianggap normal karena kita terbiasa dengannya. Kita jadi enggan mengusut penyebab ketidaknormalan itu karena kita sudah nyaman dengannya. Hal itu juga bisa menyangkut kebiasaan kita. Renungkan, dalam sehari berapa jam yang kita gunakan untuk menonton televisi? Berapa waktu produktif yang kita habiskan dalam satu hari untuk berjalan-jalan tanpa tujuan, bersantai ria, berbicara di telepon untuk hal tak penting? Tanpa sadar kita menganggap semua itu hal biasa, sehingga kita tidak ingin beranjak dari kebiasaan tersebut. Padahal, tindakan itu cepat lambat akan menjadikan kita pribadi yang malas.
Optimalkan Hidup
Bacaan: Lukas 23:33-43
Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."- Lukas 23:43
Seorang dokter memvonis John Brandrick, seorang pria London, bahwa umurnya tinggal satu tahun saja karena mengidap kanker pankreas. Setelah menerima vonis mati tersebut, Brandrick memutuskan untuk menikmati hidupnya. Ia memilih berhenti dari pekerjaannya, menjual semua harta bendanya, menghabiskan uangnya untuk makan-makan, berlibur dan memuaskan sisa hidupnya. Namun kemudian, satu tahun berlalu tanpa terjadi apa-apa, bahkan setelah dua tahun dari vonis mati tersebut ia tetap hidup. Brandrick senang bahwa ia tak jadi mati, tapi sayang ia sudah bangkrut, kehilangan pekerjaan dan tidak punya apa-apa lagi. Itu sebabnya dia menuntut kepada dokter yang telah menjatuhkan vonis mati tersebut untuk mengembalikan uang yang selama ini telah dihambur-hamburkannya. *
Apa yang akan kita lakukan seandainya kita divonis mati seperti halnya kisah nyata tersebut di atas? Barangkali sebagian besar di antara kita akan berbuat seperti yang dilakukan oleh John Brandrick. Kita akan memilih untuk santai-santai, memuaskan keinginan kita begitu rupa atau bahkan menghambur-hamburkan uang yang kita miliki, toh sebentar lagi kita akan mati. Sebenarnya ini adalah cara berpikir yang keliru. Jika kita tahu umur kita tinggal sedikit, bukankah seharusnya kita menggunakan waktu yang ada begitu rupa dengan maksimal? Saya sangat kagum dengan apa yang dilakukan Tuhan Yesus. Dia benar-benar tahu bagaimana mengoptimalkan waktu yang ada selama di dunia ini. Bahkan saat-saat terakhir menjelang Dia mati di atas kayu salib, Yesus masih juga membawa satu jiwa lagi untuk diselamatkan!
Memang kita tidak pernah tahu kapan kita akan mati. Kematian bisa datang kapan saja dalam hidup kita, itu sebabnya kita justru harus memaksimalkan dan mengoptimalkan hidup kita begitu rupa. Ketika kematian menjemput, kita sudah melakukan banyak hal yang berarti bagi kerajaan sorga dan sesama. Lakukan hidup yang terbaik, seolah-olah inilah kesempatan terakhir yang Tuhan berikan kepada kita.
Kita tidak tahu berapa lama kita hidup di dunia, sebab itu optimalkan waktu yang ada bagi Tuhan.
Jangan Menyerah
Bacaan: I Samuel 17:40-58
Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau... - I Samuel 17:46
Pengusaha John McCormack mengisahkan tentang temannya, Nick, bagaimana ia mendapatkan pekerjaannya yang pertama di Amerika. Nick adalah seorang imigran, tidak punya uang, tidak bisa berbahasa Inggris dan tidak punya kenalan yang merekomendasikannya untuk bekerja di suatu tempat. Ketika hendak bekerja sebagai pencuci piring, ia harus berhadapan dulu dengan banyak pelamar yang juga menginginkan pekerjaan tersebut. Kemungkinan besar ia akan kalah dan tidak mendapatkan pekerjaan. Namun ia tak kurang akal. Sementara pelamar lain duduk diam menunggu interview, Nick malah pergi ke toilet dan membersihkan toilet tersebut dengan sempurna. Saat Nick diwawancarai, ia ditanya, “Mengapa Anda membersihkan toilet ini dengan begitu bersih?” Nick menjawab, “Ini tanda saya serius ingin bekerja sebagai pencuci piring di sini.” Nick langsung di terima bekerja dan karena ia bekerja dengan bagus, karirnya di restoran tersebut meningkat dengan cepat. *
Nick adalah contoh orang yang tidak menyerah dengan situasi yang sama sekali tidak mendukungnya untuk mendapatkan pekerjaan. Dia selalu melihat bahwa dalam setiap hambatan ada peluang yang bisa diambil. Kita bisa belajar dari kisah sederhana ini, khususnya dalam menyikapi tantangan, masalah dan kesulitan yang datang kepada kita. Jangan buru-buru putus asa, apalagi memutuskan untuk menyerah begitu saja ketika menghadapi kesulitan. Bahkan ketika kita diprediksi kalah atau gagal, jangan biarkan hal itu membuat kita lemah dan hilang semangat. Hal itu seharusnya membuat kita termotivasi untuk membuktikan bahwa kita bisa menang di situasi yang sedemikian buruk.
Saat Daud hendak berperang melawan Goliat, ia dianggap underdog dan rasanya tidak mungkin memenangkan peperangan. Meski demikian Daud tidak menyerah, melainkan menjadi sedemikian berani, bersemangat, kreatif dan benar-benar mengandalkan Tuhan. Akibatnya, raksasa yang sepertinya tak terkalahkan itu tewas sedemikian mudah di tangan Daud, seorang anak muda yang sederhana.
Dalam setiap kesulitan selalu ada peluang bagus yang bisa kita ambil.
Optimalkan Hidup
Bacaan: Lukas 23:33-43
Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."- Lukas 23:43
Seorang dokter memvonis John Brandrick, seorang pria London, bahwa umurnya tinggal satu tahun saja karena mengidap kanker pankreas. Setelah menerima vonis mati tersebut, Brandrick memutuskan untuk menikmati hidupnya. Ia memilih berhenti dari pekerjaannya, menjual semua harta bendanya, menghabiskan uangnya untuk makan-makan, berlibur dan memuaskan sisa hidupnya. Namun kemudian, satu tahun berlalu tanpa terjadi apa-apa, bahkan setelah dua tahun dari vonis mati tersebut ia tetap hidup. Brandrick senang bahwa ia tak jadi mati, tapi sayang ia sudah bangkrut, kehilangan pekerjaan dan tidak punya apa-apa lagi. Itu sebabnya dia menuntut kepada dokter yang telah menjatuhkan vonis mati tersebut untuk mengembalikan uang yang selama ini telah dihambur-hamburkannya. *
Apa yang akan kita lakukan seandainya kita divonis mati seperti halnya kisah nyata tersebut di atas? Barangkali sebagian besar di antara kita akan berbuat seperti yang dilakukan oleh John Brandrick. Kita akan memilih untuk santai-santai, memuaskan keinginan kita begitu rupa atau bahkan menghambur-hamburkan uang yang kita miliki, toh sebentar lagi kita akan mati. Sebenarnya ini adalah cara berpikir yang keliru. Jika kita tahu umur kita tinggal sedikit, bukankah seharusnya kita menggunakan waktu yang ada begitu rupa dengan maksimal? Saya sangat kagum dengan apa yang dilakukan Tuhan Yesus. Dia benar-benar tahu bagaimana mengoptimalkan waktu yang ada selama di dunia ini. Bahkan saat-saat terakhir menjelang Dia mati di atas kayu salib, Yesus masih juga membawa satu jiwa lagi untuk diselamatkan!
Memang kita tidak pernah tahu kapan kita akan mati. Kematian bisa datang kapan saja dalam hidup kita, itu sebabnya kita justru harus memaksimalkan dan mengoptimalkan hidup kita begitu rupa. Ketika kematian menjemput, kita sudah melakukan banyak hal yang berarti bagi kerajaan sorga dan sesama. Lakukan hidup yang terbaik, seolah-olah inilah kesempatan terakhir yang Tuhan berikan kepada kita.
Kita tidak tahu berapa lama kita hidup di dunia, sebab itu optimalkan waktu yang ada bagi Tuhan.
Artikel Rohani
Pause
Bacaan: Pengkhotbah 3:1-15
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.- Pengkhotbah 3:1
Kita hidup di tengah jaman yang rentan terhadap stres. The National Center for Health Statistic melaporkan bahwa hampir satu juta orang setahun meninggal akibat penyakit yang disebabkan oleh stres yang tidak tertangani. Dari sebuah hasil polling disimpulkan bahwa 86% orang Amerika mengaku mengalami stres kronis. Jika di negara yang sudah maju seperti Amerika saja mengalami tingkat stres yang sedemikian tinggi, bagaimana di negara kita yang kondisi ekonominya tengah terpuruk dan yang tak henti-hentinya di rundung bencana? Atau jangan-jangan kita malah sudah kebal terhadap stres karena sudah terbiasa dengan tekanan hidup?
Tingkat stres makin tinggi. Kebutuhan hidup semakin banyak. Tagihan-tagihan menuntut dilunasi. Belum lagi melihat kenyataan bahwa kita hidup di dunia yang serba cepat dan tampaknya kita tidak menemukan tombol stop atau bahkan pause dalam remote control hidup kita. Kesibukan yang luar biasa di dalam pekerjaan kita turut andil dalam menciptakan ruang stres bagi hidup kita. Wayne Muller berkata dengan nada menyindir, “Tidak punya waktu untuk teman-teman dan keluarga, tidak punya waktu untuk menikmati matahari terbenam, memenuhi kewajiban-kewajiban kita tanpa punya waktu sedetikpun untuk menarik napas, ini telah menjadi model dari kehidupan yang sukses.”
Menurut penelitian, balita rata-rata tertawa sekitar 200 kali per hari. Tetapi begitu si bayi menjadi dewasa, tawanya merosot drastis menjadi hanya 6 kali per hari. Barangkali untuk menghindari dari kehidupan yang penuh dengan stres kita perlu belajar dari anak kecil. Anak kecil tidak pernah tergesa-gesa di dalam hidup dan selalu punya waktu untuk menikmati kehidupan yang sebenarnya. Apakah Anda sedang stres hari ini? Saya sarankan untuk memperlambat hidup Anda, kalau perlu milikilah waktu untuk memencet tombol pause dalam remote control hidup Anda, hingga Anda bisa beristirahat barang sejenak dan mulai menikmati kembali hal-hal yang sudah lama tidak Anda lakukan. Bersantailah! Hidup ini terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja.
Kita tidak perlu stres seandainya memiliki tombol stop atau pause dalam remote control hidup kita.
Kepingan Kecil
Bacaan: I Samuel 17:34
Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam... - I Samuel 17:1-58
Hidup merupakan akumulasi. Kesuksesan besar yang kita capai hari ini tidak terjadi tiba-tiba, melainkan akumulasi dari kesuksesan-kesuksesan kecil yang berhasil kita capai. Demikian juga kegagalan besar yang terjadi biasanya tidak terjadi dengan tiba-tiba, karena kegagalan besar juga merupakan akumulasi dari kegagalan-kegagalan kecil yang tidak pernah kita sadari atau kita abaikan begitu saja.
Keberhasilan Daud menjadi raja Israel juga tidak terjadi dengan tiba-tiba. Semuanya melalui kejadian-kejadian kecil yang terakumulasi. Dia harus setia menggembalakan beberapa dombanya sebelum ia bisa menggembalakan bangsa yang besar. Dia harus mengalahkan singa dan beruang dulu sebelum bisa mengalahkan Goliat.
Dulu berat badan saya hanya berkisar di angka 60-an kg, namun sekarang berat badan saya sudah 75 kg. Pertambahan berat badan sebanyak 15 kg itu tidak terjadi dengan tiba-tiba. Jika saya bangun tidur dengan berat badan bertambah 15 kg tentu saja akan shock dan cepat-cepat pergi ke rumah sakit. Namun berbeda jika pertambahan berat badan itu terjadi secara perlahan dan bertahap, saya hampir tidak pernah menyadari bahwa berat badan saya sudah melebihi berat badan ideal. Saya baru sadar setelah melihat kenyataan bahwa pakaian saya sudah tidak muat lagi.
Kesuksesan maupun kegagalan dalam hidup sangat mirip dengan illustrasi tersebut. Semuanya berasal dari hal-hal kecil yang terus terakumulasi. Jangan pernah abaikan hal-hal kecil. Jika kita mengabaikan kerikil kecil kita akan tersandung batu besar, jika kita mengabaikan batu besar kita akan tersandung batu raksasa. Demikian juga jika kita unggul di dalam hal kecil, kita akan lebih mudah untuk bisa unggul di hal yang lebih besar dan seterusnya. Seandainya kita sangat sadar bahwa hidup merupakan akumulasi, kita akan menghargai kepingan-kepingan kecil dalam perjalanan hidup kita, karena dari kepingan-kepingan kecil itulah terbentuk gambar besar hidup kita yang sebenarnya.
Hidup merupakan akumulasi, setiap kepingan-kepingan kecil dalam hidup sangatlah berharga.
Artikel Rohani
Kekuatan Cinta
Bacaan: Kejadian 29:1-30
Tetapi yang tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel.- Kejadian 29:20
Sebuah rumah sakit di Amerika sedang melakukan eksperimen yang cukup menarik. Sekelompok bayi dibelai selama sepuluh menit selama tiga kali sehari. Satu kelompok bayi yang lain tidak pernah mendapatkan belaian. Selang beberapa hari kemudian, ternyata berat badan bayi yang mendapatkan belaian menjadi dua kali berat badan bayi dalam kelompok yang tidak pernah dibelai. Faktanya, tanpa cinta bayi tidak akan tumbuh dengan sehat.
Kekuatan cinta sungguh luar biasa. Seperti itu juga jika kita mempratekkan kekuatan cinta terhadap pekerjaan yang sedang kita geluti. Sebagaimana tanpa cinta bayi tidak akan tumbuh dengan sehat, tanpa cinta pekerjaan kita juga tidak akan pernah berkembang. Hampir-hampir mustahil kita mengharapkan karir kita naik sementara kita tidak pernah mencintai pekerjaan kita. Sangat tidak mungkin bisnis kita bisa berkembang jika kita sendiri sudah merasa bosan terhadap bisnis kita tersebut.
Saya tahu rasanya jatuh cinta, karena saya mengalaminya saat pacaran dulu. Saya jadi sedemikain kreatif dalam mengekspresikan cinta. Saya begitu bersemangat dan sedemikian antusias pada saat kencan. Ketika mengalami masalah, saya tidak gampang menyerah. Itulah kekuatan cinta yang saya rasakan.
Saya bisa bayangkan betapa efektifnya pekerjaan yang sedang kita geluti, kalau kita mengerjakannya dengan penuh cinta. Kita akan bekerja dengan penuh semangat, penuh gairah, penuh kreatif, dan tidak gampang menyerah pada saat mengalami masalah. Kalau masih tidak percaya, cobalah amati mereka yang bekerja dengan penuh cinta, lalu bandingkan mereka yang bekerja tanpa rasa cinta sama sekali. Hasilnya akan jelas berbeda. Bagaimana dengan Anda? Apakah hari ini kita justru terjebak dengan rutinitas pekerjaan yang membosankan? Munculkan kembali rasa cinta kita terhadap pekerjaan kita sehingga kita kembali bergairah dalam melakukan pekerjaan kita hari ini.
Setiap pekerjaan akan menjadi efektif dan maksimal jika dikerjakan dengan penuh cinta.
Uang Bisa Buat Kaya?
Bacaan: I Timotius 6:2b-10
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman. - I Timotius 6:10
Bagaimana membuat hidup menjadi kaya? Barangkali inilah topik yang paling dibutuhkan dan paling sering dicari oleh kebanyakan orang. Di internet saja ada 37.000 situs mengenai cara menjadi kaya. Seminar-seminar yang memberikan resep kaya, apalagi dengan cara cepat, selalu sold out atau laris manis. Buku-buku bisnis yang menawarkan jurus kaya juga sangat diminati. Pada intinya, semuanya berujung pada uang. Uanglah satu-satunya hal yang diyakini bisa membuat hidup ini kaya.
Faktanya, uang tidak pernah membuat manusia kaya. Mereka yang sudah kaya masih saja tetap merasa kurang dan mengejar uang yang lebih banyak lagi. Benar apa kata filsuf Lucius Annaeus Seneca, “Uang belum pernah membuat orang menjadi kaya.” Sebaliknya uang justru membuat kita selalu merasa miskin, merasa kurang dan tamak, bahkan tidak peduli sebanyak apapun uang yang telah kita miliki.
Berjuta-juta orang masih tetap menghabiskan kehidupannya untuk mengejar apa yang tidak akan pernah mereka miliki. Ironisnya, mereka mengabaikan apa yang sebetulnya benar-benar mereka butuhkan. Banyak orang menjadi salah prioritas pada saat ingin memperkaya hidup mereka dengan uang. Bukannya hidup tambah kaya, tapi justru kita akan terjebak dengan tuntutan keinginan hidup yang tidak ada habisnya.
100 tahun dari sekarang ini, orang-orang tidak akan mengenang betapa kayanya kita, mobil mewah apa yang kita kendarai, luxury house macam apa yang kita tinggali, bahkan berapa banyak rekening kita di bank. Mengapa? Karena pada akhirnya, hal yang paling berarti di dalam hidup ini sebenarnya bukanlah hal yang bersifat kebendaan. Itu sebabnya saya mengingatkan Anda untuk tidak keliru prioritas dalam hidup. Uang dan materi tidak akan pernah bisa memperkaya hidup kita, justru kalau tidak hati-hati hidup kita malah dipermiskin olehnya. Benar kata Alkitab bahwa cinta akan uang justru akan menghancurkan hidup kita sendiri.
Uang sebanyak apapun belum pernah bisa membuat orang menjadi kaya.
Bijak Soal Uang
Bacaan: Ulangan 8:1-20
jangan engkau tinggi hati, sehingga engkau melupakan TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir,...- Ulangan 8:14
Segala hal yang kita perbuat di dalam hidup ini hendaknya dipimpin oleh hikmat, hingga akhirnya kita bisa membuat perhitungan yang matang dan akhirnya bisa melangkah dengan bijak. Demikian juga halnya soal bagaimana mengatur uang kita. Pengaturan uang tanpa pertimbangan yang bijak hanya akan menimbulkan kesulitan pada diri kita sendiri pada akhirnya.
Dalam buku Using Your Money Wisely, Larry Burkett memberikan pedoman-pedoman untuk dapat mengatur keuangan kita dengan bijak. Salah satu pedoman yang diberikan oleh Larry Burkett yang cukup menarik adalah hati-hati dengan kesombongan kita. Jika kita terjebak dengan kesombongan, bisa-bisa kita sedang membuka celah bagi hancurnya atau morat-maritnya keuangan kita sendiri.
Biasanya jika seseorang sudah merasa sukses dan merasa sudah jadi orang kaya, pengaturan uang tidak sebijak seperti dulu, yaitu ketika orang tersebut masih harus bergumul soal kebutuhan hidup. Orang yang terjebak dengan kesombongan dan merasa dirinya sudah kaya akan menggunakan uangnya lebih berani dan lebih sembrono. Selain itu, biasanya gaya hidupnya juga meningkat, dengan demikian otomatis pengeluarannya juga meningkat. Lebih menyedihkan lagi, uang atau kekayaan yang dimilikinya digunakan untuk hal-hal yang berbau dosa.
Banyak orang yang memiliki kekayaan begitu berlimpah, namun sedikit orang yang bisa mengelolanya dengan bijak. Mereka yang tidak bisa mengelola keuangan dengan bijak, lebih rentan menjadi hancur di waktu yang akan datang, sebaliknya mereka yang bisa mengelola keuangannya dengan bijak justru akan dipercayakan berkat yang lebih besar lagi oleh Tuhan. Ingatlah bahwa dosa keuangan tidak berbicara mengenai besar kecilnya jumlah uang yang kita miliki, tetapi bagaimana kita bisa mengelola keuangan kita. Bagaimana cara kita mengatur keuangan kita selama ini?
Orang kaya itu banyak, tapi hanya sedikit yang bisa mengelola keuangannya dengan bijak.
Menular
Bacaan: Bilangan 13:25 - 14:10
Juga mereka menyampaikan kepada orang Israel kabar busuk tentang negeri yang diintai mereka.- Bilangan 13:32
Yang memiliki kemampuan untuk menular tidak hanya virus atau penyakit saja. Secara alami kita memiliki energi untuk menularkan kebiasaan kita kepada orang lain. Akan menjadi baik kalau yang kita tularkan adalah kebiasaan baik, sebaliknya sungguh celaka jika yang kita tularkan adalah kebiasaan buruk.
Dalam buku Re-Code Your Change DNA, Rhenald Kasali berbagi cerita yang menarik. Cobalah buang sampah sembarangan di salah satu sudut pekarangan kantor Anda, dan jangan ijinkan petugas kebersihan atau pesuruh Anda untuk mengangkatnya. Dalam waktu beberapa hari saja Anda pasti sudah menyaksikan di sana sampah Anda sudah mempunyai beberapa teman berupa kertas, tisu bekas, puntung rokok, tas plastik, kulit pisang dan sebagainya.
Kita memiliki energi untuk menularkan kebiasaan. Apalagi jika Anda seorang pemimpin, energi untuk menularkan kebiasaan yang Anda miliki juga semakin besar. Entahkah Anda pemimpin di keluarga, di gereja, di masyarakat maupun di tempat kerja. Jika Anda tidak memiliki kedisiplinan, semisalnya sering datang terlambat, maka budaya terlambat akan menjadi trade-mark komunitas Anda. Sebaliknya, jika Anda sangat disiplin, maka bisa dipastikan orang-orang yang ada di sekitar Anda juga memiliki disiplin yang tinggi.
Pertanyaannya, kebiasaan apa yang hendak kita tularkan? Tentu saja kita harus menularkan energi yang positif seperti sikap yang antusias, penuh semangat, tidak mudah menyerah, sukacita, sense humor, keuletan, kedisiplinan, integritas dan hal-hal positif lainnya. Sebaliknya jika yang kita tularkan kebiasaan buruk, maka lama kelamaan kita akan frustasi dan kita membutuhkan energi yang semakin besar untuk mengubah kebiasaan buruk tersebut. Sebagaimana illustrasi tersebut, yang akan kita ubah bukan hanya kebiasaan buruk kita saja melainkan juga kebiasaan buruk orang-orang yang ada di sekitar kita. Tularkan kebiasaan positif!
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka menularkan kebiasaan hidup.
Friday 13th
Bacaan: Yeremia 27:9-11
Mengenai kamu, janganlah kamu mendengarkan nabi-nabimu, juru-juru tenungmu, juru-juru mimpimu, tukang-tukang ramalmu dan tukang-tukang sihirmu...- Yeremia 27:9
Banyak orang Amerika menganggap “Friday the Thirteenth” atau hari Jum’at yang jatuh pada tanggal 13 sebagai hari buruk. Kepercayaan ini mungkin dihubung-hubungkan dengan hari penyaliban Tuhan Yesus yang jatuh pada hari Jum’at. Hukuman mati bagi para penjahat biasanya juga dilaksanakan pada hari Jum’at. Begitu hebatnya mitos itu, bahkan para nelayan pun tidak mau melaut pada hari Jum’at. Lalu ada apa dengan angka 13? Besar kemungkinan hal itu dikaitkan dengan orang ke 13 (dipercayai sebagai Yudas Iskaryot) yang duduk dalam perjamuan terakhir. Kita hampir tidak pernah menemukan kamar hotel dengan nomor 13 atau rumah dengan nomor 13 karena mitos tersebut. Mereka menyebut angka 13 sebagai angka sial. Dari kombinasi ini banyak orang mempercayai bahwa hari Jum’at yang jatuh pada tanggal 13 adalah hari yang sial karena banyak setan berkeliaran.
Meski kita hidup di jaman post-modern, uniknya hal-hal yang berbau mistis masih terus dipercayai. Dalam dunia bisnis yang notabene rasionalitas menjadi tolak ukur, praktek mistis masih juga terjadi. Misalnya, sebelum membangun sebuah pabrik, harus ditanam dulu sebuah “tolak bala” untuk mengusir setan-setan di area tersebut. Pada hari-hari tertentu masih ada juga slametan agar usaha tetap berjalan lancar tanpa ada gangguan.
Yang menyedihkan, tidak hanya orang dunia yang mempercayai klenik-klenik seperti itu, banyak orang Kristen juga masih terlibat di dalamnya. Masih ada juga orang Kristen yang percaya bahwa nasibnya ditentukan oleh garis tangannya, padahal seharusnya kita tahu bahwa nasib kita tidak ditentukan oleh garis tangan kita, melainkan oleh tangan kita! Menyedihkan melihat bahwa banyak orang Kristen masih saja kompromi dengan berhala demi melihat usahanya berhasil atau mendapatkan kekayaan. Jelas-jelas Firman Tuhan melarang kita untuk kompromi dengan dosa penyembahan berhala. Itu adalah kekejian di mata Tuhan. Jika saja masih ada praktik mistis yang kita lakukan, hendaklah kita berani mengambil keputusan untuk meninggalkannya. Sebaliknya kita berani mempercayakan hidup kita kepada Tuhan sepenuhnya.
Nasib kita tidak ditentukan oleh garis tangan kita, melainkan oleh tangan kita.
Warisan Bernilai
Bacaan: Amsal 13:22-25
Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, tetapi kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar.- Amsal 13:22
Ketika John Lennon ditembak di New York tahun 1980, mantan anggota The Beatle itu meninggalkan uang $ 550 juta, ditambah lagu Imagine, lagu cinta dan perdamaian dunia, yang diwariskan bagi dunia. Itu yang tampak dari luar. Namun majalah Time berhasil mewancarai Julian, putra John Lennon yang berkata jujur tentang seperti apa ayahnya itu, “Satu-satunya yang diajarkan dan diwariskan ayah kepada saya adalah bagaimana caranya tidak menjadi seorang ayah. Dari sudut pandang saya, ia adalah orang yang munafik. Ayah boleh saja menggaungkan perdamaian dan cinta ke seluruh dunia, tetapi ia tidak pernah menunjukkannya kepada orang-orang yang seharusnya paling berarti baginya, isteri dan putranya. Bagaimana Anda bisa berbicara tentang perdamaian dan cinta namun memiliki keluarga yang tercerai berai, tidak ada komunikasi, perzinahan, dan perceraian?
Membaca kisah hidup John Lennon yang diungkap oleh anaknya sendiri sangatlah menyedihkan. Meski ia terlihat begitu sukses dan kaya, sebenarnya ia sangatlah miskin dan gagal dalam menjalani kehidupan. Sebagi orang percaya, jangan sampai kita terjebak dengan materialisme sehingga menganggap bahwa uang, kekayaan dan pekerjaan adalah segala-segalanya. Ingatlah bahwa keluarga dan anak-anak kita jauh lebih penting dari semuanya itu.
Meski John Lennon mewariskan $ 550 juta, ia gagal mewariskan arti kehidupan yang sebenarnya kepada keluarga. Meski John Lennon berhasil mewariskan lagu Imagine bagi perdamaian dunia, ia gagal mewariskan cinta dan perdamaian di keluarganya. Berbicara tentang warisan, hampir kebanyakan orang selalu mengaitkan hal ini dengan uang, kekayaan atau segala sesuatu yang bersifat materi. Namun sebenarnya ada warisan yang jauh lebih berharga dan bernilai dibandingkan semua materi tersebut, yaitu teladan hidup dan nilai-nilai kehidupan. Warisan berupa kekayaan dan materi bisa hilang, namun warisan berupa teladan dan nilai-nilai kehidupan akan dikenang sepanjang masa. Belum terlambat untuk mewariskan nilai-nilai hidup yang sebenarnya kepada keluarga kita.
Nilai-nilai hidup yang diwariskan lebih berharga daripada kekayaan manapun.
Artikel Rohani
Kesungguhan
Bacaan: Pengkhotbah 9:10-12
Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga,... - Pengkhotbah 9:10
Sebelum buku Being Happy! tulisan Andrew Matthews laris sedemikian rupa, naskah tersebut sudah mengalami penolakan berkali-kali dari penerbit, apalagi buku tersebut ditulis oleh pengarang baru yang belum punya nama. Karena tidak ada yang mau, maka Andrew Matthews menggandeng penerbit kecil melakukan penjualan langsung ke konsumen! Membawa mikrofon sendiri ke hampir tiap toko buku, promosi di banyak SMU dan Universitas, di pabrik, di penjara, bahkan di mal-mal. Dari toko ke toko, dari kota ke kota, dari negara ke negara, sampai akhirnya buku tersebut memasuki pasar internasional. Ketika ditanya bagaimana ia bisa menjual buku sampai jutaan copy dan diterjemahkan dalam banyak bahasa, Andrew Matthews menjawab, “Saya promosi buku ini selama enam tahun, terbang beribu-ribu mil, berceramah 500 kali, diwawancarai ribuan kali dan .. kehilangan tas 23 kali!”
Kisah sukses yang sangat inspiratif tersebut memunculkan satu rahasia sukses yaitu kesungguhan. Setiap usaha yang dilakukan dengan penuh kesungguhan akan selalu berakhir dengan kesuksesan. Bahkan ketika usaha tersebut kelihatannya kurang berprospek, memiliki pangsa pasar yang kecil, persaingan yang ketat, bahkan marjin yang tipis, namun jika dijalankan dengan serius dan penuh kesungguhan, usaha tersebut pasti berhasil. Sebaliknya sebuah usaha dengan prospek sebagus apapun, namun jika tidak dijalankan dengan kesungguhan, hasilnya tidak akan pernah maksimal.
Usaha sekecil apapun menuntut kesungguhan, sikap yang profesional, layanan konsumen bak hotel berbintang, dan sumber daya manusia yang benar-benar berkompeten di bidangnya. Hanya dengan cara ini, usaha tersebut bisa berkembang dan menjadi besar. Jika hari ini kita belum mencapai kesuksesan, siapa tahu itu karena diri kita yang belum memiliki kesungguhan dan belum memaksimalkan potensi diri. Firman Tuhan mengajarkan kepada kita untuk mengerjakan tugas dan pekerjaan kita dengan kualitas yang terbaik, sebab hanya itulah kunci untuk kita bisa meraih keberhasilan.
Setiap usaha selalu membutuhkan kesungguhan untuk mencapai kesuksesan.
Artikel Rohani
Just Do It!
Bacaan: Matius 14:22-33
Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.- Matius 14:29
Untuk menjadi seorang entrepreneur sejati, kita harus memiliki keberanian untuk melangkah. Tanpa keberanian untuk melangkah, mimpi yang besar, strategi yang sangat bagus, bahkan perencanaan yang sangat sempurna akan menjadi sia-sia. Memang kadangkala kita takut jika sudah diperhadapkan dengan sejumlah resiko yang bakal kita alami. Bagaimana kalau nanti gagal? Bagaimana kalau responnya sangat buruk? Bagaimana kalau keadaan tidak menjadi baik? Ingatlah bahwa hidup memang mengandung resiko, dan prinsipnya adalah seperti ini : lebih baik mencoba dan gagal daripada tidak melakukan apa-apa sama sekali.
Untuk menggambarkan pentingnya sebuah action, kita bisa belajar dari illustrasi bagaimana caranya orang belajar renang. Untuk bisa berenang, belajar teori memang perlu. Namun hal itu belumlah cukup. Menguasai teori bagaimana berenang, bukan berarti kita sudah bisa berenang. Lalu apa yang harus kita lakukan supaya kita bisa berenang? Tidak ada pilihan lain kecuali kita harus berani menceburkan diri di kolam renang dan mulai bergerak. Memang ada kalanya kita tenggelam, bahkan kemasukan air. Itu bagian dari resiko yang harus kita ambil. Percayalah dengan berani bayar harga berupa beberapa teguk air kolam dan upaya yang kuat untuk bisa berenang akan membuat kita benar-benar bisa berenang.
Just do it, miracle happen! Lakukanlah, dan mujijat akan terjadi! Sepanjang saya membaca kisah-kisah mujijat di dalam Alkitab, itu semua selalu diawali dengan keberanian untuk melangkah. Ketika Musa mengulurkan tongkatnya ke atas laut Kolsom, mujijat terjadi. Ketika Yosua mulai melangkahkan kakinya ke atas sungai Yordan, mujijat terjadi. Ketika Naaman mulai melangkah ke sungai Yordan dan membenamkan dirinya, mujijat terjadi. Ketika Petrus berani melangkah di atas air, mujijat terjadi! Demikian juga di saat kita berani untuk melangkah dalam pekerjaan kita, mujijat juga akan terjadi! Jiwa seorang entrepreneur sejati adalah keberanian yang dipimpin oleh hikmat.
Milikilah keberanian yang dipimpim oleh hikmat.
(Kwik)
Artikel Rohani
Kesungguhan
Bacaan: Pengkhotbah 9:10-12
Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga,... - Pengkhotbah 9:10
Sebelum buku Being Happy! tulisan Andrew Matthews laris sedemikian rupa, naskah tersebut sudah mengalami penolakan berkali-kali dari penerbit, apalagi buku tersebut ditulis oleh pengarang baru yang belum punya nama. Karena tidak ada yang mau, maka Andrew Matthews menggandeng penerbit kecil melakukan penjualan langsung ke konsumen! Membawa mikrofon sendiri ke hampir tiap toko buku, promosi di banyak SMU dan Universitas, di pabrik, di penjara, bahkan di mal-mal. Dari toko ke toko, dari kota ke kota, dari negara ke negara, sampai akhirnya buku tersebut memasuki pasar internasional. Ketika ditanya bagaimana ia bisa menjual buku sampai jutaan copy dan diterjemahkan dalam banyak bahasa, Andrew Matthews menjawab, “Saya promosi buku ini selama enam tahun, terbang beribu-ribu mil, berceramah 500 kali, diwawancarai ribuan kali dan .. kehilangan tas 23 kali!”
Kisah sukses yang sangat inspiratif tersebut memunculkan satu rahasia sukses yaitu kesungguhan. Setiap usaha yang dilakukan dengan penuh kesungguhan akan selalu berakhir dengan kesuksesan. Bahkan ketika usaha tersebut kelihatannya kurang berprospek, memiliki pangsa pasar yang kecil, persaingan yang ketat, bahkan marjin yang tipis, namun jika dijalankan dengan serius dan penuh kesungguhan, usaha tersebut pasti berhasil. Sebaliknya sebuah usaha dengan prospek sebagus apapun, namun jika tidak dijalankan dengan kesungguhan, hasilnya tidak akan pernah maksimal.
Usaha sekecil apapun menuntut kesungguhan, sikap yang profesional, layanan konsumen bak hotel berbintang, dan sumber daya manusia yang benar-benar berkompeten di bidangnya. Hanya dengan cara ini, usaha tersebut bisa berkembang dan menjadi besar. Jika hari ini kita belum mencapai kesuksesan, siapa tahu itu karena diri kita yang belum memiliki kesungguhan dan belum memaksimalkan potensi diri. Firman Tuhan mengajarkan kepada kita untuk mengerjakan tugas dan pekerjaan kita dengan kualitas yang terbaik, sebab hanya itulah kunci untuk kita bisa meraih keberhasilan.
Setiap usaha selalu membutuhkan kesungguhan untuk mencapai kesuksesan.
Artikel Rohani
Fleksibel
Bacaan: Amsal 8:1-36
Padaku ada nasihat dan pertimbangan, akulah pengertian, padakulah kekuatan.- Amsal 8:14
Seorang pria masuk ke sebuah bank untuk melakukan sebuah transaksi. Sang teller minta maaf sambil menjelaskan bahwa transaksi itu tidak dapat dilakukan karena petugas yang bersangkutan sedang berhalangan. Maka pria ini pun siap-siap pergi sambil meminta teller tersebut memvalidasi resi parkirnya. Hanya saja dengan tegas sang teller mengatakan bahwa kebijakan bank mereka tidak mengijinkan validasi parkir kalau nasabah tidak bertransaksi. Pria ini mohon dispensi karena toh ia bermaksud melakukan transaksi dan petugasnya sendiri yang berhalangan. Meski demikian sang teller tetap bersikeras sambil berkata bahwa ini sudah kebijakan dari bank yang tidak bisa diganggu gugat. Kesal terhadap kebijakan yang sedemikian kaku, pria ini melakukan transaksi yaitu dengan menarik seluruh dananya yang ada di bank itu sebesar $ 1.5 juta! Teller ini tidak tahu bahwa pria tersebut adalah John Acres, pimpinan puncak IBM!
Bank tersebut kehilangan nasabah yang sangat besar hanya karena menerapkan kebijakan yang sangat kaku. Kita tahu bahwa setiap perusahaan harus memiliki aturan-aturan yang jelas, namun itu bukan berarti kita harus kehilangan fleksibelitas dalam penerapannya. Jika setiap aturan diterapkan dengan cara yang sedemikian kaku, aturan-aturan tersebut tidak akan menjadikan perusahaan tersebut tambah maju, justru sebaliknya perusahaan tersebut kehilangan peluang atau kesempatan yang sangat berarti.
Jika Anda seorang pemimpin, Anda harus memberikan aturan main yang jelas dalam perusahaan Anda, namun pada saat yang sama Anda harus memiliki sikap lentur dalam menerapkan aturan tersebut. Mengapa harus fleksibel dalam menerapkan peraturan tersebut? Karena kita menghadapi orang-orang yang beragam dengan kepribadian yang beragam dan dengan kasus yang beragam. Buatlah peraturan yang tegas, terapkanlah dengan fleksibel. Dengan cara seperti inilah peraturan yang kita buat bisa memiliki nilai manfaat. Tidak menghambat kemajuan kita sendiri, tapi akan memberikan sumbangsih yang berarti bagi kemajuan perusahaan.
Peraturan dibuat untuk memajukan perusahaan bukan menghambat kemajuan perusahaan.
Artikel Rohani
Levi?s
Bacaan: II Korintus 4:1-15
Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;- II Korintus 4:8
Levi Strauss berniat menawarkan kainnya untuk dijadikan tenda di area pertambangan. Sayang, produk buatan Levi Strauss ditolak karena kain tersebut dianggap terlalu tipis untuk sebuah tenda. Meski produknya ditolak dan dianggap sebagai produk gagal, Levi Strauss justru memiliki ide untuk membuat sebuah celana dari bahan kain tenda tersebut. Dari situlah muncul fenomena baru dalam dunia fashion, celana dari kain tenda yang kita kenal dengan nama jeans. Tentu saja yang menuai untung banyak adalah Levi Strauss sebagai pelopor celana jeans yang bermerk Levi’s.
Itu adalah sebuah contoh bagaimana kita bisa mengelola kegagalan dengan baik. Bisa disimpulkan bahwa kegagalan tak selalu berakhir dengan bencana, selama kita bisa mengelola kegagalan tersebut dengan baik. Namun di atas itu semua, tentu saja yang paling penting adalah memiliki pola pikir positif saat mengalami kegagalan. Tidak peduli sedalam apapun kita jatuh terpuruk di dalam kegagalan, selama kita bisa mengembangkan sikap yang positif maka selalu ada kesempatan untuk mengolah kegagalan tersebut dan menjadikannya sebagai keberhasilan.
Jangan putus asa ketika mengalami kegagalan, apalagi buru-buru menyerah kalah dengan kegagalan tersebut. Kegagalan bukan alasan untuk berhenti mencoba, tapi bagaimana kita melihatnya sebagai sebuah proses pembelajaran yang harus kita lewati. Orang-orang yang saat ini berada di puncak sukses juga pernah gagal. Perusahaan papan atas juga pernah terpuruk di dalam kegagalan. Setiap orang pernah gagal, hanya yang membuat perbedaan adalah ada yang dengan bijak mengolah kegagalan tersebut dan menjadikannya sebuah keberhasilan, sementara yang lain memiliki sikap menyerah begitu saja. Apakah hari ini Anda sedang terpuruk di dalam kegagalan? Sebuah lagu rohani memiliki syair yang sangat indah berkenaan dengan hal ini, “Ku tak akan menyerah pada apapun juga sebelum kucoba semua yang kubisa...” Jangan pernah menyerah! Jangan pernah kalah dengan sebuah kegagalan!
Kegagalan adalah jembatan menuju kesuksesan, jangan pernah takut saat melewatinya.
Based on Talent
Bacaan: Matius 25:14-30
katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.- Matius 25:20
Banyak orang sudah merasa puas dengan kualitas kerja yang baik (good). Ketika seseorang sudah merasa baik, ia tidak akan pernah mengembangkan diri untuk mencapai yang terbaik (great). Apa yang menyebabkan seseorang hanya puas dalam kualitas kerja yang cukup baik (good), namun tidak pernah mengembangkan diri untuk mencapai produktifitas yang maksimal (great)? Semuanya tergantung seberapa besar kita mencintai pekerjaan kita. Semakin kita mencintai pekerjaan kita, akan timbul passion (gairah) untuk fokus, mendalami, hingga kita melakukan pencapaian yang luar biasa.
Masalahnya, bagaimana kita bisa mencintai pekerjaan kita? Sebab nyatanya tidak semua orang yang bekerja memiliki kecintaan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, melainkan bekerja hanya sebagai sebuah kewajiban saja. Untuk mencintai pekerjaan memang bukan hal yang mudah. Namun paling tidak kita bisa mulai melakukannya dengan memiliki sikap sungguh-sungguh dan serius terhadap pekerjaan kita. Semakin kita mendalami dan semakin kita serius, maka akan tumbuh rasa cinta atau passion terhadap pekerjaan kita.
Alternatif lain agar kita bisa mencintai pekerjaan kita adalah memilih bidang pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat kita. Hal inilah yang sering disebut pengembangan diri berdasarkan talenta. Sebagai langkah awal kita harus bisa mengenal peta kekuatan diri, termasuk di dalamnya kita mengetahui apa kelebihan, minat, bakat, kelemahan, kekurangan dan semuanya tentang diri kita. Setelah itu kita coba mencari bidang pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat dan kelebihan kita tersebut.
Kecintaan dan passion kita terhadap apa yang kita kerjakan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan produktifitas pekerjaan kita. Dengan melakukan pekerjaan penuh cinta kita akan mencapai kualitas kerja yang terbaik (great), bukan hanya sekedar baik (good) saja. Apakah saat ini kita sudah menekuni pekerjaan kita dengan penuh cinta? Kembangkan potensi diri berdasarkan talenta Anda!
Cinta akan membuat kualitas kerja yang baik (good) menjadi yang terbaik (great).
Artikel Rohani
Kegagalan Goodyear
Bacaan: Amsal 3:1-26
Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian,... - Amsal 3:13
Anda mungkin pernah mendengar nama Charles Goodyear. Melalui eksperimen yang panjang dan melelahkan akhirnya ia berhasil mengubah karet mentah menjadi materi yang berguna. Dengan penemuannya yang luar biasa itu sudah seharusnya ia menjadi orang yang sukses dan kaya raya, namun ternyata hidupnya tak juga membaik, bahkan ia meninggal dalam kemiskinan. Kegagalan dan kemiskinan mewarnai sebagian besar hidupnya. Lebih dari sekali ia dipenjarakan karena hutang. Keluarganya sesekali meminta derma dari para tetangga. Enam dari dua belas anak-anaknya meninggal saat masih bayi akibat kekurangan!*
Mengapa Charles Goodyear mengalami hal itu? Dia memang berhasil menciptakan penemuan di bidang karet, tapi dia tidak mampu untuk mengatur usahanya dengan bijak! Dibutuhkan lebih dari sekedar usaha dalam meraih dan mempertahankan kesuksesan. Apakah itu? Kebijaksanaan dalam mengelola!
Usaha yang keras saja tidak cukup. Semangat dan antusias yang tinggi saja juga masih kurang. Usaha dan semangat kita dalam bekerja masih harus disertai dengan kebijaksanaan. Tanpa hikmat, kita tidak akan pernah bisa mencapai keberhasilan. Itu sebabnya topik utama kitab Amsal (Kitab yang berisi rahasia sukses) adalah hikmat! Hikmat juga yang pada akhirnya membawa Salomo mencapai puncak kejayaan dalam pemerintahan Israel.
Jadilah berhikmat dan bijaksana dalam bekerja. Dengan manajemen yang baik dan pengelolaan yang teratur, sebuah kesuksesan akan lebih mudah dicapai. Tanpa pengelolaan yang baik, peluang sebagus apapun akan mudah menguap dan raib entah kemana. Tanpa pengelolaan yang bijak, profit yang kita dapatkan seperti ditaruh ke dalam wadah yang bocor hingga usaha kita berantakan semua. Belajarlah dari kegagalan Charles Goodyear dan jadilah berhikmat!
Hikmat adalah kunci utama mencapai sukses.
Artikel Rohani
Menikmati Hidup
Bacaan: Pengkhotbah 6:1-12
orang yang dikaruniai Allah kekayaan, ... tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya,- Pengkhotbah 6:2
Memiliki kekayaan yang berlimpah tidak menjamin bahwa serta merta kita akan merasakan kebahagiaan. Itu sebabnya ada hal yang lebih penting dari sekedar memiliki kekayaan, yaitu bagaimana kita menikmati kekayaan tersebut. Adalah hal yang sia-sia jika kita mampu memperoleh kekayaan, tapi tidak memiliki kuasa untuk menikmati kekayaan tersebut.
Dalam buku The Rockefeller Billions diceritakan kisah hidup John D. Rockefeller yang sangat menarik. Dia adalah seorang konglomerat yang sangat sukses karena memiliki penghasilan per minggu sekitar satu juta dollar! Namun sayang ia tidak bisa menikmati kekayaannya tersebut, ia mengidap sejumlah penyakit sehingga dokter hanya memperbolehkan dia makan sedikit sekali. Berat badannya kurang dari 100 pon. Untuk makan pagi ia hanya boleh minum beberapa tetes kopi, satu sendok sereal, satu garpu telor. Rockefeller adalah orang yang paling kaya di jamannya, tapi dia tidak bisa menikmati apa yang ia miliki!
Pendek kata, apa gunanya kita bisa memperoleh kekayaan yang berlimpah, mendapatkan kedudukan yang tinggi, atau bahkan pengaruh yang luas, kalau pada akhirnya kita tidak bisa menikmati hidup ini? Memang ironis melihat mereka yang memiliki segalanya di dalam hidup tapi bahkan tidak bisa menikmati secuilpun dari apa yang mereka miliki.
Marilah kita belajar untuk menikmati hidup yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita. Pada hakekatnya kita tahu bahwa hidup bukan hanya untuk sekedar dijalani, melainkan perlu dinikmati juga. Itu sebabnya kita yang sedemikian terobsesi dengan bagaimana memperoleh kekayaan tapi lupa bagaimana menikmati kekayaan tersebut, adalah baik untuk kita merenungkan sebentar perjalanan hidup kita. Adalah hal yang indah jika semua yang kita peroleh merupakan berkat yang dapat kita nikmati, baik untuk kita secara pribadi maupun bagi orang lain.
Hidup bukan hanya sekedar untuk dijalani, tapi juga untuk dinikmati.
Artikel Rohani
Semut
Bacaan: Amsal 6:6-11
Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikan lakunya dan jadilah bijak.- Amsal 6:6
Semut termasuk binatang yang kecil dan lemah. Namun yang unik adalah melihat kenyataan bahwa semut termasuk salah satu binatang yang survive di tengah seleksi alam yang terus terjadi. Tak hanya itu, semut juga memiliki cara kerja yang sangat hebat, hingga Salomo sampai pebisnis modern menganjurkan agar kita belajar dari semut. Apa yang bisa kita pelajari dari semut?
1. Semut adalah binatang yang sangat rajin. Kita tidak akan pernah melihat semut yang bengong sendirian. Kalau ada semut yang tidak bergerak, bisa dipastikan itu adalah semut mati. Semut adalah binatang yang rajin dan selalu bergerak ke sana ke mari untuk bekerja. Tak heran kalau semut tak pernah mati kelaparan. Apakah kita juga bekerja dengan rajin seperti semut?
2. Semut adalah binatang yang tak pernah menyerah. Tak kenal menyerah adalah sifat khas semut. Kalau tidak percaya, lakukanlah percobaan ini. Tangkaplah seekor semut, lalu cobalah untuk meletakkan sesuatu untuk merintangi langkahnya. Saat melihat jalan di depannya ada hambatan, semua tidak akan duduk termenung, meratapi nasib yang malang dan pulang dengan rasa kecewa. Semut akan berusaha dengan segala cara untuk melewati hambatan itu. Bisa lewat atas, lewat bawah, lewat jalan memutar, bahkan kalau perlu bersama dengan semut-semut yang lain akan memindahkan rintangan tersebut!
3. Semut adalah binatang yang mandiri dan bertanggung jawab atas diri sendiri. Amsal 6:7 menulis, biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya, atau penguasanya... Meski tidak ada yang mengawasi, semut akan bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Bukankah kita yang hanya bekerja kalau diawasi atasan atau bos harusnya malu melihat kenyataan ini?
4. Semut adalah tim yang luar biasa. Mereka sangat ahli dalam menyampaikan informasi, sehingga tak perlu heran kalau dimana ada satu makanan, ribuan semut tiba-tiba sudah mengerumuninya. Semut punya tim yang hebat, sehingga dengan kerja sama yang baik, mereka bahkan bisa mengangkat makanan yang beratnya berkali lipat dari berat badannya. Adakah kita bisa belajar dari semut tentang membangun tim yang sukses? • Kwik Ambilah sedikit waktu untuk memperhatikan aktivitas semut dengan lebih detail lagi.
Artikel Rohani
Attitude Plus
Bacaan: Matius 17:14-21
dan takkan ada yang mustahil bagimu... - Matius 17:20
Muncul buku baru yang menarik perhatian saya, Attitude Plus! Buku ini berisi pengalaman hidup Tony Christiansen yang luar biasa. Chritiansen adalah seorang manusia dengan kursi roda, karena sejak umur 9 tahun kedua kakinya diamputasi. Meski ia cacat secara fisik, ia tidak mengalami cacat dalam bersikap. Karena ia memiliki attitude (sikap) yang positif, maka berulangkali ia memecahkan rekor yang mengagumkan.
Apa yang ada di benak pikiran Anda seandainya mendengar gunung Kilimanjaro? Gunung yang namanya berarti gunung yang tidak bisa didaki, ini adalah salah satu gunung yang sulit ditaklukan, tapi Christiansen dengan positive attitude-nya mampu melakukannya. Selain itu Chritiansen menjadi juara penyelamat berselancar, bisa mengemudikan pesawat, mengikuti balap mobil, pemegang sabuk hitam tae kwon do, menjadi bintang film, pebisnis sukses dan pembicara inspirasional berskala internasional!
Tidak ada yang tak mungkin. Jika saja kita memiliki attitude yang positif, maka kesuksesan akan lebih mudah untuk diraih. Sebaliknya jika sikap hidup kita negatif terus, maka kita tidak akan pernah meraih yang terbaik. Sikap yang pesimis akan menghalangi kita. Rasa putus asa mudah berjangkit. Frustasi lebih cepat menyerang. Dan akhirnya kita dengan gampangnya angkat tangan dan mencari berbagai dalih untuk menutupi kegagalan kita.
Dalam bahasa rohani, attitude yang positif ini sering kita sebut sebagai iman. Bukankah Alkitab berkata bahwa tidak ada yang mustahil bagi orang percaya? Bahkan gunung pun akan berpindah jika kita percaya dengan apa yang kita katakan. Orang-orang yang memiliki imanlah yang akan mencapai kesuksesan. Iman akan mendorongnya untuk melakukan yang terbaik. Iman akan menjadi motivator yang luar biasa. Dan imanlah yang membuat segala sesuatu yang mustahil menjadi mungkin. Kita ingin sukses? Yang perlu kita lakukan dalam deteksi awal adalah melihat bagaimana kondisi iman atau attitude kita. Jika selama ini kita memiliki attitude yang buruk, itu sinyal agar kita menaruh rasa percaya kepada Allah dan kepada diri kita. Belum terlambat untuk membangun attitude yang plus, attitude yang menjadi kunci kesuksesan!
Miliki attitude positif, dan buat segala sesuatunya menjadi mungkin.
Artikel Rohani
Dengan Cinta
Bacaan: Pengkhotbah 3:16-22
Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya ... - Pengkhotbah 3:22
Pertama kali saya bekerja, saya menjadi seorang staff pada sebuah perusahaan dengan bidang pekerjaan yang sangat membosankan. Itu sebabnya ketika weker di kamar saya dengan nada cempreng berbunyi tanpa permisi di pagi hari, dengan bermalas-malasan saya harus meninggalkan empuknya kasur dan segera bersiap diri untuk bekerja. “I hate Monday!” demikian keluh saya. Itu terjadi 10 tahun silam.
Rupanya tak hanya saya seorang yang bosan, sebal, dan benci dengan pekerjaan yang tiap hari dilakukannya. Ribuan atau bahkan jutaan pekerja tidak mampu mencintai pekerjaannya. Kita yang tidak mencintai pekerjaan akan selalu merasa bahwa kantor dimana kita bekerja tak ubahnya seperti penjara Alcatraz. Kita dibatasi ruang 4 x 6 meter persegi dikantor, lalu apa bedanya dengan penjara? Bukankah sama-sama merasa terkungkung? Yang membedakan mungkin di penjara untuk bandit kelas teri tidak ada AC-nya sementara kantor kita berAC. Yang membedakan mungkin ruang penjara itu kotor dan kumuh sementara kantor kita bersih dan rapi.
Sederet peraturan dari perusahaan, bentakan atasan yang mirip Kepala Sipir semakin membuat kita merasa bahwa kantor kita adalah penjara yang sangat buruk. Tak sabar lagi untuk segera keluar dari “penjara” ini lalu terbang dengan bebas bak burung yang bisa sesuka hati sendiri menentukan kehendak. Jika kita tidak pernah mencintai pekerjaan kita, tak heran kalau kinerja kita sama sekali tidak maksimal. Sesungguhnya tak akan pernah ada orang yang sukses di dalam sebuah bidang pekerjaan yang tak dicintainya.
Hari ini sudut pandang saya tentang pekerjaan berbeda jauh dengan sudut pandang saya 10 tahun silam. Saya sekarang begitu mencintai pekerjaan atau lebih tepatnya pelayanan yang saya geluti. Menulis, menulis dan menulis. Terkadang capek, letih, tidak mood, tapi itu tidak pernah menyurutkan keinginan saya untuk menulis lebih banyak dan menjadi berkat lebih banyak lagi. Terkadang memang mengalami masalah, tapi itu saya anggap seperti sebuah game yang seru. Lalu bagaimana dengan pekerjaan yang Anda geluti hari ini? Apakah Anda mencintai pekerjaan Anda sehingga Anda melakukannya dengan semangat? Ataukah yang terjadi justru sebaliknya? Apapun profesi kita, temukan hal berarti dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan, sehingga kita bisa mencintai pekerjaan kita.
Temukanlah hal berarti dalam setiap pekerjaan kita, dan cintailah pekerjaan kita itu.
Artikel Rohani
God is My Boss
Bacaan: Yohanes 15:1-8
Akulah pokok anggur yang benar dan BapaKulah pengusahanya.- Yohanes 15:1
Jesus is my Boss. Judul yang asyik sekaligus menarik. Mengingatkan kepada kita, bahwa di dalam Alkitab, Tuhan beberapa kali digambarkan sebagai seorang pengusaha atau pemilik, dengan kata lain, Tuhan juga adalah sosok Bos yang sempurna. Dari hal ini kita bisa belajar meneladani bagaimana cara kita bertindak dalam dunia kerja seperti yang Bos kita di surga melakukannya.
Bos kita rajin bekerja. Bos kita tidak hanya duduk santai di singgasanaNya saja, sebaliknya sampai detik ini Ia terus bekerja. Mengatur jagat raya, menjaga kelangsungan alam dan selalu menyatakan pemeliharaan serta pertolonganNya bagi kita. Jika Bos kita di surga bekerja, sudah seharusnya kita juga bekerja. Bekerja, tanpa harus kecanduan kerja. Tahu waktu untuk istirahat, karena Bos kita juga beristirahat setelah enam hari menciptakan alam ini. Itu juga berarti bahwa Bos kita pakarnya me-manage waktu, kitapun harusnya bisa mengatur dan memprioritaskan waktu dengan baik.
Bos kita memiliki sikap positif yang sempurna. Ia tidak pernah menyerah. Lihat saja perumpamaan tentang seorang gembala yang kehilangan satu dombanya atau seperti seorang perempuan yang kehilangan satu keping uang yang dimilikinya. Tak akan menyerah sebelum yang hilang ditemukan! Bukankah dalam bekerja sudah seharusnya kita ulet, optimis, tak kenal menyerah, dan memiliki semangat kuat?
Bos kita sangat bijak dan sangat adil dalam setiap keputusanNya. Bos kita tidak pernah bekerja sendiri, Ia selalu bermitra dengan kita menjadi satu tim. Bos kita tidak pernah sewenang-wenang, bahkan pekerja yang masuk jam 5 sore pun diberi upah sehari kerja. Bos kita tidak menggelapkan pajak, Yesus sudah memberi contoh yang jelas soal itu. Bos kita tidak pernah berbuat curang. Ia jujur, bahkan untuk dosa sekecil apapun, Ia tidak pernah kompromi.
Kita ingin sukses? Mari teladani Bos kita. Jadilah pebisnis atau pemimpin yang bijak dan adil. Bangunlah sebuah tim yang kuat untuk mencapai kesuksesan bersama. Jangan bertindak sewenang-wenang dengan bawahan kita, hormati mereka, sebab tanpa mereka kita tidak akan bisa sukses. Bekerjalah dengan jujur, tidak curang dan mengedepankan integritas!
Teladanilah Bos kita di surga dalam dunia kerja.
Artikel Rohani
Uniknya Cara Tuhan Menolong
Bacaan: Keluaran 15:22-27
Musa berseru-seru kepada Tuhan, dan Tuhan menunjukkan kepadanya sepotong kayu ... - Kel. 15:25
Lebih dari sekedar haus, bangsa itu mengalami dehidrasi. Wajar saja. Mereka berjalani di padang gurun selama tiga hari tanpa tempat perteduhan dan tanpa air. Akhirnya mereka menemukan sumber air. Tak terkira senangnya hati. Tapi apa pasal, airnya pahit dan tak bisa diminum. Ini bukan lelucon. Dan ketika Musa berseru-seru kepada Tuhan, Tuhan justru menunjukkan kepadanya sepotong kayu. Mereka minta air dan Tuhan memberinya sepotong kayu. Lelucon apa lagi yang dibuat Tuhan? Ajaibnya, ketika kayu itu dilempar ke sumber air itu, maka airnya menjadi tawar dan bisa diminum.
Lain cerita dengan Gideon saat harus berperang melawan ribuan tentara Midian. Bukannya mendaftar semakin banyak orang untuk wajib militer, Tuhan justru semakin mengurangi jumlah tentara Israel sampai menjadi 300 orang saja. Lebih gila lagi, mereka tidak perang menggunakan pedang maupun tombak, tapi dengan buyung kosong, sangkakala dan suluh. Dan Gideon ... menang!
Bukannya didoakan, tapi Naaman justru disuruh berendam di sungai paling kotor. Bukannya diberkati, tapi ketul terakhir dari janda Sarfat malah diminta lebih dulu. Bukannya dijamah dengan lembut, tapi Yesus justru membuang ludah dan mengoleskan ludah itu ke mata yang buta. Kisah-kisah tersebut cukup menunjukkan bahwa cara Tuhan menolong umatNya kadangkala unik, tak bisa diprediksi, dan susah ditebak. Ia bisa memakai cara yang paling umum, tapi Ia juga bisa memakai dengan cara yang paling aneh dan lucu. Jadi jangan pernah membatasi kuasa Tuhan dengan cara-cara yang ada dalam benak pikiran kita saja, sebab Ia seringkali melakukan apa yang tak pernah terlintas dalam benak kita.
Jika kita berdoa kepada Tuhan, miliki penyerahan diri yang total kepadaNya. Jangan pernah coba mengatur Tuhan, bagaimana cara Ia akan menolong kita. Lagipula dugaan kita sering meleset. Kita berpikir bahwa Tuhan pasti menolong dengan cara A, tapi nyatanya Tuhan memakai cara B. Kita menebak dengan cara B, tapi Tuhan memakai cara C, dan seterusnya. Kalau kita memang niat minta tolong, masa sih kita akan bertanya lebih dulu bagaimana caranya Ia akan menolong kita? Itu justru menunjukkan bahwa kita tidak percaya kepadaNya. Tahu beres saja, lebih enak bukan?
Miliki penyerahan mutlak kepada Tuhan saat Ia menolong kita.
Artikel Rohani
Tinggalkan Daerah Kenyamanan Anda
Bacaan: Kejadian 12:1-9
Pergilah dari negerimu ... ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.- Kejadian 12:1
Abraham sudah gila, demikian komentar saya. Apakah bukan gila namanya jika ia memilih keluar dari kenyamanan dan memulai petualangan baru di usia 75? Sadar dong, Anda tidak muda lagi. Hidup Anda mapan dan berkemewahan. Anda sudah menjadi orang terpandang. Anda tinggal di Ur, yang notabene kota metropolis di daerah Mesopotamia. Apa lagi yang Anda cari? Bukankah ini waktunya menikmati usia senja? Paling tidak, itulah beberapa pertanyaan yang akan saya ajukan kepada Abraham. Dengan keyakinan penuh dan tatapan semangat Abraham akan menjawab, “Tempat yang dijanjikan Tuhan jauh lebih baik daripada semua kenyamanan ini.”
Anda pernah mendengar Albert Schweitzer? Penerima Nobel perdamaian 1935, seorang filsuf hebat, musikus tenar, dan teolog kondang. Ia sudah mencapai puncek kesuksesannya pada usia 27 tahun. Meski demikian hatinya terusik melihat masyarakat Afrika yang kondisi kesehatannya sedemikian menyedihkan, sehingga ia memutuskan untuk masuk sekolah kedokteran dan pergi ke Afrika sebagai relawan medis sampai berpuluh-puluh tahun lamanya.
Dua contoh tersebut di atas cukup menggambarkan orang-orang yang anti kenyamanan dan anti kemapanan. Demi menggenapi rencana Tuhan, mereka berani meninggalkan zona nyamannya dan harus beralih ke zona penuh tantangan. Tak heran kalau kemudian sejarah mengukir nama mereka. Jujur saja, saya kadangkala takut untuk meninggalkan zona kenyamanan saya. Mungkin tidak hanya saya, namun sebagian besar dari antara kita juga demikian. Apapun akan kita lakukan, asal itu tidak mengusik daerah nyaman kita. Mau saya berikan contoh yang lebih sederhana dan spesifik?
Soal melayani. Bukankah lebih nyaman menjadi jemaat saja? Memutuskan aktif melayani Tuhan sama saja cari penyakit. Seringkali bukan pujian yang kita dapat, sebaliknya justru kritikan, kecaman, gosip bahkan harus menelan pil-pil pahit yang tak seharusnya kita minum. Soal menolong sesama. Diam lebih aman daripada mengulurkan pertolongan dengan resiko dikecewakan atau dalam peribahasa Jawa dikatakan, nulung malah kepenthung. Soal menanggapi panggilan Tuhan dalam hidup kita. Tak jarang hal ini membutuhkan keberanian kita untuk keluar dari daerah nyaman kita menuju daerah yang penuh tantangan. Apakah kita berani?
Tinggalkan daerah kenyamanan Anda dan mulailah petualangan baru bersama Tuhan.
Artikel Rohani
Antara Keinginan dan Kebutuhan
Bacaan: Ulangan 29:1-6
.. pakaianmu tidak menjadi rusak di tubuhmu, dan kasutmu tidak menjadi rusak di kakimu.- Ul 29:5
Setiap manusia memiliki banyak keinginan. Anda memiliki keinginan. Saya juga manusia dengan banyak keinginan. Saya ingin rumah yang mewah ala eropa. Saya ingin mobil yang lux, yang suka mencuri perhatian banyak orang. Saya ingin memiliki deposito yang lebih dari cukup. Saya ingin memiliki lima kartu kredit sekaligus, untuk membuat dompet semakin tebal saja. Saya ingin ini itu. Berbicara tentang keinginan, rasanya tidak akan pernah ada habisnya.
Saya berdoa untuk semua keinginan saya, dan saya melihat betapa bijaknya Tuhan. Ia tidak memenuhi keinginan saya. Lupakan rumah mewah, mobil keren, deposito yang menggunung dan semuanya. Bukan tipe Tuhan untuk memenuhi semua hal yang kita inginkan. Mengapa? Karena ada kalanya keinginan kita justru menjadi jerat bagi diri kita sendiri pada akhirnya. Kita menjadi sombong. Merasa diri hebat. Lupa diri, lupa daratan. Bukankah itu sikap yang justru akan menghancurkan diri kita sendiri?
Benar, Ia tidak selalu memenuhi keinginan kita, tapi yang pasti, Ia selalu mencukupi kebutuhan kita. Ia buktikan itu kepada bangsa Israel saat mereka berada di padang gurun selama 40 tahun. Ia tidak selalu memberikan apa yang bangsa Israel inginkan, tetapi Ia selalu menyediakan apa yang mereka butuhkan. Bangsa Israel butuh makan, maka Tuhan mengirim manna dan burung puyuh selama 40 tahun tanpa berhenti! Bangsa Israel butuh pakaian dan kasut, maka Tuhan membuat pakaian dan kasut mereka tidak robek dan bisa terus dipakai selama puluhan tahun.
Ada perbedaan mendasar antara keinginan dan kebutuhan. Sebagai orang tua yang memiliki anak, kita sering berurusan dengan keinginan anak yang tak ada habisnya. Sebagai orang tua bijak, apakah kita akan selalu memenuhi semua keinginan anak hanya untuk menunjukkan kasih sayang kita? Tentu saja tidak bukan? Tapi yang pasti kita akan selalu tahu apa yang menjadi kebutuhannya dan kita akan selalu mencukupinya. Kebenaran inilah yang membuat iman saya terus terpaut kepada Tuhan saat harus melewati masa-masa “padang gurun”. Saat menghadapi masa-masa sulit itulah saya merasakan betapa Tuhan selalu memelihara, mencukupi, menolong dan melakukan yang terbaik buat saya. Benar, tidak semua keinginan saya terpenuhi, tapi bersyukur karena semua kebutuhan saya dicukupinya.
Tak selalu Ia memenuhi apa yang kita inginkan, tapi Ia selalu mencukupi apa yang kita butuhkan.
Artikel Rohani
Tak Kenal Post Power Syndrome
Bacaan: Mazmur 92:13-16
Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar.- Mazmur 92:15
Ketika jalan kita sudah tak bisa lagi tegak. Rambut kita mulai habis dan menyisakan uban. Pinggang kita sering ngilu dan nyeri, ancaman osteoporosis. Gigi-gigi kita tak sekomplit dulu. Tenaga kita jauh berkurang dan nafas kita mudah tersengal-sengal disela-sela aktivitas. Sebuah keadaan yang menyadarkan bahwa kita sekarang sudah lanjut umur!
Bagi banyak orang menjadi manula adalah momok tersendiri. Membayangkan diri tersergap sepi karena semua anak-anaknya sudah memiliki keluarga sendiri-sendiri. Takut kalau-kalau nanti harus “turun mesin” dan berobat ke sana ke mari. Apalagi jika masa pensiun tiba, ia akan kehilangan jabatan, pekerjaan bahkan segala tunjangan yang biasanya diterima harus dihentikan. Hampir sebagian besar orang stress ketika memasuki masa post power syndrome.
Apakah Anda mengalami gejala-gejala tersebut di atas? Mungkin Anda memegang buku ini dengan sedikit gemetaran dan membaca huruf demi huruf dalam renungan ini dengan bantuan kaca pembesar. Meski umur Anda semakin lanjut, jangan pernah percaya bahwa usia lanjut adalah momok yang menakutkan. Ada kabar baik bagi Anda : “Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar .” (Mazmur 92:15)
Sebuah survey yang mempelajari kehidupan 400 orang terkenal dan menemukan bahwa 66% pencapaian terbesar mereka terjadi di atas usia 60 tahun! Konrad Adenauer masih menjadi kanselir Jerman Barat pada usia 80 dan ia memutuskan untuk tidak pernah pensiun. Michael Angelo pada usia 90 tahun masih tetap melukis, meski harus sambil berbaring. Paderewski masih bermain piano pada usia 79 tahun dan membuat hadirin harus melakukan standing ovation setelah mendengar permainannya. Kolonel Sanders memulai bisnis KFC di usia 65 tahun.
Jika kita menjadi tua, itu bukan berarti waktu untuk pensiun. Pensiun dari jabatan boleh-boleh saja, tapi semangat dan idealisme kita jangan pernah pensiun! Percayalah bahwa kita masih bisa terus melakukan sesuatu yang berarti di usia lanjut kita. Sebagai orang percaya, kita tidak akan pernah kenal dengan post power syndrome, sebab sampai pada masa tua kita akan masih terus berbuah.
Isi masa tua kita dengan sesuatu yang berarti dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Artikel Rohani
Luka Akibat Pengkhianatan
Bacaan: Mazmur 41:5-14
Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, ... telah mengangkat tumitnya terhadap aku.- Mazmur 41:10
Kita masih bisa tahan seandainya ditipu dan diperlakukan secara licik oleh musuh. Kita masih bisa sabar dengan berita miring tentang kita akibat iri hati dan fitnah. Kita masih bisa tersenyum seandainya harus berhadapan dengan si gunung berapi yang meledak dalam kemarahan tanpa alasan. Meski jengkel, kita masih bisa menahan diri dengan perlakuan tidak adil yang kita terima. Kita masih bisa bersabar dengan semuanya itu. Namun soal pengkhianatan atau pemberontakan yang dilakukan oleh orang yang begitu dekat dengan kita? Ini hal yang paling menyakitkan!
Bisa membayangkan seandainya orang yang kita percayai, atau orang yang sudah begitu dekat dengan kita melakukan pengkhianatan yang berujung pada pemberontakan? Sakit, itu pasti. Rasa kecewa, tak bisa disangkal lagi. Geram, yah... itu perasaan yang bisa dimaklumi. Memang tidak ada yang lebih menyebalkan selain pengkhianatan dan pemberontakan. Mengapa? Karena pengkhianatan dan pemberontakan selalu dilakukan oleh orang yang dekat dengan kita.
Tanyakan kepada Simson yang cintanya dikhianati Delila.
Tanyakan kepada Yusuf yang dikhianati oleh saudara-saudaranya.
Tanyakan kepada Uzia, yang dikhianati oleh Daud, rajanya sendiri. Pengkhianatan demi menutupi skandalnya dengan Batsyeba.
Tanyakan kepada Daud yang dikhianati oleh Absalom, anaknya sendiri.
Tanyakan kepada Yesus yang dikhianati oleh Yudas dengan ciuman.
Tak ada yang menyangkal bahwa pengkhianatan meninggalkan sakit dan luka yang mendalam. Kita pernah mengalaminya, dan sampai sekarang luka itu belum mengering. Tak bisa dipungkiri, bahwa terkadang terbersit sebuah keinginan untuk melakukan aksi balas. Biar impas dan setimpal dengan luka yang kita rasa. Rasanya kita perlu belajar dari Yesus soal mengatasi pengkhianatan ini. Tidak ada obat yang lebih mujarab untuk mengatasi luka akibat pengkhianatan selain kasih. Bukankah kita tahu bahwa Yesus sudah mengampuni pengkhianatan Yudas bahkan jauh sebelum murid yang satu ini menjual Dia? Kalau sampai hari ini luka hati kita masih menganga akibat pengkhianatan, tak ada pilihan lain kecuali kita mau mengasihi dan melepaskan pengampunan bagi orang yang telah mengkhianati kita. Kasih adalah jawaban.
Lepaskan pengampunan bagi orang yang telah mengkhianati kita.
Artikel Rohani
Antara Input dan Output
Bacaan: Filipi 4:2-9
Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil...- Filipi 4:8
Apa yang kita masukkan, itu juga yang akan kita keluarkan. Output selalu bersumber dari input. Dengan kata lain, input inilah yang akan menentukan outputnya. Anda memiliki pesawat televisi berikut VCD player? Jika ingin menonton film, secara singkat boleh dijelaskan bahwa pesawat televisi menerima input dari VCD player tersebut. Akhirnya film apa yang diputar pada VCD akan diproyeksikan ke televisi Anda. Putarlah film rohani, maka televisi kita juga akan menampilkan film rohani, sebaliknya putarlah film porno, maka televisi yang sama juga akan menampilkan tayangan porno. Input akan menentukan output!
Gambaran yang cukup mudah untuk dimengerti, bukan? Lalu kalau kita berbicara tentang kehidupan rohani kita, input apa yang selama ini mengisi pikiran, jiwa dan hati kita? Sesungguhnya, input inilah yang akan mempengaruhi kehidupan kita, bahkan membentuk kepribadian kita! Kita pada hari ini adalah produk dari segala input di waktu yang lalu.
Kalau di waktu yang lalu, kita selalu mengisi pikiran kita dengan fantasi cabul dari majalah picisan yang kita baca atau film porno yang kita lihat, maka tidaklah mengherankan kalau kita juga sering melakukan percabulan. Kalau kita selalu mengisi jiwa kita dengan kebencian , amarah, iri hati, kekecewaan, tak perlu kaget kalau suatu saat semua konflik hati itu akan muncul ke permukaan dan menghancurkan diri kita sendiri. Kalau kita selalu mengisi hati kita dengan hal-hal yang keliru, maka lahir juga perbuatan yang keliru.
Itu sebabnya Paulus bernasihat, “ Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu!” Input akan menghasilkan output yang sama. Lakukan apa yang dinasihatkan oleh Paulus tersebut. Hidup kita akan menjadi benar. Karakter kita menjadi mulia. Keputusan kita menjadi adil. Pikiran kita menjadi suci. Perkataan kita menjadi manis dan sedap didengar. Kepribadian kita menjadi sesuatu yang baik dan menjadi berkat bagi banyak orang. Semuanya akan berjalan secara otomatis. Output seperti apa yang kita inginkan dari kehidupan kita, seperti itulah seharusnya input yang mengisi pikiran, jiwa dan hati kita. Sederhana bukan?
Hanya input yang positif sajalah yang kita ijinkan mengisi hidup kita.
Hidup Ini Pilihan
Bacaan: Ulangan 30:11-20
Kepadamu kuperhadapkan kehidupan atau kematian, berkat atau kutuk.... - Ulangan 30:19
Orang-orang Yahudi pernah mengalami masa mengerikan yang tak akan terlupakan begitu saja dalam ingatan mereka. Menjadi tawanan di kamp-kamp maut Nazi Jerman! Salah satu diantaranya adalah Victor Frankl yang menerima aniaya, penghinaan dan siksaan yang tak terkatakan lagi. Semua keluarganya sudah tewas saat dikirim ke kamar gas. Sementara itu, Frankl sendirian dalam kelaparan dan ketelanjangan. Rasanya tidak ada harapan lagi yang masih tersisa. Ia pun larut dalam keputusasaan dan seolah hidupnya sudah berakhir sampai di situ.
Sampai pada suatu Frankl sadar bahwa ia sebenarnya bisa menentukan pilihan. Akhirnya ia memilih untuk “bebas” meski dalam penjara daripada memilih jiwanya terkukung dalam penjara Nazi. Ia menjadi inspirasi bagi tawanan di sekitarnya, bahkan ia menolong orang lain menemukan makna penderitaan mereka dan martabat mereka dalam keberadaan mereka di penjara. *
Hidup adalah pilihan. Dan pilihan kita itulah yang akan menentukan menjadi seperti apa kita. Sekali lagi, bahwa bukan apa yang terjadi dalam kehidupan kita, melainkan apa pilihan hidup kita. Saat orang terdekat harus pulang ke pangkuan Bapa, kenyataannya memang kesepian dan merasa kehilangan, alasan yang bagus untuk berlarut-larut dalam kesedihan. Tapi kita juga bisa memilih untuk mengakhiri dukacita kita dan percaya bahwa ia sekarang sudah berada dalam kerajaan surga.
Saat usaha kita bangkrut, kenyataannya memang memahitkan hati, tapi kita bisa memilih untuk bangkit dan berusaha lagi. Saat kita dikhianati, kenyataannya memang sakit, tapi kita bisa memilih untuk melepaskan pengampunan. Saat kita difitnah dan digosipkan, kenyataannya memang nama kita tercoreng, tapi kita tetap bisa memilih untuk mengabaikan kabar bohong itu dan membiarkan kebenaran akan muncul dengan sendirinya.
Ada kalanya Anda mengalami masa-masa yang sulit dan pahit, tapi ada kabar baik bagi Anda : Anda tetap bisa memilih! Anda bisa memilih untuk sukses maupun gagal. Hidup atau mati. Berkat atau kutuk. Sukacita atau dukacita. Mengasihi atau membenci. Optimis atau pesimis. Positif atau negatif. Bebas atau terikat. Bukan situasi yang menentukan hidup kita, tapi pilihan kita.
Dalam situasi sesulit apapun, Anda tetap bisa memilih untuk sesuatu yang baik.
Memulai dengan Doa
Bacaan: Mazmur 88:1-13
dan pada waktu pagi doaku datang kehadapanMu.- Mazmur 88:14
Beberapa orang tidak akan memulai harinya tanpa secangkir kopi hangat lebih dulu. Ketika bangun pagi, tidak ada yang lebih penting daripada aroma kopi hangat yang semerbak. Tanpa bermaksud mengada-ada, bagi beberapa orang hal ini kadangkala menjadi pola hidup yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Seandainya saja pagi itu tidak ada kopi yang disediakan, bisa-bisa ia meledak dalam kemarahan dan sepanjang hari yang dilewati terasa begitu ganjil.
Meski demikian, ada pola hidup yang lebih baik daripada sekedar memulai hari dengan secangkir kopi hangat. Awalilah kehidupan dengan doa! Jika kita bisa kecanduan berat dengan kopi di waktu pagi hari, mengapa kita tidak bisa kecanduan dengan waktu-waktu kita bersama Tuhan di dalam doa? Bukankah harusnya kita akan merasa tidak siap untuk menjalani kehidupan kita dalam sepanjang hari seandainya tidak ada doa yang kita naikkan kepada Allah lebih dulu. Bahkan seharusnya kita merasa ada yang ganjil jika memulai hari kita tanpa doa.
Doa di pagi hari adalah kunci agar kita bisa berkemenangan dalam sepanjang hari. Doa di pagi hari adalah seperti alam yang menantikan embun dari atas, kunci kita mendapat kesegaran dalam kehidupan. Doa di pagi hari adalah seperti menantikan hangatnya sinar matahari yang merekah, kunci agar kita menjalani hidup dengan penuh gairah dan semangat. Doa di pagi hari adalah seperti suasana pagi yang masih sunyi, kunci agar kita terus mempertajam kepekaan kita terhadap “sinyal-sinyal” dari Tuhan.
Sungguh patut disayangkan kalau kita lebih suka meributkan secangkir kopi hangat daripada doa. Sungguh patut disayangkan kalau kita lebih asyik dengan bergumul dengan bantal dan guling daripada bergumul di dalam doa. Bukankah kita pernah mendengar sebuah kata populer seperti ini : If you win the morning, you will win the day. Jika Anda berhasil menang di pagi hari, maka Anda akan menang dalam sepanjang hari. Jika kita bisa menang atas kedagingan kita di pagi hari dengan memulainya dalam doa, maka sepanjang hari itu juga kita akan beroleh kemenangan-kemenangan. Daud memulainya harinya dengan doa. Yesus juga selalu mengawali hari-hariNya dengan doa. Itulah kunci kemenangan dalam kehidupan mereka. Jadi, hari ini gini belum doa juga? Malu dong ...
Milikilah komitmen untuk tidak memulai hari tanpa doa lebih dulu.
Cara Melihat Tuhan
Bacaan: Nahum 1:1-8
Tuhan itu panjang sabar..., tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah - Nah 1:3
Hubungan kita dengan Tuhan akan sangat ditentukan cara pandang kita kepadaNya. Ini kebenaran yang tak bisa disangkal lagi. Ada banyak bukti yang bisa mendukung pernyataan ini. Lihatlah Tuhan sebagai Diktator, maka hubungan kita dengan Tuhan seperti bos dengan karyawan. Kita sangat takut berbuat kesalahan. Bukan karena kita ingin hidup benar. Tapi karena kita takut kalau berkat kita akan disusutkan oleh Tuhan, persis seperti bos yang memotong gaji karyawannya.
Lihatlah Tuhan sebagai Hakim yang tak kenal belas kasihan, maka hubungan kita akan seperti hakim dan terdakwa. Kita selalu melihat Tuhan memegang palu dan siap-siap memvonis kita. Tak heran hubungan kita dengan Tuhan tidak akrab. Bagaimana bisa akrab jika kita takut mendekat? Bagaimana kita bisa mendekat kalau berpikir Ia sangat hobi mengetok palu tanda bersalah?
Lihatlah Tuhan sebagai Bapa yang sabar dan yang seakan tidak bisa marah, maka hubungan kita akan seperti bapa dengan anaknya yang kurang ajar. Kita akan gampang sekali berbuat dosa dan menganggap bahwa dosa adalah hal yang biasa. Kita pun berpikir pendek, toh nanti dosa kita juga diampuni Tuhan. Bukankah Ia penuh kasih dan pengampunan? Menjadi orang Kristen yang mempermainkan Tuhan, bahkan bersikap kurang ajar terhadapNya.
Lihatlah Tuhan sebagai Dalang, maka hubungan kita akan seperti dalang dengan wayangnya. Kita selalu merasa bahwa hidup kita ini tak ubahnya seperti robot yang sudah disetel dan diset sedemikian rupa oleh empunya. Lupa bahwa kita tidak diciptakan seperti robot, melainkan sebagai makhluk yang memiliki kehendak bebas.
Lalu bagaimana seharusnya kita melihat Tuhan? Jangan lihat Tuhan pada satu sisi saja. Tuhan memang Bos kita, tapi Ia tidak pernah melihat kita semata-mata sebagai upahanNya saja. Sebab Ia juga sekaligus menjadi Bapa yang baik bagi kita. Karena hubungan kita sebagai bapa dan anak, bukan berarti kita bisa mempermainkan Tuhan dan bersikap kurang ajar kepadaNya. Ingat, bahwa Tuhan juga sebagai Hakim yang tegas dan tak kenal kompromi dengan dosa. Meski kita anakNya, tapi Ia juga akan menghukum seandainya kita berbuat kesalahan. Pemahaman yang seperti ini akan membuat kita memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan.
Jangan lihat Tuhan pada satu sisi saja, agar kita memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan.
Keunikan Pemalas
Bacaan: Amsal 26:13-16
Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya.- Amsal 26:14
Menjadi seorang pemalas tidaklah sulit. Hebatnya lagi, setiap pemalas pasti memiliki keunikan-keunikan tersendiri. Berikut saya akan paparkan keunikan-keunikan seorang pemalas. Berharap agar pemalas yang kebetulan membaca tulisan ini tidak tersinggung, melainkan mulai mengubah kebiasaan hidupnya.
Pertama, selalu saja memiliki alasan untuk menghindar dari sebuah pekerjaan. Cobalah tengok kehidupan seorang pemalas yang Anda kenal. Tak perlu kaget kalau orang tersebut selalu saja punya alasan untuk “menyelamatkan diri” dari pekerjaan yang sudah menanti. Dalam kehidupan berjemaat, hal yang sama juga berlaku. Bagi jemaat yang masuk kategori “pemalas” akan selalu punya alasan untuk tidak pergi ke gereja, cuaca yang buruklah, pendeta yang membosankanlah, fasilitas gereja yang tidak nyaman, dsb.
Kedua, selalu menunda pekerjaan.
Tak perlu heran kalau melihat seorang pemalas selalu menunda pekerjaan yang harusnya segera diselesaikan. Itu memang sudah menjadi ciri khasnya. Menunda pekerjaan dan membiarkannya sampai menumpuk. Lalu setelah kelimpungan, barulah ia bingung sendiri dan bisa-bisa malah tidak mau mengerjakannya sama sekali. Tuhan tidak pernah menunda pekerjaanNya. Bayangkan saja seandainya Tuhan menunda-nunda pekerjaanNya, bisa-bisa matahari tidak bersinar hari ini atau kelangsungan alam ini bakal terancam!
Ketiga, tidak pernah setia dengan apa yang telah dipercayakan kepadanya.
Salah satu alasan bagi pemalas untuk tidak bekerja adalah karena ia berpikir bahwa hal tersebut adalah perkara kecil dan sepele. Ia selalu berpikir bahwa hal-hal kecil seperti itu hanya akan membuang-buang waktu saja. Sementara kita tahu bahwa banyak hal besar justru diawali dengan hal-hal kecil lebih dulu. Tanpa mau mengawali dengan hal kecil, bagaimana mungkin Tuhan akan mempercayakan perkara-perkara yang lebih besar?
Sangat berharap bahwa keunikan-keunikan tersebut tidak ada pada diri Anda. Namun sekiranya ada, baiklah kita mengambil keputusan untuk meninggalkan budaya malas ini.
Tinggalkan budaya malas!
Artikel Rohani
Mertua, Musuh No 1 dalam Pernikahan?
Bacaan: Rut 1
tetapi Rut tetap berpaut padanya.- Rut 1:14
Dengan berbagai pertimbangan, tak jarang kita harus tinggal bersama mertua. Dan jujur saja bahwa tinggal satu atap dengan mertua bukan hal yang mudah. Kadangkala terjadi keributan hebat dengan mertua. Memang susah, tapi siapa tahu tips-tips berikut mampu menjadi inspirasi bagi Anda untuk membangun kembali hubungan yang harmonis dengan mertua.
1. Buanglah semua stereotip yang buruk tentang mertua. Mertua tak selamanya menjadi musuh kita dalam pernikahan. Mertua juga tak selalu jadi tukang onar, justru kadangkala mereka jadi berkat. Tidak selalu suami isteri merasa susah hidup bersama dengan mertua, kadangkala mereka justru dapat menikmatinya. Mungkin kita sudah terlalu sering mendapat gambaran yang buruk tentang mertua, tetapi mengapa kita tidak mencoba untuk berpositif thinking terhadap mertua kita?
2. Menyadari bahwa memutuskan menikah dengan pasangan kita berarti siap untuk berhubungan dengan keluarganya. Pernikahan itu kompleks. Tidak bisa kita hanya mau tahu dengan pasangan kita saja sementara mengabaikan atau mengacuhkan keluarganya. Itu sebabnya lebih baik kita belajar kenal lebih dalam seperti apa keluarga pasangan kita, sehingga kita dan mertua bisa saling menyesuaikan.
3. Perlakukanlah mertua dengan penghargaan dan hormat. Jika kita melakukan hal ini, konflik dengan mertua bisa kita redam bahkan bisa-bisa mertua punya perhatian dan rasa sayang kepada kita. Tidak semua mertua benci dengan menantunya, beberapa dari mereka justru bangga dengan menantunya. Ini terjadi kalau kita mengasihi mertua kita dengan tulus dan memperlakukannya dengan hormat.
5. Cari dan temukanlah hal-hal positif pada mertua. Terlalu sering kita hanya memusatkan perhatian pada kesalahan, kelemahan dan kerewelan mertua. Sementara di sisi lain kita tidak pernah memperhitungkan kebaikan-kebaikan dan hal-hal positif dalam diri mertua. Dengan cara ini, maka hubungan kita dengan mertua akan menjadi lebih harmonis.
Hormati dan hargailah mertua kita dengan ketulusan.
Mereka Bisa Jika Dipercaya
Bacaan: I Timotius 4:11-16
Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. - I Timotius 4:12
Saya acungi jempol untuk anak muda ini. Prestasi yang mengagumkan dan luar biasa. Ingin tahu bagaimana seorang anak SMA menjalankan tugas sebagai seorang wali kota? Tengoklah ke Hillsdale, Michigan. Sejak akhir November 2005, Michael Sessions yang baru berusia 18 tahun secara resmi menjadi walikota. Kemenangannya di pilihan wali kota ini menjadi berita fenomenal hingga USA Today sampai BBC News meliputnya. Lebih hebat lagi, dana kampanyenya juga hanya 700 dollar AS atau sekitar 7 juta rupiah. Sessions akan bekerja sebagai wali kota sepulangnya dari belajar di sekolah. Hebat, bukan? *
Ketika membaca berita ini, saya langsung terpikir satu ayat, “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” Surat yang ditulis Paulus kepada Timotius ini digenapi dalam kehidupan Michael Sessions.
Jujur saja, sebagai anak muda kita terlalu sering diremehkan. Dicap sebagai orang yang miskin pengalaman, belum tahu banyak, belum mencicipi pahitnya kehidupan dan sudah menjadi stereotipe bahwa anak muda hanya bisa berhura-hura saja. Dengan pandangan umum seperti ini, rasanya sangat mustahil bagi kita untuk mencapai prestasi yang mengagumkan di usia muda kita. Kiranya semua pandangan umum ini tidak mematikan semangat kita, sebaliknya marilah kita mengimani apa yang pernah ditulis oleh Paulus kepada Timotius itu juga digenapi dalam kehidupan kita. Saya sangat berharap bahwa kisah walikota termuda di dunia ini dibaca oleh seorang anak muda untuk membangkitkan semangat mereka.
Lebih bersyukur lagi jika saya sedang berhadapan dengan pembaca yang sudah dewasa. Kiranya tulisan ini bisa membuka wawasan kita bahwa seorang anak muda bisa saja dipakai Tuhan dengan luar biasa, sekaligus menunjukkan prestasi yang mengagumkan. Itu sebabnya jangan buru-buru meremehkan anak kita. Jangan buru-buru menghakimi bahwa anak kita yang masih sangat muda tak akan bisa berbuat apa-apa. Sungguh bijak kalau kita mau menuntun dan membimbing mereka, serta memberi kesempatan kepada mereka untuk mencapai potensi diri yang maksimal. Percayalah, mereka bisa seandainya dipercaya.
Yakinlah bahwa Tuhan bisa memakai seorang anak muda dengan luar biasa.
Artikel Rohani
Menjadi Ibu Rumah Tangga itu Ringan ?
Bacaan: Amsal 31:10-31
Isteri yang cakap, siapakah akan mendapatkannya?- Amsal 31:10
Kalau kita mau sedikit lebih jujur, kita harus mengakui bahwa sebagai suami kita seringkali merasa lebih hebat daripada isteri kita. Merasa bahwa kita yang mencari uang, sehingga kita sewenang-wenang dengan isteri yang hanya melewatkan waktu di rumah untuk mengurus anak dan rumah tangga kita. Apakah benar bahwa tugas suami yang mencari nafkah lebih berat daripada tugas isteri yang hanya mengurus rumah tangga?
Sungguh menarik menyimak artikel yang ditulis Detroit Free berdasarkan penelitian Michael Minton tentang nilai isteri jika diukur dengan uang. Isteri merangkap beberapa pekerjaan sekaligus seperti sopir saat menghantar anak ke sekolah, menjadi tukang kebun saat menyapu halaman dan mencabuti rumput liar, menjadi perawat saat memandikan anak, menjadi dokter saat anak sakit, menjadi guru saat mengajari anak di rumah, menjadi pendeta saat bercerita, menjadi tukang cuci, tukang masak, menjadi bendahara keluarga, bahkan menjadi seperti resepsionis yang menerima telpon atau menerima tamu. Dengan menggunakan daftar tugas itu, Minton menghitung nilai kerja seorang ibu rumah tangga sesuai dengan upah yang berlaku di pasaran, dan nilainya adalah Rp. 884.773,89 per minggu atau Rp. 3.539.095,56 per bulan! *
Mengurus rumah tangga tak kalah capeknya dibandingkan kita yang bekerja di kantor. Oleh karena itu, hendaknya kita sebagai suami bisa mengasihi isteri kita dan tidak merasa seolah-olah kita merasa lebih penting dan lebih berjasa daripada isteri kita. Jangan pernah berpikir bahwa tugas mencari uang selalu lebih berat daripada mengurus rumah tangga. Kalau tidak percaya, ambillah waktu untuk cuti dari pekerjaan Anda dan lakukanlah semua tugas yang biasanya dikerjakan oleh isteri Anda di rumah. Saya jamin, tak perlu waktu lama untuk mendengar keluhan akibat rasa capek yang Anda rasakan.
Inti renungan pada hari ini adalah bagaimana kita bisa saling menghargai satu sama lain dalam kehidupan berumah tangga. Jika kita bisa menghargai pasangan kita dan tidak merasa lebih hebat daripadanya, maka akan tercipta sebuah rumah tangga yang lebih harmonis. Percayalah, dengan sikap yang seperti ini, maka pertengkaran dengan pasangan juga akan semakin jarang terjadi.
Belajarlah menghargai pasangan kita satu sama lain.
Kristus Jawaban
Bacaan: Filipi 3:1-16
karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. - Filipi 3:8
Siapa yang tak ingin kaya? Siapa yang tak ingin menjadi orang besar dan terkenal? Siapa yang tak ingin menjadi orang dengan jabatan penting? Hanya saja kita perlu hati-hati terhadap kebohongan lama yang terus disebarkan oleh iblis, bahwa kekayaan, kedudukan dan popularitas akan menjamin kehidupan yang berbahagia. Sesungguhnya menjadi kaya atau menjadi besar atau menjadi semakin populer bukan jaminan bahwa kita pasti akan lebih berbahagia.
Anda tentu pernah mendengar tentang Joseph Stalin, PM Rusia pada rezim komunis. Dengan kekuasaan yang dimilikinya sudah seharusnya ia tak kenal rasa takut. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Stalin takut pergi tidur. Ia memiliki tujuh kamar tidur berbeda, untuk mengecoh orang yang mencoba membunuhnya. Kalau pergi, ia menggunakan lima limousine dengan gordyn tertutup, supaya tidak tahu mobil mana yang berisi Stalin. Kekuasaan tak menjamin Stalin menjadi lebih bahagia!
Mendiang miliarder Howard Hughes lebih unik lagi. Kisah hidupnya difilmkan dengan title Aviator. Meski menjadi konglomerat, ia memiliki kecurgiaan yang berlebihan terhadap orang lain bahkan sampai mengalami paranoid soal kuman sehingga ia meninggal seperti pertapa kurus kering dengan jenggot sampai di perut. Tak jauh beda, John “The Beatles” Lennon memiliki kehidupan yang menyedihkan meski ia seorang artis yang sangat populer di jamannya. Bahkan penulis biografinya mengisahkan bahwa Lennon takut jika lampu padam dan takut menyentuh apapun karena kotor.
Kunci hidup bahagia hanya ada di dalam Kristus. Jangan buru-buru memicingkan mata hanya karena kata-kata tersebut terdengar begitu klise. Jutaan orang sudah mengalaminya. Saya bisa menulis hal seperti ini karena Kristus sudah membuat hidup saya lebih berbahagia. Bahkan kalau masih ragu, tanya saja kepada Paulus. Sebelumnya dia adalah seorang muda dengan jabatan penting di jajaran Farisi. Selain itu dia pintar, kaya, populer dan punya banyak hal yang bisa dibanggakan. Namun semenjak ia berjumpa dengan Yesus, semua yang dimilikinya itu menjadi sama sekali tak berarti, bahkan ia menganggapnya sebagai sampah! Semuanya itu menjadi tak berarti dibandingkan dengan pengenalannya akan Kristus. Jadi, jika kita ingin berbahagia dalam hidup ini, Kristus adalah jawabannya.
Fokuskan hidup kepada Kristus, bukan kepada jabatan, kekayaan dan popularitas.
Artikel Rohani
Daftar Kesalahan
Bacaan: 1 Korintus 13
Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.- I Korintus 13:5
Hubungan kita semakin renggang. Waktu-waktu kita dengan pasangan lebih banyak dihabiskan untuk bertengkar, tak heran kalau kita dengan pasangan menjadi semakin frustasi dengan keadaan ini. Bahkan terbersit dalam benak kita untuk segera mengandaskan bahtera rumah tangga kita, karena begitu putus asanya kita melihat pasangan kita. Namun tahukah bahwa semua masalah itu kebanyakan disebabkan oleh karena “Daftar Kesalahan” pasangan yang kita buat sendiri?
Semua kesalahan yang dilakukan pasangan pada awal kita menikah sampai sekarang terus kita catat dan kita simpan. Kita begitu hafal “dosa-dosa” apa yang dilakukan oleh pasangan kita, mulai dari hal yang besar sampai hal-hal yang kecil sekalipun. Dengan melakukan hal ini, tanpa sadar pikiran kita selalu dipenuhi dengan rasa tidak puas dengan pasangan, bahkan semua hal yang baik dan benar yang dilakukannya pun akan selalu terlihat salah di pemandangan kita.
Itu sebabnya jika kita masih ingin menyelamatkan rumah tangga kita, maka tidak ada pilihan lain kecuali kita menghapus dan membuang “Daftar Kesalahan” pasangan lebih dulu. Buanglah daftar kesalahan yang sudah sangat mirip dengan daftar belanja itu. Berikan lembar baru kepada pasangan kita.
Maafkan pasangan kita. Jangan pernah mengkalkulasi soal ini. Berpikir bahwa kesalahan yang kita buat lebih sedikit daripada kesalahan yang dibuatnya. Hakekat dari memaafkan pasangan adalah melepaskan diri dari perasaan negatif dan melatih kemampuan kita untuk mencintai pasangan kita jauh di atas semua kelemahannya. Sejujurnya, kita sendiri bukanlah orang yang sempurna. Bukankah kita sendiri juga ingin agar pasangan kita memberi tanggapan positif atas sifat dan perilaku kita yang kurang dari sempurna?
Tidak ada istilah terlambat bagi kita yang ingin menyelamatkan bahtera kita. Langkah yang bagus jika Anda berani menghilangkan daftar kesalahan pasangan dan mau memaafkannya. Singkat kata, daripada kita menghabiskan waktu bersama keluhan dan omelan yang tiada akhirnya, kita bisa memilih untuk menghilangkan daftar kesalahan pasangan, mengurangi rasa frustasi, bergembira dan merajut kembali cinta kita yang sempat pudar.
Buanglah daftar kesalahan pasangan dan maafkanlah.
Artikel Rohani
Doa Super Ngebut
Bacaan: Lukas 10:38-42
Maria telah memilih bagian yang terbaik... - Lukas 10:42
Saya memang berdoa secara rutin tiap hari, tapi ada kalanya doa saya super cepat dan terlihat begitu tergesa-gesa. Bukan seperti dua orang sahabat yang keasyikan ngobrol. Bukan juga seperti seorang anak yang bisa cerita panjang lebar kepada orang tuanya di meja makan. Lebih mirip seorang prajurit yang memberikan laporan kepada komandannya, singkat, cepat dan padat! Belum lagi saya tergoda untuk melirik jam dinding yang kebetulan ada di depan saya. Ketika jarum jam sudah menunjukkan angka tertentu, saya pun makin ngebut di dalam doa!
Saya biarkan kegiatan rutinitas saya termasuk pekerjaan, pelayanan dan urusan tetek bengek saya merebut waktu-waktu pribadi saya dengan Tuhan. Padahal bukankah teknologi yang ada sekarang ini sudah membantu kita untuk sedikit lebih santai? Tak perlu menulis dengan mesin ketik butut, sekarang ada komputer yang sangat hi-tech. Ada telpon, faks, sms, e-mail dan penyedia layanan komunikasi lainnya sehingga waktu kita bisa berhemat banyak. Belum lagi urusan dapur sekarang ini menjadi begitu mudah. Ada microwave, ada rice cooker, ada kompor gas (tak perlu mencari kayu di hutan dulu), ada mesin cuci, dll. Soal makanan juga semuanya serba instan. Bukankah semua ini harusnya bisa membuat kita menjadi lebih santai?
Kenyataannya, semakin ditemukan alat-alat canggih yang mempermudah kerja manusia, maka manusia justru menjadi lebih sibuk lagi! Aneh tapi nyata. Saya mengalaminya, saya rasa Anda juga sama.
Menjadi sibuk sebenarnya tak menjadi soal, selama kesibukan kita tidak mengurangi waktu-waktu pribadi kita dengan Tuhan. Sayangnya kita susah untuk mendisiplin diri dengan memberi waktu dengan Tuhan di jaman yang serba tergesa-gesa ini. Padahal sesungguhnya hubungan kita dengan Tuhan justru menjadi kunci apakah hari-hari kita menjadi efektif. Jujur saja, saya menulis renungan ini dengan penyesalan kepada Tuhan karena mengurangi waktu-waktu pribadi saya dengan Tuhan dan menambahnya untuk kesibukan saya secara pribadi. Berharap kita belajar seperti Yesus, di tengah padatnya jadwal pelayanan KKR dan roadshow dari kota ke kota, Yesus selalu memiliki waktu untuk berdoa dengan BapaNya. Atau sebaliknya, jangan-jangan Anda juga membaca renungan ini dengan tergesa-gesa?
Disiplin diri untuk memiliki waktu bersekutu dengan Tuhan secara pribadi.
Artikel Rohani
Manusia Kok Jadi Tikus
Bacaan: I Timotius 6:2b-10
Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat ... - I Timotius 6:9
Siapapun tahu kalau tikus adalah binatang yang cerdik. Tanya saja kepada Tom yang begitu frustasi jika berurusan dengan Jerry dalam kartun Tom & Jerry. Tak hanya dalam film kartun, dalam dunia yang sebenarnya tikus memang adalah binatang yang cerdik. Tak hanya cerdik, tikus juga adalah binatang yang sangat berhati-hati. Seekor tikus tahu bahwa sekerat daging yang tersedia di depannya adalah umpan dan jebakan. Itu sebabnya kadangkala kita jengkel karena daging yang kita jadikan umpan hanya digerogoti sedikit saja dan tikus itu tak terperangkap di dalam jerat yang kita pasang.
Sekalipun tikus adalah binatang yang cerdik dan berhati-hati, ia memiliki kelemahan yang seringkali menjadi bumerang bagi dirinya, yaitu kerakusannya! Saat melihat masih ada sedikit daging dalam perangkap, ia tidak mau meninggalkannya begitu saja, sebaliknya ia akan menggerogotinya dengan pelan-pelan dan hati-hati. Sampai kemudian ia tak menyadari bahwa daging yang ia gerogoti menyebabkan alat perangkap itu mengurungnya. Seandainya tikus tidak rakus, tentu perangkap secanggih apapun tak akan bisa berbuat banyak.
Sejujurnya, manusia juga ada kalanya memiliki kelemahan seperti tikus, rakus sekaligus serakah! Sudah kaya tapi terus mengejar kekayaan supaya lebih kaya lagi. Apapun akan dilakukan demi menjadi lebih kaya. Tak sadar bahwa di depan sana sudah menanti jerat yang pada akhirnya menghancurkan kehidupannya sendiri. Paulus dalam suratnya kepada Timotius juga menulis tentang hal ini, “Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat ...” Dalam teks aslinya, kata jerat adalah pagida yang memiliki arti perangkap.
Karena rakus dan serakah, jabatan yang tinggi tak juga membuatnya puas sehingga ia terjerat tindak korupsi. Karena rakus dan serakah, fokus akan uang menjadi segala-galanya sehingga tak jarang keluarga menjadi korban. Karena rakus, timbul juga perbuatan-perbuatan memalukan. Yang menyedihkan, praktek memalukan seperti ini juga kerap terjadi di gereja Tuhan. Tak sedikit praktek korupsi dan penggelapan uang terjadi di gereja! Ah, seandainya manusia bisa mengucap syukur dengan keadaannya dan tak rakus. Lagipula, seharusnya manusia menjadi dirinya sendiri, yaitu menjadi manusia. Masakan manusia menjadi tikus? Malu dong ...
Hati-hati terhadap keserakahan yang pada akhirnya bisa menjadi jerat bagi diri kita sendiri.
Kuasa Kasih
Bacaan: I Tesalonika 3:11-13
kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih... - I Tesalonika 3:12
Hal-hal paling baik dan paling indah di dunia ini tidak bisa dilihat dengan mata, atau disentuh ... tetapi dirasakan dengan hati.
Anda mungkin pernah membaca kata mutiara yang sangat menyentuh hati tersebut. Hanya mungkin Anda tidak pernah tahu sebelumnya bahwa pengarang kata mutiara tersebut adalah Helen Keller, seorang wanita yang buta tuli sejak berusia 19 bulan. Karena cacat itulah Helen bertumbuh menjadi anak yang susah diatur. Dia tidak bisa melihat dan tidak bisa mendengar suara apapun. Dia tak bisa berkomunikasi dengan dunia sekitarnya.
Rasanya hampir mustahil untuk membuat Helen bisa berkomunikasi karena ia buta sekaligus tuli. Adalah seorang Anne Sullivan yang penuh dengan kasih mencoba mengajari Helen untuk bisa berkomunikasi. Anne mengajari Helen untuk membaca gerakan tangannya di atas telapan tangan Helen. Setelah sekian lama tanpa hasil, akhirnya Helen bisa mengerti juga dengan apa yang dimaksud Anne lewat sentuhannya di atas telapak tangannya. Semenjak itu kemampuan belajarnya jauh di atas orang normal meski ia buta dan tuli. Sampai hari ini kita mengenal Helen Keller sebagai seorang pembicara yang luar biasa, menjadi berkat bagi banyak orang dan jasanya terus dikenang sampai sekarang.
Meski namanya jarang dibicarakan, saya sangat salut dengan Anne Sullivan. Mengajari orang buta- tuli bukan hal yang mudah, dan rasanya juga mustahil. Namun karena ia didorong oleh kasih, maka tak ada kata menyerah atau putus asa, bahkan akhirnya hal yang tidak mungkin pun menjadi mungkin! Kasih lah yang pada akhirnya mengubah kehidupan seseorang.
Kasih membuat perilaku suami berubah, bukan omelan. Kasih membuat pernikahan yang tawar menjadi manis, bukan kemewahan yang kita berikan. Kasih membuat anak-anak kita menjadi taat, bukan hadiah-hadiah yang kita berikan. Ada kuasa di dalam kasih. Kasih akan mengubah. Kasih akan memulihkan. Kasih akan memperbarui. Kasih akan membuat yang tak mungkin menjadi mungkin. Itu sebabnya anugerah terbesar adalah ketika kita menerima kasih dan perbuatan terbesar adalah ketika kita membagikan kasih.
Ijinkan kasih bekerja dan memerintah kehidupan kita.
Iman Kepada Agama atau Kepada Kristus
Bacaan: Yohanes 14:1-14
Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.- Yohanes 14:6
Begitu banyak orang membangga-banggakan agamanya. Selalu berkata bahwa agamanyalah yang paling baik dan paling benar. Dengan sikap yang seperti ini, lahirlah fanatisme yang berlebihan terhadap agama yang diyakininya. Kalau sudah begini, bisa-bisa tindakan apapun juga akan dilegalkan demi membela agamanya. Itu sebabnya tak perlu kaget kalau ada istilah perang suci atau “bom suci”. Dendam, pembunuhan, bahkan pembantaian hanya demi membela agama yang dianut.
Berbicara tentang hal ini, kita tahu bahwa agama memiliki rapor merah yang begitu banyak. Sejarah mencatat rapor merah agama, mulai dari para pembunuh Khawarij pada abad ke-7 sampai dengan “bom suci” di masa sekarang ini. Di kalangan kristiani juga pernah terjadi hal yang tak kalah mengerikan. Sekelompok kaum Protestan dibakar hidup-hidup oleh seorang ratu Inggris yang Katolik pada pertengahan abad ke-16. Demikian juga menurut sebuah gambar terbitan Antwerp, Belgia, tampak kelompok Protestan yang menamakan dirinya “Huguenots” memancung korbannya dengan sangat keji. Ngomong-ngomong soal Yesus, bukankah dalang di balik penyaliban Yesus juga adalah dari kelompok agama?
Itu sebabnya sangat keliru kalau kita memiliki fanatisme yang berlebihan terhadap agama, termasuk agama Kristen sekalipun! Sekali lagi bahwa agama tidak akan pernah bisa menyelamatkan kita. Alkitab tidak pernah berkata, apalagi menjamin bahwa setiap penganut agama Kristen akan masuk sorga. Agama bukan jalan. Yesus lah jalan! Itu sebabnya iman kita seharusnya kepada Yesus, bukan kepada agama yang kita anut.
Pemahaman yang seperti ini akan menghindarkan kita dari tindakan-tindakan konyol hanya dengan dalih untuk membela agama. Agama hanyalah wadah dan bukan intinya. Apapun alasannya, intinya haruslah tetap Yesus. Itu sebabnya saya tidak pernah bangga hanya menjadi orang Kristen, tapi saya sangat bangga menjadi pengikut Kristus. Kalaupun saya melakukan hal-hal rohani, saya tidak melakukan demi agama, tapi saya melakukannya demi Kristus. Saya tidak melayani agama, saya melayani Kristus. Saya tidak mau berkorban hanya demi agama, tapi saya akan berani habis-habisan demi Kristus. Saya tidak mau mati demi agama, tapi saya mau hidup demi Kristus. Bagaimana dengan Anda?
Dimanakah kita menaruh iman, kepada agama atau kepada Kristus?
Kuasa Kasih
Bacaan: I Tesalonika 3:11-13
kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih... - I Tesalonika 3:12
Hal-hal paling baik dan paling indah di dunia ini tidak bisa dilihat dengan mata, atau disentuh ... tetapi dirasakan dengan hati.
Anda mungkin pernah membaca kata mutiara yang sangat menyentuh hati tersebut. Hanya mungkin Anda tidak pernah tahu sebelumnya bahwa pengarang kata mutiara tersebut adalah Helen Keller, seorang wanita yang buta tuli sejak berusia 19 bulan. Karena cacat itulah Helen bertumbuh menjadi anak yang susah diatur. Dia tidak bisa melihat dan tidak bisa mendengar suara apapun. Dia tak bisa berkomunikasi dengan dunia sekitarnya.
Rasanya hampir mustahil untuk membuat Helen bisa berkomunikasi karena ia buta sekaligus tuli. Adalah seorang Anne Sullivan yang penuh dengan kasih mencoba mengajari Helen untuk bisa berkomunikasi. Anne mengajari Helen untuk membaca gerakan tangannya di atas telapan tangan Helen. Setelah sekian lama tanpa hasil, akhirnya Helen bisa mengerti juga dengan apa yang dimaksud Anne lewat sentuhannya di atas telapak tangannya. Semenjak itu kemampuan belajarnya jauh di atas orang normal meski ia buta dan tuli. Sampai hari ini kita mengenal Helen Keller sebagai seorang pembicara yang luar biasa, menjadi berkat bagi banyak orang dan jasanya terus dikenang sampai sekarang.
Meski namanya jarang dibicarakan, saya sangat salut dengan Anne Sullivan. Mengajari orang buta- tuli bukan hal yang mudah, dan rasanya juga mustahil. Namun karena ia didorong oleh kasih, maka tak ada kata menyerah atau putus asa, bahkan akhirnya hal yang tidak mungkin pun menjadi mungkin! Kasih lah yang pada akhirnya mengubah kehidupan seseorang.
Kasih membuat perilaku suami berubah, bukan omelan. Kasih membuat pernikahan yang tawar menjadi manis, bukan kemewahan yang kita berikan. Kasih membuat anak-anak kita menjadi taat, bukan hadiah-hadiah yang kita berikan. Ada kuasa di dalam kasih. Kasih akan mengubah. Kasih akan memulihkan. Kasih akan memperbarui. Kasih akan membuat yang tak mungkin menjadi mungkin. Itu sebabnya anugerah terbesar adalah ketika kita menerima kasih dan perbuatan terbesar adalah ketika kita membagikan kasih.
Ijinkan kasih bekerja dan memerintah kehidupan kita.
Artikel Rohani
Naluri Bapa
Bacaan: Matius 7:7-11
Jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik...
apalagi Bapamu yang di sorga... - Matius 7:11
Saya bukan pahlawan. Bukan juga seorang manusia super. Bukan orang yang luar biasa. Tidak juga hebat, apalagi mengundang decak kagum banyak orang. Saya tak lebih dari seorang ayah pada umumnya. Meski demikian saya akan melakukan apa saja demi anak saya. Jadi, jangan coba-coba mengganggu anak saya kalau tidak ingin berhadapan dengan saya. :)
Naluri seorang ayah seperti itu. Ketika anaknya merasa takut, ia akan memberikan rasa aman kepadanya. Ketika anaknya merasa sendirian, ia akan menemaninya dan memastikan bahwa ia akan selalu menjaga. Ketika anaknya terluka, ia akan membalutnya. Ketika anaknya sedih, ia akan menghibur dan membesarkan hatinya. Ketika anaknya membutuhkan sesuatu, ia akan selalu memenuhinya. Yang pasti, seorang ayah selalu tahu yang terbaik bagi anaknya.
Jika bapa di dunia ini saja memiliki naluri seperti itu, apalagi Bapa kita yang di surga! Kita takut, dan Ia memberikan rasa aman. Ada saatnya kita harus melewati masa-masa kelam dalam hidup kita, dan Tuhan menyertai. Ada saatnya kita merasa sedih dan kecewa, dan Tuhan menghibur. Ketika kita berbeban berat, Ia mengulurkan tanganNya dan memberikan kelegaan, semua beban kita ditanggungNya. Ia tahu yang terbaik dalam menolong kita. Tak perlu berteriak-teriak hanya untuk membuat Ia mendengar doa kita, dengan bisikan lembut pun Ia akan menghampiri dan menguatkan kita.
Sungguh aneh kalau kita berpikir Tuhan sudah melupakan kita. Adakah seorang ayah yang lupa terhadap anaknya sendiri? Terlalu mengada-ada kalau kita menyangka bahwa Tuhan tak lagi peduli terhadap kita atau sudah bosan terhadap kita. Sungguh konyol kalau kita merasa bahwa Tuhan terlalu sibuk dan tak mau diganggu, sekalipun Ia tengah mengurus seluruh alam semesta.
Saat menulis renungan ini, anak saya yang masih bayi tengah menangis. Saya tak berlambat-lambat untuk menunggu semua air matanya terkuras. Naluri saya sebagai seorang ayah membuat saya bergegas dan segera menolongnya. Memberikan rasa aman dan membuatnya tenang kembali. Kalau naluri “keayahan” saya saja bisa melakukan hal itu, apalagi Bapa kita di surga?
Percayakan hidup kita kepada Bapa yang baik.
Artikel Rohani
Masa Persiapan
Bacaan: Lukas 3:21-23
Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun...- Lukas 3:23
Masa persiapan adalah masa penting yang akan menentukan kesuksesan. Itu sebabnya segala sesuatu butuh masa persiapan. Pemerintah Amerika tak akan asal saja mengutus prajuritnya untuk pergi ke medan perang, sebelum mempersiapkan mereka lebih dulu di sebuah latihan kemiliteran, seperti West Point Academy misalnya. Tanpa persiapan yang matang, bisa dipastikan bahwa mereka hanya akan kalah dan dipermalukan di medan peperangan. Seorang petinju profesional memerlukan persiapan berbulan-bulan lamanya untuk sebuah pertandingan. Ia setiap hari harus baku hantam dengan sparing partner agar kelak bisa menghadapi musuh yang sebenarnya.
Berbicara soal persiapan, Yesus lebih fenomenal lagi. Tidak ada yang tahu pasti dengan The lost years of Jesus dan apa yang dilakukan di masa remajaNya. Namun yang pasti, masa-masa itu adalah masa persiapan bagi Yesus untuk sebuah rencana besar bagi keselamatan dunia. Bayangkan saja, untuk masa pelayanan yang hanya 3 tahun, Yesus mempersiapkan diriNya selama 30 tahun! Dalam tradisi Yahudi, usia 30 adalah usia yang sempurna dimana seseorang mencapai kematangannya. Yesus tidak terburu-buru dan tidak tergesa-gesa. Ia begitu sabar menyelesaikan masa persiapanNya. Musa dipersiapkan untuk menjadi pemimpin Israel selama 40 tahun di Desert Academy, nama keren untuk Sekolah Padang Gurun. Yusuf juga dipersiapkan selama 13 tahun. Menjadi budak adalah bagian dari masa persiapannya dan penjara menjadi kampusnya.
Saya bersyukur karena Tuhan juga mempersiapkan saya sedemikian rupa di sekolah kehidupan yang sangat membentuk karakter dan kepribadian saya. Masa persiapan yang saya alami memang tidak selalu menyenangkan. Daging rasanya ingin berontak. Sakit, perih dan inginnya segera unjuk diri tanpa harus melewati semua persiapan itu. Hanya saja Tuhan begitu bijak, tanpa melewati masa persiapan yang telah Ia tetapkan, mungkin hari ini saya tidak bisa menjumpai Anda dengan tulisan ini.
Setiap orang yang besar ditangan Tuhan akan selalu melewati masa persiapan. Jadi, jika hari ini Anda sedang mengalami penderitaan dan tempaan hidup yang berat, ada kabar baik buat Anda. Anda sedang dipersiapkan untuk menjadi besar di tangan Tuhan! Pastikan Anda lulus dan menyelesaikan masa persiapan ini.
Penderitaan yang kita alami bisa jadi merupakan masa persiapan yang harus kita jalani.
Jawaban Doa
Bacaan: I Raja-raja 3:1-15
...tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.?- Lukas 22:42
Siapapun orangnya pasti akan merasa kecewa ketika doanya belum juga dijawab oleh Tuhan. Meski begitu, Allah tetap memiliki alasan dan jawaban yang tepat atas doa-doa kita. Setidaknya ada empat jenis jawaban yang akan Allah berikan pada kita, yaitu:
1. Ketika Allah berkata, "Tidak "
Mungkin permohonan doa kita tidak benar. Tidak mungkin Allah mengabulkan doa kita jika kita menginginkan kehancuran lawan bisnis. Tidak mungkin pula Allah mengabulkan doa agar orang yang kita benci celaka. Ini karena musuh-musuh yang ada sekarang bukanlah untuk kita "bunuh", namun biarlah mereka ada agar kita bisa membuktikan penerapan kasih dan kesabaran yang diajarkan Bapa kita.
2. Ketika Allah berkata , "Luruskanlah! "
Allah tentu tidak mengabulkan doa yang berkedok. Kita terus-menerus berdoa meminta rumah yang baru dengan dalih untuk tempat persekutuan namun sebenarnya untuk kepentingan pribadi dan kesombongan semata. Dengan kata lain, Allah ingin doa kita murni tanpa kebohongan.
3. Ketika Allah berkata , "Perlahankan !"
Tidak mungkin Allah memberikan pada kita suatu pabrik yang besar dengan ratusan karyawan apabila saat ini kita masih belum mampu menangani kesulitan-kesulitan kecil. Tunggulah waktu yang tepat dari Allah, itu jawabannya.
4. Ketika Allah berkata , "Silakan !"
Orang yang dapat dipercaya dan diandalkan akan memperoleh apa yang ia mohon pada Allah. Jenis orang seperti ini tidak butuh waktu lama sebab Allah berkata , " Silakan ! "
Jadi siapapun Anda, jangan pernah bersungut-sungut apabila dalam doa kita ditolak, disuruh menunggu atau diharuskan untuk berkata jujur dulu. Mari terlebih dulu kita berkaca pada diri kita sendiri, apakah doa kita memang doa yang didasari motivasi yang benar. Sebab Allah akan menjawab doa orang yang benar-benar hidup berkenan padaNya, siapapun Anda !
Motivasi Anda dalam berdoa akan mempengaruhi jawaban doa Anda